BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah
ini mencoba untuk memberikan penjelasan mengenai apa yang menjadi bentuk
keterikatan atau hubungan dari pengertian Teologi dalam ruang lingkup Iman,
dengan Alkitab.yang menjadi sumbernya.
Pengertian
dari kedua kata tersebut yaitu Teologi dan Iman, akan saya coba jelaskan dan bagaimana antara Teologi
dan Iman itu memiliki suatu keterkaitan yang begitu erat dalam mengerti
Karya-karya Allah yang begitu Agung yang berakhir pada penggenapan dari karya
Allah itu sendiri berupa Keselamatan yang terwujud dalam diri Yesus Kristus.
Dalam arti luas Teologia, sebagai keseluruhan pokok
studi pendidikan Teologia, dibagi menjadi: [1]
1.
Teologia Biblika
(Eksegetis) Teologia yang berurusan dengan penelahaan isi naskah Alkitab dan
alat- alat bantunya, untuk tujuan menggali, mengerti dan mengartikan apa yang
ditulis dalam Alkitab.
2. Teologia Historika (Sejarah) Teologia yang
berurusan dengan sejarah umat Allah, Alkitab dan gereja, untuk tujuan mengikuti
dan menyelidiki perkembangan iman/teologia dan sejarahnya dari jaman ke jaman.
3. Teologia Sistematika (Doktrin Iman Kristen)
Teologia yang berurusan dengan penataan doktrin-doktrin dalam Alkitab menurut
suatu tatanan logis, untuk tujuan menemukan, merumuskan, memegang dan
mempertahankan dasar pengajaran iman Kristen dan tindakan yang sesuai dengan
Alkitab.
4. Teologia Praktika (Pelayanan) Teologia yang
berurusan dengan penerapan teologi dalam kehidupan praktis, untuk tujuan
pembangunan, pengudusan, pembinaan pendidikan dan pelayanan jemaat dan umat
manusia pada umumnya.
Teologia
sistematika adalah sebuah alat penting untuk menolong kita mengerti dan
mengajarkan Alkitab dengan cara yang teroganisir. Teologi adalah pengetahuan tentang Allah, atau tentang ilmu
iman, maka caranya untuk memperoleh pengetahuan bukan hanya melalui nalar/pikiran,
dan intelektikus tetapi juga melalui wahyu/penyingkapan dan iman. Supaya dapat
diimani manusia. Iman dipahami sebagai tindakan percaya, artinya “dengan bebas
menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah”. Iman
mendapat kedudukan yang cukup tinggi dalam ranah teologi sebab melalui
iman manusia akan sampai kepada pemahaman akan Allah yang adalah sumber segala
pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
Ø
Apa yang dimaksud dengan
teologi ?
Ø
Apa yang dimaksud dengan iman
?
Ø
Apa yang menjadi peranan
teologi sistematika bagi pertumbuhan iman mahasiswa teologi ?
Ø
Apakah orang yang belajar teologi seharusnya
kerohaniannya harus lebih baik?
C. Tujuan
Tujuan peneliti dalam pembuatan
makalah ini yakni dilakukan
untuk :
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teologi Sistematika
Istilah Teologi
atau theologia berasal dari bahasa Yunani, ( logos ) arti katanya ialah ilmu dan ( Theos ) tentang Allah.[2] Arti teologi menurut makna etimologis,
arti teologi bisa sempit dan bisa luas. Secara sempit, teologi berarti ‘ ajaran
tentang Allah’ sedangkan secara luas, teologi berarti ‘ kesulurahan ajaran
Kristen’. [3] Definisi teologi adalah bahasa gereja
tentang Allah untuk menguji dan mencapai kemurnian serta kesetiaannya kepada
Firman Allah di tengah-tengah bahasa, pikiran, dan konteks budaya yang berubah.
Sifat Teologi dapat
dijabarkan sebagai berikut [4]:
1. Bersifat adikodrati. Kebenaran teologi bukanlah kebenaran
yang dapat dibuktikan secara empiris, bukan pula kebenaran yang dengan
sendirinya jelas karena masuk akal. Kebenaran teologi adalah kebenaran yang
diterima dalam iman berdasarkan wahyu Allah.
2. Bersifat ilmiah,
yang tampak dari cara teolog mengadakan penyelidikannya.
3. Teologi berbeda dari objek formalnya ( sudut pandang yang
dipakai untuk memahami teologi ).
Sebagai ‘ilmu iman’, teologi mempelajari
tentang penyataan Allah. Maka objek material ( hal yang diselidiki ) teologi
adalah apa yang dinyatakan Allah.
B. Definisi Iman
Hal yang paling mendekati definisi dari iman di dalam
Perjanjian Baru di temukan di Ibrani 11:1, “Iman adalah dasar dari segala
sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita
lihat.” Dalam kamus bahasa Indonesia, iman adalah kepercayaan kepada Tuhan
(berkaitan dengan agama), keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, ketetapan
hati, keteguhan hati.
Dalam Perjanjian Baru iman berarti:
mengamini dengan segenap kepribadian dan cara hidupnya kepada janji Allah,
bahwa Ia di dalam Kristus telah mendamaikan orang berdosa dengan diriNya
sendiri, sehingga segenap hidup orang yang beriman dikuasai oleh keyakinan yang
demikian itu.
Jadi, iman di pandang sebagai tangan yang diulurkan manusia guna menerima kasih
karunia Allah yang besar. Juga dapat dikatakan bahwa iman dipandang sebagai
“jalan keselamatan”. Dalam arti yang demikian jugalah kata iman dipakai di
dalam ungkapan “orang benar itu akan hidup oleh imannya atau percayanya” (Hab.
2:4; bnd Rm. 1:17; Gal 3:11; Ibr. 10:38).
Jenis-jenis Iman
Alkitab tidak selalu membicarakan iman dalam pengertian yang sama. Louis
Berkhof membagi empat jenis iman sebagai berikut.
a)
Iman historis
Iman
ini sepenuhnya merupakan penerimaan atas kebenaran, tanpa memperhatikan tujuan
moral maupun spiritual. Iman ini mungkin akibat dari suatu tradisi, pendidikan,
pendapat umum, atau suatu kekaguman atas kebesaran Alkitab, dan sebagainya,
yang disertai dengan tindakan umum Roh Kudus. Mungkin saja, iman ini sangat ortodoks dan alkitabiah, tetapi tidak
berakar dalam hati, seperti
dalam Injil Matius 7:26; Kis 26:27; Yak 2:19
b)
Iman Mujizat
Yang
disebut dengan iman mujizat adalah suatu kepercayaan yang ada di dalam pikiran
seseorang bahwa sebuah mujizat akan dapat dilakukannya atau dilakukan atas namaNya.
Allah dapat memberikan kepada seseorang satu pekerjaan yang mengatasi kekuatan
alamiahnya dan memungkinkan dia melakukannya. Setiap usaha semacam itu membutuhkan
iman. Hal ini sangat jelas dalam keadaan dimana manusia tampil hanya sekedar
sebagai alat Tuhan atau sebagai seorang yang mengumumkan bahwa Tuhan akan
mengerjakan mujizat, sebab orang semacam itu harus mempunyai rasa percaya yang
penuh bahwa Tuhan tidak akan mempermalukan dia. Akhirnya Tuhan hanya dilihat hanya
sebagai pembuat mujizat. Iman inipun dapat disertai iman yang menyelamatkan (Mat 8:10-13; Yoh 11:22).
c)
Iman Sementara
Iman
seperti ini adalah kepercayaan terhadap kebenaran agama yang disertai dengan
tuntunan hati nurani dan pengaruh perasaan, tetapi tidak berakar dalam. Istilah
ini diambil dari Injil Matius 13:20,21. Disebut sebagai iman
sementara sebab tidak permanen dan gagal mempertahankan diri pada hari
pencobaan dan kesulitan. Iman semacam ini kadang-kadang disebut iman munafik.
Mungkin sebaiknya iman ini disebut sebagai iman khayalan. Kristus menyebut
orang yang percaya sedemikian: “tidak berakar pada dirinya sendiri” (Mat.
13:21). Secara umum dapat dikatakan bahwa iman sementara berdasar pada hidup
emosional dan berusaha mencari kesenangan pribadi dan bukan kemuliaan Tuhan.
d)
Iman yang Benar dan Menyelamatkan
Iman yang benar dan menyelamatkan
adalah suatu iman yang memiliki kedudukan dalam hati dan berakar pada hidup
yang telah mengalami kelahiran kembali. Iman ini pertama-tama bukan tindakan
manusia akan tetapi suatu potensi yang diberikan oleh Tuhan dalam hati orang
berdosa. Benih iman ditanamkan dalam diri manusia ketika ia mengalami kelahiran
kembali. Hanya sesudah Tuhan menanamkan benih dalam hati manusia, maka ia dapat
melakukan tindakan iman. Iman yang menyelamatkan dapat diartikan sebagai suatu
keyakinan yang pasti yang ditanamkan dalam hati manusia oleh Roh Kudus, kepada
kebenaran Injil dan suatu kepercayaan yang sesungguhnya pada janji Allah dalam
Kristus. Akhirnya memang benar bahwa Kristus adalah objek iman yang
menyelamatkan, tetapi Ia diberikan kepada kita hanya melalui Injil.
C.
Peranan Teologi Sistematika
bagi Pertumbuhan Iman Mahasiswa Teologi
Yang menjadi peranannya adalah ketika mahasiswa teologi
memahami teologi sistematika, maka mahasiswa teologi mampu memberikan
penjelasan kepada orang awam, sehingga pertumbuhan iman mahasiswa teologi
semakin bertambah dan mampu memberi pengajaran yang baik. Dengan demikian, teologi sistematika juga mampu membuat
mahasiswa teologi menyusun khotbah dengan baik dan tersusun secara sistematis.
Apabila pertumbuhan iman mahasiswa teologi semakin kuat maka pengajaran Alkitab
yang diberikan kepada kaum awam akan lebih baik dan mampu memberi penjelasan
dengan benar. Sehingga dapat kita melihat pertumbuhan iman mahasiswa teologi
semakin lama belajar teologi, maka imannya pun semakin
bertambah dan semakin kuat bukan malahan sebaliknya.
Peranan teologi sitematika bagi pertumbuhan iman mahasiswa
teologi sangat penting karena ketika mahasiswa teologia belum belajar teologi
sistematika mungkin mahasiswa tidak mampu menjelaskan dan
mempertanggungjawabkan imannya ketika orang luar sana mempertanyakan tentang
Yesus Kristus.
Dalam hal ini, kita tahu bahwa iman adalah dasar bagi mahasiswa teologia supaya mampu mengontrol agar tetap percaya dan
mampu menguasai dirinya sendiri.
D. Orang yang belajar teologi seharusnya kerohaniannya harus
lebih baik
Pemahaman seseorang akan lebih baik dan memberikan dampak yang baik setelah
belajar teologi. Iman semakin kuat dan bertumbuh
didasari oleh pengetahuan yang makin mendalam belajar teologi. Dengan belajar
teologi seseorang akan menghasilkan benih kerohanian yang baik, iman yang
bertumbuh dan mampu berubah dari paradigma yang sederhana menjadi meningkat
tentang hal yang baik. Dengan demikian, dengan belajar teologi akan menolong dan
memberikan sumbangsih pada peningkatan kerohanian seseorang dan imannya semakin bertumbuh.
Tentunya, sudah pasti orang yang belajar teologia
seharusnya kerohaniannya harus lebih
baik dan dapat menjadi kesaksian hidup bagi setiap orang yang melakukan FirmanNya. Seseorang berteologi tentu bertujuan untuk menopang kerohanian, gagasan dan pemahaman akan Allah, dan sifat kepribadian-Nya. Kegigihan
seseorang berteologia bukan menjauhkan diri pemahamannya akan Allah, melainkan
bertekun, imannya semakin kuat, relasinya kepada Tuhan semakin erat.
BAB III
KESIMPULAN
Teologi
Sistematika dan Iman merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan. Begitu
banyak pandangan dan pendapat mengenai Teologi. Begitu luas Teologi itu untuk
dijabarkan karena sumbernya yang tidak terhingga, sehingga perkembangannya pun
sampai sekarang masih terus berlangsung dan tidak pernah berhenti selalu ada
yang baru mengenai Teologi. Sebagai ilustrasinya, teologi menjadi potongan-potongan “puzzle” dimana tiap
potongan “puzzle” tersebut mempunyai arti dan warna tersendiri. Tiap potongan
“puzzle” saling terkait satu dengan yang lain hanya untuk menjelaskan sebagian
dari Kemuliaan Tuhan. Begitu luasnya teologi itu untuk dikaji mengundang setiap
manusia yang menggalinya terlewat sampai batas menuju untuk tidak percaya
kepada Teologi itu sendiri, jika hal ini terjadi maka Iman berfungsi untuk
menahan hal tersebut. Jadikan Iman sebagai dasar berpikir untuk masuk dalam
keilmuan Teologi, jadikan Iman sebagai Frame atau bingkai dalam menggali
Teologi sebagai bidang keilmuan bagi Kemuliaan Tuhan Allah Bapa di Surga.
Jadi,
Teologi Sistematika sangat penting bagi pertumbuhan iman mahasiswa teologia
karena ketika mahasiswa mulai (skeptis) meragukan Teologi, maka imanlah yang
harus mampu mengontrol semua itu, sehingga imannya semakin kuat dan mampu
mempertanggungjawabkan semuanya ketika banyak orang mulai suam-suam atau tidak
percaya dengan Yesus Kristus. Peneliti percaya, bahwa belajar mengenai peranan teologi
sistematika dapat memotifasi dan menambah kerohanian dan pertumbuhan iman
mahasiswa semakin baik, dan kuat didalam Tuhan Yesus Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar