Kamis, 08 Mei 2014

Makalah Pertumbuhan Gereja Peran Kelompok Sel dalam Pertumbuhan Gereja


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Makalah ini adalah suatu karya untuk memberikan penjelasan mengenai apa yang menjadi bentuk keterikatan atau hubungan dari pengertian Kelompok Sel dalam ruang lingkup Pertumbuhan Gereja. Kelompok Sel dan Pertumbuhan Gereja itu memiliki suatu keterkaitan yang begitu erat dalam mengembangkan kerja sama di dalam gereja sehingga gereja mengalami pertumbuhan iman yang baik .
Dalam arti luas pengertian kelompok sel adalah sebagai berikut :
Ø  Sebuah Kelompok Sel pertama kali harus diawali dengan melayani Tuhan, berdoa dan berada dalam sebuah kesatuan. Tuhan akan memimpin seperti yang kita minta padaNya.
Ø  Sistem kelompok sel yang pertama ditemukan dalam Perjanjian Baru dan hal itu dimulai, diinspirasi dan dipimpin oleh Roh Kudus. Tuhan Yesus Kristus sebagai kepalanya (Efesus 1:20-23).
Ø  Kelompok Sel merupakan sistem informal yang secara keseluruhan dipimpin oleh Roh Kudus. Sistem ini bukan merupakan sebuah metode, teknik atau taktik tetapi lebih merupakan sebuah sistem yang terbuka di mana Tuhan Yesus Kristus dapat berkarya secara bebas dengan kekuatan Roh Kudus untuk membangun karyaNya yang hebat, dalam segala hal terhadap umatNya.
         Gereja adalah lembaga persekutuan orang percaya yang dibentuk oleh Allah berdasarkan kasih Kristus. Di dalam persekutuan tersebut hidup anggota-anggota tubuh Kristus yang bergerak bersama dengan sebuah komitmen untuk hidup di dalam kebenaran firman Allah. Gerak kehidupan orang percaya bukan untuk sebuah tujuan yang sifatnya duniawi tetapi gerak kehidupan dinamis dan memiliki dimensi kekekalan. Tujuan kehidupan yang dibangun di dalam persekutuan tersebut adalah memuliakan Nama Tuhan Yesus sebagai ucapan syukur atas anugerah kehidupan dan keselamatan.[1]
Sebagaimana kehidupan tanaman memerlukan pertumbuhan secara alami, maka gereja pun memerlukan pertumbuhan yang berlangsung secara sehat dan alamiah. Misalnya, suatu tumbuhun dapat bertumbuh dengan baik bila terdapat ketersediaan media dan sari makanan yang cukup. Demikian pula gereja dapat bertumbuh dengan baik bila kehidupan orang-orang percaya di dalamnya memiliki kehidupan dan memaknai dan menghayati kebenaran firman Allah sebagai makanan rohani bagi pertumbuhan tersebut. Demikian pula pertumbuhan gereja tidak dapat didasarkan pada karya tangan manusia. Megahnya sebuah gedung ibadah, peralatan musik, dan meriahnya suasana perkumpulan bukan sebuah indikator utama dalam sebuah pertumbuhan gereja lokal.
Kelompok sel adalah kumpulan-kumpulan orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan memberikan hidupnya untuk kemuliaan Tuhan. Kelompok sel juga sangat berpengaruh untuk pertumbuhan gereja karena dimana tidak ada kelompok sel maka gereja tidak dapat bertumbuh. Artinya kelompok sel sangat mempengaruhi pertumbuhan gereja, karena kelompok sel adalah merupakan bagian dari tugas/pelayanan gereja tersebut.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa arti dasar Pertumbuhan Gereja ?
2.      Apa yang menjadi demensi dari Pertumbuhan Gereja ?
3.      Apa peran Kelompok Sel ?
C.     Tujuan
Tujuan peneliti dalam pembuatan makalah ini yakni dilakukan untuk :
1.      Mendeskripsikan dasar Pertumbuhan Gereja.
2.      Mendeskripsikan demensi dari Pertumbuhan Gereja.
3.      Mendeskripsikan peran Kelompok Sel.

BAB II
DASAR PERTUMBUHAN GEREJA

Dalam makalah ini, adapun bagian-bagian yang menjadi dasar-dasar Pertumbuhan Gereja adalah :
A.    Gereja Menurut Perspektif[2]
Firman Allah menyatakan bahwa segala sesuatu dari Dia, dan melalui Dia, dan oleh Dia dan bahwa akhirnya Allah adalah segalanya (Roma 11:36; I Kor 15:28).
1)      Teosentrisitas dan humanitas. Manusia adalah ciptaan Allah, dibentuk menurut gambar Allah dan untuk maksud Allah, dan dengan kekekalaan serta hal-hal kekal terukir dalam keberadaan mereka.
2)      Arti penting konsep tentang Allah. Dia ada sebelum semua ada, mengatasi semua, ada dalam semua, dan tetap sama dari kekal sampai kekal.
3)      Teosentrisitas dan penyembahan berhala. Teosentrisitas adalah sifat yang alkitabiah serta menghargai Allah. Karena itu, sebuah gereja yang ingin berkembang (bertumbuh), atau ingin memenuhi ketentuan-ketentuan Alkitab, atau memenuhi tuntutan dan kebutuhan paling dalam dari umat manusia, maka ia harus bersifat teosentris dalam pesan, dalam penekanan, dalam perspektif dan dalam sasarannya. Kristo-sentriritas dalam Perjanjian Baru.”Allah ada dalam Kristus”, ini adalah rahasia penting dari PB. Bahwa Allah “menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia”, dan yang “mendamaikan dunia dengan Diri-Nya (I Tim 3;16; II Kor 5:18-21) adalah kabar baik bagi seluruh umat manusia. PB adalah Amanat Agung dari Tuhan Yesus Kristus. Pneumatologi atau ajaran tentang Roh Kudus dalam PB. Kita sekarang hidup dalam jaman Roh Kudus dan bahwa Dia adalah Parakletos (Penolong) dari Allah di zaman ini. Secara umum, Roh Kudus telah diabaikan atau diangap tidak rasional, misterius, membingungkan, impersonal. Akibatnya gereja mengalami kehampaan Teokrasi dalam PB. Adapun  hal-hal spesifik yang jelas berasal dari Alkitab, yakni:
(1) bahwa kerajaan itu akan segera dinyatakan .
(2) bahwa kerajaan tersebut mempunyai ciri yang rumit yang sulit didefinisikan.
(3) bahwa muncul ciri khas dari kerajaan itu sepanjang zaman yang berlaku universal dan bersifat kualitatif. Ajaran tentang gereja atau eklesiologi dalam PB. Lembaga yang dibentuk Allah adalah (1) keluarga (2) pemerintah (3) bangsa Israel (4) Gereja.
Saat ini merupakan zaman dimana berdirinya gereja pertumbuhan, ekspansi, dan pelipatgandaan jumlah gereja telah menjadi obsesi para penginjil, zaman dimana sosiologi dan antropologi menjadi lebih dominan dalam misiologi ketimbang Alkitab dan teologi, juga ketika teknologi dan metodologi lebih dikenal ketimbang gerakan ilahi Roh Kudus. Ajaran tentang Alam semesta atau Kosmologi dalam PB. Konsep dunia mengandung tiga pengertian, bisa berarti umat manusia, alam semesta atau seluruh ciptaan, berbagai system licik yang telah dikembangkan manusia dibawah pengaruh Iblis.

B.     Gereja Adalah Jemaat Allah[3]
Gereja Yesus Kristus adalah buatan Allah (Efesus 2:10). Dari perspektif sejarah penyelamatan (Heigeschichte) dan teologi tentang gereja, gereja Yesus Kristus lahir pada Pentakosta. Terdapat hubungan yang fungsional dan kualitatif antara Israel dengan gereja adalah sulit dibantah. Keduanya sama-sama berada dalam kerajaan Allah dan menjadi bagian darinya. Pentakosta adalah hari kelahiran gereja Yesus Kristus sebagai umat Allah yang unik, berbeda dan terpisah, permulaan dari rumah tangga Allah baru. Sebagian besar kekristenan diumpamakan antara gandum dan lalang bercampur, antara yang benar dan yang palsu, yang memberi pengakuan dan yang kerasukan sukar dibedakan, agama dan budaya, spiritualitas dan psikologi, teologi dan filsafat, gereja dan komunitas begitu membingungkan, sehingga tidak dapat dipisahkan.
Gereja adalah jemaat Allah. Alkitab mengandung begitu banyak kesaksian tentang fakta bahwa gereja adalah jemaat Allah. Gereja bukan sesuatu lembaga atau organisasi buatan manusia. Gereja pada hakikatnya adalah organisme yang dilahirkan oleh Roh Allah pada hari Pentakosta (Kis 2). Yang menetapkan agenda bagi gereja bukan dunia, melainkan Alkitab adalah kedaulatan tertinggi dan kasih karunia Allah untuk menetapkan keanggotaan, misi, maksud, dan tujuan Gereja. Inilah hukum tertinggi dari pertumbuhan gereja bahwa ia bergantung kepada Tuhan. Dengan penuh kedaulatan Dia menyatakan: “Aku akan mendirikan jemaat-ku” (Mat 16:18). Sementara ciri-ciri sebuah gereja lokal yang alkitabiah adalah:
v  Gereja adalah perhimpunan orang-orang percaya yang sudah dibaptis.
v  Gereja adalah sebuah badan yang tetap beranggotakan orang-orang percaya.
v  Gereja adalah suatu persaudaraan beranggotakan orang orang percaya. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya yang menerapkan disiplin.
v  Gereja adalah persekutuan orang-orang percaya yang memberikan kesaksian. Gereja adalah suatu persekutuan orang orang percaya yang beribadah.
C.     Pertumbuhan Gereja Adalah Pekerjaan Allah[4]
menurut pengertian Heilgeschichte (sejarah penyelamatan) sebagai protevangelium (pemberitaan yang pertama) tentang usaha penyelamatan mulia oleh Allah, secara objektif dikerjakan oleh Kristus Yesus dan secara subjektif diwujudkan oleh tindakan mulia dari Roh Kudus. Empat unsur dikemukakan secara jelas dalam rencana mulia pada Mat 16:18 yaitu: Dasar dari gereja ialah Yesus Kristus sendiri, Batu karang itu adalah dasar dari batu penjuru utama, pendiri gereja yaitu Yesus Kristus sendiri adalah pendirinya, serta ketahanan gereja adalah supaya gereja akan bertahan dan menang.
Rencena penyelamatan dalam Trinitas bisa diringkaskan sebagai berikut: Trinitas menyusun rencana penyelamatan, Bapa yang menjanjikannya, Anak yang mendapatkan janji itu, dan Roh Kudus yang melaksanakannya. Parakletos (Penolong) adalah sebutan resmi Roh Kudus mengingat pekerjaan-pekerjaan-Nya sejak Pentakosta. Roh Kudus dan Potensi yang tinggi. Roh Kudus bukan hanya mengantar ke dalam zaman penginjilan, Ia juga menciptakan atmosfir (suasana) bagi penginjilan-penginjilan di mana gereja bisa bekerja. Pekerjaan mulia Roh Kudus ialah Penciptaan potensi tinggi, kejadian-kejadian sejarah dan potensi yang besar.
Roh Kudus dan Heilsgeschichte. Teologi dan filsafat masa kini (kontemporer) mengaku bahwa seluruh sejarah adalah sama dan hanya terdapat satu sejarah. Seluruh sejarah dibagi menjadi Heilsgeschichte dan sejarah umum. Heilsgeschichte, menurut pengertian Alkitab dimulai sejak panggilan terhadap Abraham, dilanjutkan diseluruh sejarah Israel pada zaman perjanjian Lama, dan diteruskan di dalam dan melalui gereja Yesus Kristus. Israel adalah alat untuk menjaga monoteisme etika di dunia ini. Israel memberi sumbangan sebuah Kitab Suci kepada dunia, yaitu Alkitab yang menjadi sumber bagi gagasan-gagasan moral paling tinggi untuk semua aspek dan hubungan dalam kehidupan ini.
Gereja itu sendiri bukan tujuan: gereja harus menjadi jembatan antara Allah dan dunia. Pertumbuhan gereja yang mempunyai tujuan supaya gereja bisa menjadi garam dan terang dunia (Mat 5:13-16). Hanya dengan demikian gereja benar-benar menjadi bagian dari aliran Heilsgeschichte. Alkitab memperhadapkan kita dengan fakta-fakta bukan teori-teori dan filsafat.
D.    Dasar untuk gereja yang Sehat
Fondasi menentukan besarnya dan kekuatan sebuah gedung. Anda tidak mungkin membangun gedung yang lebih besar dari dasar yang sudah ada. Gereja yang dibangun atas dasar yang tidak memadai atau yang salah takkan pernah mencapai ketinggian yang dimaksudkan Allah untuk gereja tersebut. Gereja itu akan roboh bila lebih tinggi daripada yang dapat ditanggung dasarnya.[5]
Tujuan anda akan menghasilkan 5 keuntungan yang baik bagi gereja anda :[6]
1.      Membangun semangat juang.
Paulus berkata bahwa kunci untuk mencapai keharmonisan dalam gereja adalah bersatu dalam tujuan. Jika misi anda tidak jelas, maka semangat juang anda akan rendah.
2.      Mengurangi frustasi.
Pernyataan tujuan mengurangi frustasi karena penyataan itu mengizinkan kita melupakan hal-hal yang tidak begitu penting. Tujuan yang jelas bukan hanya menegaskan apa yang harus kita lakukan, tetapi juga menegaskan apa yang harus kita lakukan.
3.      Menetapkan konsentrasi.
Kehidupan yang terfokus dan gereja yang terfokus akan mempunyai pengaruh jauh lebih besar daripada yang tidak terfokus.
4.      Menarik kerjasama.
Jika gereja secara jelas menyampaikan tujuannya, orang pasti ingin bergabung. Ini disebabkan setiap orang sedang mencari sesuatu yang memberikan arti, tujuan, dan arah kepada hidup.
5.      Membantu evaluasi.
Seperti yang dikatakan Peter Ducker, Apa usaha kita? dan Bagaimana keadaan usaha itu? inilah dua pertanyaan yang paling penting untuk mengevaluasi gereja anda. Pernyataan tujuan gereja anda harus menjadi standar untuk mengukur kesehatan dan pertumbuhan gereja anda.
BAB III
DIMENSI DARI PERTUMBUHAN GEREJA

Yang menjadi dimensi-dimensi dari Pertumbuhan Gereja :[7] Tujuh Dimensi Pertumbuhan Gereja adalah:
1)      Ibadah kepada Allah
2)      Pelayanan ditengah-tengah persekutuan
3)      Konseptualisasi Alkitab
4)      Penginjilan kepada kelompok masyarakat
5)      Mengakomodasi tuntunan ( kebutuhan ) lingkungan
6)      Memperkenalkan gaya hidup Kristiani kepada masyarakat
7)      Proklamasi Injil ke seluruh dunia

Selain tujuan dimensi diatas, ada juga dimensi yang dipakai didalam pertumbuhan gejera masa kini, yaitu :[8]
ü  Yesus menarik orang banyak dengan cara mengasihi orang yang belum percaya
ü  Yesus menarik orang banyak dengan memenuhi kebutuhan mereka
ü  Yesus menarik orang banyak dengan mengajar dalam cara yang praktis dan menarik
ü  Ibadah dapat menjadi sebuah kesaksian
ü  Mengatur kebaktian bagi orang yang tidak bergereja
ü  Memilih musik anda berkhotbah kepada orang yang tidak bergereja


BAB IV
PERANAN KELOMPOK SEL
Tujuan-tujuan Utama Kelompok Sel :[9]
Berdasarkan pemahaman strategis, muncul beberapa tujuan strategi kunci ini sekaligus merupakan keunggulan sel.
  1. Saling memperhatikan.
Hal yang paling sulit dialami dalam ibadah raya ialah saling mempedulikan. Dalam sel yang sehat, Kristus bekerja memberkati setiap anggota, sehingga setiap orang menerima dan memiliki hidup Kristus, saling mengasihi dengan kasih Kristus, saling menolong, dan saling membantu (Efesus 4:1-6). Di dalam kelompok sel yang sehat, Kristus memerintah, Roh Kudus bekerja, kasih-Nya mengalir dan dialami oleh setiap orang. Dalam kelompok sel yang sehat, Allah bekerja, sehingga kesatuan sejati dan kesehatian yang tulus (Kisah Para Rasul 3:32a) terwujud tanpa kemunafikan. Inilah yang menunjang pertumbuhan rohani setiap anggota, saling menguatkan untuk membawa kasih itu kepada orang lain.
  1. Penjangkauan keluar.
Pertumbuhan rohani yang sehat tidak dapat dipisahkan dari upaya untuk mengasihi yang terhilang dalam dosa. Sebaliknya, kasih Kristus yang dialami dalam kelompok sel adalah dorongan kuat untuk menjangkau jiwa bagi Tuhan. Tugas ini dapat dikerjakan oleh setiap orang, tetapi akan lebih efektif bila dilaksanakan dalam kelompok sel. Dalam kelompok sel setiap orang didoakan, disiapkan, dan dilatih untuk diutus keluar menjangkau orang yang belum percaya bagi Allah sebagai bukti pekerjaan Kristus dalam hidupnya. Orang Kristen baru itu tidak merasakan kasih Kristus, dan tidak menemukan hal yang berbeda dengan keadaan di dunia sekuler, bila orang dalam persekutuan Kristen tidak saling mengasihi. Akibatnya, ia sulit bertahan hidup dalam kelompok seperti itu dan mencari kelompok lain yang dapat menolong pertumbuhan imannya. Hal ini tidak dapat ditemukan dalam penginjilan secara pribadi (Pengkhotbah 4:9-12, Matius 16:19-20).
  1. Mengembangkan karunia rohani.
Berdasarkan kebenaran Firman Tuhan, setiap orang yang sudah bertobat, menerima Kristus dan dilahirkan kembali, memiliki Roh Kudus (Efesus 1:13-14). Roh Kudus itulah yang membagikan karunia bagi setiap orang percaya (Kisah Para Rasul 2:38; 1Korintus 12:4-13). Bila kita jujur, banyak orang percaya hidup bertahun-tahun, tanpa mengetahui dengan jelas karunia apa yang dimilikinya, walaupun telah bertobat. Itulah sebabnya, ia tidak bertumbuh secara sehat dan kurang giat dalam pekerjaan Tuhan. Hal lain yang sangat disayangkan, yaitu tidak semua orang percaya diberdayakan bagi kemajuan gereja Tuhan.
  1. Mempersiapkan gereja di masa sulit.
Bila orang tidak diajarkan secara sistematis dan tidak dilatih untuk melayani menurut karunianya, imannya mudah goyah. Itulah sebabnya, bila datang tantangan iman, mereka mudah menjadi lemah dan berbalik kepada kepercayaan yang sia-sia. Kelompok sel bukan hanya mempersiapkan orang Kristen agar hidup dalam anugerah Allah, tetapi juga menolong orang Kristen agar dapat bertahan terus di masa-masa sulit sebab tidak bergantung pada gedung tertentu.
FILSAFAT DASAR PELAYANAN SEL[10]
Banyak orang mudah lemah dalam pelayanan, bukan hanya mereka belum memiliki visi yang jelas, tetapi juga karena tidak memiliki filsafat pelayanan yang merupakan dorongan yang menggairahkan militansi dalam melayani.
Ada lima prinsip utama yang merupakan filsafat dan kekuatan kelompok sel.
  1. Sel adalah "gaya hidup", bukan metode. Orang hanya dapat menjadi anggota sel yang sehat, bila telah menerima hidup Yesus dalam bimbingan secara pribadi. Bila seseorang belum bertobat dan memiliki hidup Yesus, maka semua kegiatan menjadi suatu program kosong, bagaimana pun direkayasa. Firman Tuhan hanya akan menjadi kerinduan bagi orang yang telah memiliki hidup Yesus (1Petrus 2:2). Selain itu, orang itu tidak akan memahami firman sebagai perkara rohani (1Korintus 2:14). Hanya, bila seseorang telah memiliki hidup Yesus, maka ia akan terus bertumbuh dan akan mengalami perubahan nilai hidup (2Korintus 5:17). Dengan demikian, filsafat pertama yang harus dipahami ialah bahwa dalam sel, setiap orang harus mengalami perubahan nilai dari waktu ke waktu oleh pekerjaan Roh Kudus dan Firman Allah (2Timotius 3:16-17). Dengan demikian, Firman Allah menjadi kesukaannya, dan sel atau kelompok yang bertumbuh dalam kebenaran akan menjadi gaya hidupnya.
  2. Pemuridan yang sesungguhnya terjadi terus-menerus. Dalam pola tradisional, sering kita temukan istilah "program latihan pemuridan". Ungkapan ini tidak salah, hanya saja proses pemuridan tidak tergantung pada satu program saja. Pemuridan adalah suatu proses yang berlangsung terus-menerus (Yohanes 15:1-8). Ranting tidak dapat berbuah bila tidak tinggal tetap atau terus-menerus menerima aliran kekuatan dari pokoknya. Di dalam sel yang terbina dengan baik, setiap anggota akan terus- menerus mengalami perubahan dan proses pembinaan dan terus ditambah dari hari ke hari, sehingga menjadi murid yang memuliakan Tuhan.
  3. Sel adalah sarana mobilisasi jemaat seutuhnya. Proses pemuridan yang sehat pasti mendorong setiap orang keluar untuk memberitakan Injil kepada dunia yang berdosa. Semakin dekat hubungan seseorang dengan Allah dan terus bertumbuh dalam anugerah-Nya, semakin ia dikuatkan untuk bergerak keluar dengan kasih dan kuasa Allah. Inilah wujud pertumbuhan alamiah yang dikerjakan Roh Allah dalam setiap orang percaya (Zakharia 4:6). Dengan demikian, bila gereja ingin memiliki kekuatan mobilisasi total, dimana setiap orang bergerak bagi Kristus, sel harus dibina secara intensif.
  4. Penginjilan dengan sistem jala, bukan pancing. Melalui sel, sistem penjangkauan keluar bukan hanya harus sistematis dan terus-menerus, tetapi juga dapat memungkinkan multiplikasi yang cepat. Filsafat dasar dari sel adalah multiplikasi. Pertumbuhan karakter dari setiap anggota terwujud dalam penjangkauan keluar yang terprogram yang menjadi gaya hidup sel. Penjangkauan dalam oikos jauh lebih efektif dari penjangkauan oleh pribadi demi pribadi. Bila setiap orang giat memberitakan Injil, maka setiap bulan, bahkan mungkin setiap hari ada jiwa yang dimenangkan kepada Tuhan melalui sel itu. Sistem penjangkauan ini dikuatkan dengan doa yang difokuskan pada sasaran yang khusus. Selain itu, terjadi kerja sama yang aktif antara anggota dengan Roh Kudus, sehingga kesaksian setiap anggota akan sangat berguna untuk mendorong yang lain, sebab kuasa yang nyata dialami. Inilah kekuatan sel dalam membawa orang datang dan percaya kepada Yesus.
  5. Memberi tempat pada Roh Kudus untuk memakai setiap orang. Sistem yang berlaku dalam sel ialah memberdayakan setiap orang agar dapat dipakai Tuhan. Dengan demikian, setiap orang sadar bahwa ia sendiri tidak memiliki kemampuan untuk membawa orang datang kepada Yesus, kecuali ia sungguh berpegang pada Firman Allah dan bergantung pada kuasa Roh Kudus terus-menerus. Jadi, semua orang bergerak bersama bagi Tuhan dan bukan tergantung pada orang tertentu yang berkarunia hebat.
Dengan filsafat dasar ini, jelas bahwa prinsip ini sesuai dengan prinsip pertumbuhan gereja yang sehat atau yang disebut sebagai pertumbuhan yang alamiah, yaitu pertumbuhan yang dikerjakan oleh Allah sendiri. Penjelasan Christian A. Schwarz bersama timnya yang mengadakan penelitian terhadap 1000 gereja di lima benua di dunia, mengemukakan hasil penemuan mereka dalam sebuah buku yang berjudul "Pertumbuhan Gereja yang Alamiah". Dalam pasal satu, ia mengemukakan delapan karakteristik:
  1. Kepemimpinan yang melakukan pemberdayaan
  2. Pelayanan yang berorientasi pada karunia
  3. Kerohanian yang haus dan penuh antusiasme
  4. Struktur pelayanan yang tepat guna
  5. Ibadah yang membangkitkan inspirasi
  6. Kelompok kecil yang menjawab kebutuhan secara menyeluruh
  7. Penginjilan yang berorientasi pada kebutuhan
  8. Hubungan yang penuh kasih
Dalam analisisnya terhadap setiap karakter tersebut, didapati bahwa kelima unsur filsafat di atas sejalan dengan karakter yang dikemukakan oleh Schwarz.

BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN

Kelompok Sel dan pertumbuhan gereja tidak dapat dipisahkan karena sangat saling bergantungan. Gereja tanpa kelompok sel tidak dapat bertumbuh juga sebaliknya.
Sebuah gereja sel akan memiliki sebuah program pelatihan, didasarkan pada pelajaran individual dalam menjalani kehidupan sehari-hari, yang bertujuan untuk memperlengkapi setiap anggota dalam apapun pelayanan mereka di kehidupan gereja, penjangkauan di tempat umum, misi, dan lain-lain. Tentunya juga akan sangat jelas bahwa secara struktur sebuah gereja sel akan memiliki pertemuan-pertemuan pemimpin sel, pembinaan, pelayanan kaum muda, dan lain-lain. Beberapa gereja sel bahkan mengembangkan sel kaum muda untuk anggota berumur mulai dari 14 tahun ke atas.
Sangatlah penting untuk melihat bahwa gereja sel tidak hanya sebuah struktur biasa tapi mencoba untuk menerapkan nilai-nilai dan prinsip Akitabiah. Jika gereja dibangun dengan struktur tanpa pengertian akan nilai-nilai, maka akan ada bahaya penyimpangan nilai di dalam setiap kegiatannya. Jadi, gereja yang telah mencoba menerapkan ini pasti telah menghabiskan waktu-waktu pertamanya untuk mencari nilai-nilai dan prinsip-prinsip di balik gereja sel dan memberikan kesempatan bagi pemimpin dan jemaat untuk aktif dalam ide-ide itu. Kemudian mereka akan menjalankan sebuah model sel dengan pemimpin sel yang potensial selama 4-5 bulan, supaya mereka dapat melihat praktek prinsip yang telah mereka tetapkan, dan perlahan-lahan akan bermultiplikasi ke luar. Kira-kira akan dibutuhkan waktu 2 atau 3 tahun atau mungkin lebih lama lagi untuk mentransisikan gereja biasa ke bentuk sel. Mereka mungkin sebuah gereja dengan struktur yang kokoh sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama. Beberapa gereja yang ada sekarang juga memiliki struktur yang lemah sehingga mampu mentransisikan dengan lebih cepat.
Jadi, kelompok sel sangat penting bagi pertumbuhan gereja. Gereja tidak akan bertumbuh jika kelompok sel tidak berjalan dengan baik. Maka gereja tanpa kelompok sel tidak akan bisa bertumbuh. Dari itu bentuklah kelompok sel yang benar-benar anggotanya takut akan Tuhan dan kerohaniannya bertumbuh agar kelompok sel itu membuat gerejanya bertumbuh kerohaniannya lebih dalam lagi kepada Tuhan Yesus.



[1] http://newcharis.wordpress.com/pertumbuhan-gereja/komponen-pertumbuhan-gereja
[2] George W. Peters, Teologi Pertumbuhan Gereja,(Yayasan Penerbit Gandum Mas :2002 ), hal 35-59
[3] Ibid, hal 61-73

[4] George W. Peters, hal 75-107


[5] Rick Warren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini, ( Gandum Mas : 2003 ), hal 92
[6] Rick Warren, hal 92-99

[7] George W. Peters, Teologi Pertumbuhan Gereja,(Yayasan Penerbit Gandum Mas :2002 ), hal 27

[8] Rick Warren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini, ( Gandum Mas : 2003 ), hal 214-299

[9] http://misi.sabda.org/tujuan_pelayanan_sel
[10] Pdt. Dra. Ny. P. Tuhumury, M.Div., Strategi Pelayanan Sel, (Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 2001 ), hal 18-24