BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada saat Rasul Paulus menulis Surat ini, ia belum pernah
bertemu dengan orang percaya yang ada di Kolose (Kol. 2:1). Banyak orang yang
percaya bahwa Epafras bertobat melalui pelayanan Rasul Paulus ketika rasul itu
menghabiskan waktu selama tiga tahun pelayanan di Efesus. Frigia termasuk daerah Asia Romawi (daerah
yang dikuasai Roma), dan Paulus pernah berada di Frigia (Kis. 16:6; 18:23),
tetapi bukan di Kolose (Kol. 2:1).
Kita tahu dari surat ini bahwa suatu ajaran sesat, yang
dalam wujudnya berkembang pesat menjadi Gnostisisme, sudah mulai mengancam
jemaat di Kolose. Para penganut aliran Gnostik ini membanggakan diri mereka
berdasarkan ‘pengetahuan’ mereka (bahasaYunani, gnosis). Mereka menyatakan
bahwa mereka memiliki informasi yang lebih hebat dari informasi rasul-rasul,
dan berusaha menciptakan kesan bahwa seseorang tidak bisa benar-benar bahagia kecuali
ia telah masuk ke dalam rahasia-rahasia terdalam dari ajaran mereka. Beberapa
penganut Gnostik menyangkal kemanusiaan sejati Yesus. [1]
Surat kepada jemaat di Kolose merupakan surat yang menjelaskan kebenaran
Injil ketika diperhadapkan dengan dan melawan, filsafat-filsafat yang
mempengaruhi jemaat Kolose. Bertentangan dengan pandangan filsafat yang
berkembang di Kolose (yang menyebabkan sinkretisme),
Paulus memperlihatkan bahwa Yesus adalah Tuan (dalam bahasa Yunani, kurios) semesta alam dan juga kurios gereja.[2]
Ditinjau dari perspektif iman Kristen pemahaman tentang
Keutamaan Kristus merupakan hal penting bagi kehidupan kekristenan masa kini.
Namun tidaklah semua orang Kristen benar-benar mengerti bahwa Kristus
melingkupi segala-galanya dan masih ada beberapa orang Kristen yang beranggapan
bahwa Kristus bukanlah Tuhan seutuhnya, mereka mengatakan bahwa Kristus hanya
Manusia Ilahi. Arius berpendapat dan menolak ajaran
mengenai keilahian Kristus dengan pandangan bahwa Kristus hanyalah ciptaan
Allah dan bukan Allah. Dari pemikiran Arius ini ia dikutuk dan meninggal,
ajaran dan pandangannya tetap berkembang dan disebarluaskan oleh para
pengikutnya dan aliran ini disebut dengan Arianisme.[3]
Dari keterbatasan pemahaman inilah perlu adanya
penelitian untuk kita mempelajari dengan teliti mengenai keutamaan Kristus
karena hal ini merupakan suatu pokok penting yang menjadi dasar iman
Kristen. Dan hal itu pun yang terjadi di
Kolose dimana jemaat Kolose terancam oleh ajaran sesat Gnostik Yahudi, tetapi
kita tidak dapat memastikan seberapa jauh ajaran itu menyusup atau apakah hal
itu telah menyebabkan terjadinya konflik terbuka.[4]
Berkaitan dengan ini penulis melakukan penelitian berupa tinjauan
teologis, mencari penjelasan yang akan menjawab mengenai keutamaan Kristus, karena
hal itu adalah dasar keyakinan dan harapan bagi kekristenan.
Sebagian orang Kristen tidak memahami apa arti penting
dari Kristus sehingga ketika ke-Allahan Kristus dipertanyakan membuat mereka
sulit menjawab. Dalam Kolose 1:15 berkata demikian: “ Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama
dari segala yang diciptakan”.[5]
Ayat ini sangat jelas memaparkan bahwa Kristus adalah bukan mahkluk yang
diciptakan, tetapi Yesus adalah ahli waris dan penguasa atas ciptaaan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis
mengadakan penelitian melalui studi dari Alkitab dan kitab-kitab referensi
lainnya dengan judul skripsi: “Tinjauan Teologis Surat Kolose 1:15-20 Tentang Keutamaan Kristus Dan Implikasinya
Bagi Iman Kristen.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan yang telah penulis uraikan diatas pada latar
belakang masalah, maka di bawah ini penulis memberikan rumusan untuk mengkaji
dalam beberapa rumusan pertanyaan dibahas demi terselesaikannya skripsi ini.
Adapun yang menjadi rumusan masalah
sebagai berikut:
1.
Apa
yang dimaksud dengan Keutamaan Kristus menurut Surat Kolose 1:15-20?
2.
Bagaimana
implikasi Keutamaan Kristus menurut Surat Kolose 1:15-20 bagi iman Kristen ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan tujuan dan manfaat penulisan, untuk itu
penulis ingin mencari fakta atau bukti dengan cara library research dengan mengumpulkan buku-buku penting dan buku
tafsiran serta menggunakan Alkitab sebagai pegangan yang dapat memberikan
keyakinan tentang keutamaan Kristus berdasarkan eksegesis Surat Kolose 1:15-20.
Sehubungan dengan pentingnya studi eksegesis ini, maka penulisan ini bertujuan
untuk:
1.
Untuk
menjelaskan maksud dari keutamaan Kristus menurut Surat Kolose 1:15-20.
2.
Untuk
mendeskripsikan implikasi keutamaan Kristus menurut Surat Kolose 1:15-20 bagi
iman Kristen.
D. Manfaat Penulisan
Pertama, secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan referensi akademis baik disiplin ilmu yang terkait, Doktrin Akhir
Jaman (Eskatologi), Teologi Biblika khususnya Perjanjian Baru, Hermeneutika dan
Teologi misi.
Kedua, secara praktis penelitian ini diharapkan dapat
menjadi acuan bagi iman Kristen dalam memahami keutamaan Kristus sebagai
keyakinan orang percaya bahwa Kristus adalah Tuhan berdasarkan Tinjauan
Teologis Surat Kolose 1:15-20
dan semakin giat serta terlibat aktif dalam implementasi praktis dalam iman
Kristen.
E. Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan buku-buku dan perikop yang cukup
banyak membahas tentang keutamaan Kristus dalam Alkitab maka penulis memberikan
batasan masalah sebagai pokok permasalahan hanya pada Tinjauan Teologis Surat Kolose
1:15-20 tentang keutamaan Kristus dan
implikasinya bagi iman Kristen.
F. Metode Penulisan
Oleh karena penulisan ini adalah tinjauan teologis, maka
data yang diperlukan dan dibutuhkan adalah data kualitatif yang diperoleh
melalui studi kepustakaan (Library
Research) yang kritis dan cermat. Dalam pengumpulan data, penulis mengutamakan
sumber-sumber atau buku-buku tafsiran yang cukup memadai, mendukung serta
berkualitas untuk dijadikan sebagai sumber.
G.
Hipotesa Penulisan
Hipotesis (hypothesis)
berasal dari kata hypo dan thesis atau thesa.
Hypo adalah mentah, sementara, atau premature,
sedangkan thesis atau thesa yaitu simpulan, pendapat, atau
tesis.[6]
Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan.
Hipotesis sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau
pengutaran pendapat (teori, proporsisi, dsb) meskipun kebenarananya masih harus
dibuktikan; anggapan dasar.[7]
Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan
bahwa pemahaman tentang keutamaan Kristus ada implikasinya bagi iman Kristen
H. Definisi Istilah
1.
Tinjauan
adalah melihat sesuatu yang jauh dari ketinggian. [8]
2.
Teologis
adalah hal yang berhubungan dengan teologi.[9]
3.
Surat
artinya kertas yang bertulis (berbagai-bagai isi, maksudnya).[10]
Jadi, surat Kolose adalah salah satu kitab yang terdapat dalam Perjanjian Baru
yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose.
4.
Kolose
adalah Satu kota di provinsi Romawi wilayah Asia, di bagian barat dari apa yang
sekarang disebut Turki bagian Asia. Letaknya kr 15 km ke arah Timur di lembah
Likus dari Laodikia, di jalan raya dari Efesus ke timur. Semula tempat ini
adalah pangkal jalan bercabanag ke Sardis dan Pergamus, berair banyak dan
gampang dilindungi, yang menjadi kota penting pada zaman kerajaan Lidia dan
kemudian pada zaman kerajaan Pergamus. [11]
5.
Keutamaan
adalah keistimewan, kedudukan yang tertinggi.
6. Kristus adalah terjemahan Yunani dari
kata Ibrani Masyiakh atau Mesias ( Al-Masih), artinya: “yang
diurapi oleh Tuhan”. Yesus disebut Kristus karena Dialah yang dipilih Allah
menjadi Penyelamat dan Tuhan. Akhirnya Kristus juga menjadi nama diri untuk
Yesus.[12]
7.
Implikasi
dalam bahasa Inggris implication yang artinya maksud, pengertian,
implikasi, atau terlibatnya.[13]
keterlibatan atau keadaan terlibat, tindakan ikut campur, atau yang termasuk.[14]
8.
Iman
adalah kepercayaan, terutama kepada reliabilitas Allah. Pengertian modern
mengenai iman adalah semacam pengetahuan yang lebih rendah atau penerimaan
pendapat atau cerita, yang tidak sepenuhnya dapat dibuktikan.[15]
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
9.
Orang Kristen adalah orang-orang
yang percaya kepada Kristus sebagai Juruselamat manusia. Dengan kata lain
disebut pengikut Kristus.
Dengan demikian, sesuai dengan judul
yang telah diajukan maka penulis memberi definisi tentang judul yang diajukan:
telaah, kajian atau penelitian ilmiah dalam mencari penjelasan atau menemukan
arti asli kebenaran Alkitab sehingga dapat meluruskan, membenarkan kembali
pandangan yang salah mengenai keutamaan Kristus yang merupakan dasar iman
Kristen khususnya pada keutamaan Kristus.
I. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan skripsi ini dengan mengikuti
standar penulisan karya ilmiah yang berlaku di Sekolah Tinggi Teologi Yestoya
Malang. Penulis menguraikan secara sistematis untuk memudahkan para pembaca.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:
Pada BAB I, Penulis Memaparkan Mengenai Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Batasan
Penulisan, Metode Penulisan,, Hipotesa, Defenisi Istilah, Sistematika
Penulisan.
Pada BAB II, Penulis Menjelaskan Latar Belakang Dan Isi
Surat Kolose Antara Lain: Latar Belakang Surat Kolose, Latar Belakang Penulisan
Surat Kolose, Pokok-Pokok Teologis, Dan Garis Besar Surat Kolose.
Pada BAB III, Penulis Menguraikan tinjauan telogis Surat Kolose
1:15-20, Antara Lain: Struktur Dan
Analisa Teks Surat Kolose 1:15-20, Tinjauan Teologis.
Pada BAB IV, Penulis Menjelaskan Implikasi Keutamaan Kristus Bagi Iman Kristen.
Pada BAB V, Merupakan Rangkuman Dari Keseluruhan
Pembahasan Ke Dalam Kesimpulan Dan Saran.
BAB II
LATAR BELAKANG DAN ISI SURAT KOLOSE
A.
Latar Belakang
Kolose
1.
Sejarah
Kota Kolose
Pada
396 SM, pada Perang Persia, Tisafernes, seorang satrap, dipikat ke Kolose dan
dibunuh oleh seorang suruhan dari pihak Koresh (Cyrus). Plinius mengatakan
bahwa wol Kolose (colossinus) kemudian digunakan untuk nama warna bunga
cyclamen. Pada masa Helenis, kota ini menduduki tempat yang cukup penting dalam
perdagangan meskipun pada abad pertama kedudukannya serta jumlah penduduknya
banyak sekali berkurang.[16]
Rasul Paulus menulis surat kepada jemaat
gereja di Kolose (1:2), dan menyebutkan kepada Filemon bahwa ia berharap untuk
mengunjungi kota itu bila ia dibebaskan dari penjara (lihat Filemon 1:22).[17]Tampaknya
Epafras adalah pendiri gereja di Kolose.
Kota
ini tinggal reruntuhan (kemungkinan karena gempa bumi), dan kota Bizantium,
Chonas atau Chonum berdiri di lokasi dekat reruntuhannya. Bila kita meninjau
literatur klasik, Bizantium atau literatur Abad Pertengahan yang menyebutkan
situs ini akan tampak perubahan nama dari sebagian atau keseluruhan bagian kota
Kolose menjadi Kona atau Chonae. Kota ini adalah tempat kelahiran para penulis
Abad Pertengahan Nicetas Choniates dan Michael Choniates.
Dalam
seni Bizantium dan Rusia, tema Mukjizat Penghulu Malaikat Mikail di Kota sangat
terkait dengan situs ini. Biara Chudov (Biara Mukjizat) di Kremlin, Moskwa,
tempat para tsar Rusia dibaptiskan, dipersembahkan kepada perayaan Mukjizat di
Kona.
2. Agama dan Kebudayaan
Telah dinyatakan bahwa kota Kolose adalah kota yang kecil. Akan tetapi,
tidak berarti bahwa jemaat Kolose juga kecil jumlahnya. Namun, tidak dapat juga
dikatakan bahwa seluruh kota menjadi Kristen. Bila demikian, tekanan masyarakat
terhadap jemaat, yang tercermin dalam Surat Kolose, menjadi tidak berarti lagi.
Dapat dipastikan bahwa mampir seluruh Jemaat Kolose terdiri dari kelompok etnis
non-Yahudi. Ada beberapa bukti yang memperkuat pernyataan tersebut:
a. Epafras yang memberitakan Injil di
Kolose itu adalah seorang non-Yahudi. Kemungkinan Jemaat Kolose terdiri dari
kelompok etnis non-Yahudi, ketimbang Yahudi.
b. Jemaat Kolose dinyatakan telah
berpindah dari kuasa kegelapan ke dalam Kerajaan Kristus (1:13). Jemaat Kolose
hampir tidak ada warga Yahudi.
c. Dalam Kolose banyak disinggung tentang
kekafiran masa lalu. Mereka tidak mengenal Allah (1:21), tidak disunat layaknya
orang Yahudi (2:13).
d. Tidak ada kutipan langsung yang diambil
dari Kitab-Kitab PL dalam surat Kolose.
e. Daftar perbuatan moral kelompok etnis
non-Yahudi disebutkan dalam 3:5-7.
f. Tidak disebutkan tentang perlunya
rekonsiliasi kelompok etnis Yahudi dan kelompok etnis-etnis non-Yahudi. Dahulu
warga non-Yahudi hidup tanpa Allah, tanpa pengharapan, sekarang telah disatukan
dengan Kristus (2:11, 12; 2:20; 3:15, 16,17; 4:2). Kontras dahulu-sekarang
ditegaskan dalam Surat Kolose. Masalah utama jemaat Kristen Purba adalah soal
rekonsiliasi dari jemaat kelompok Yahudi dan non-Yahudi. Masalah ini telah
diperdebatkan hangat dalam konsili gereja yang pertama di Yerusalem (KIS. 15).
Jika, dalam Jemaat Kolose tidak ada warga Yahudi, maka
hampir dapat dipastikan bahwa di dalam kota Kolose juga tidak ada warga Yahudi.
[18]
3.
Jemaat
Kolose
Banyak yang telah ditulis mengenai jemaat ini sekaligus sedikit yang dapat
diketahui dengan pasti:
a.
Asal
Usul Jemaat
Setelah menjelaskan beberapa hal tentang pelayanan Paulus di Efesus, Kisah
Para Rasul 19:10 menjelaskan bahwa diskusi harian di ruang kuliah Tiranus
“dilakukan dua tahun lamanya, sehingga semua penduduk Asia mendengar Firman
Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani.” Juga, ketika seorang tukang
perak menggerakkan banyak orang di Efesus untuk menentang Paulus, dalam Kisah
Para Rasul 19:26, ia berkata,
“Sekarang kamu
sendiri melihat dan mendengar, bagaimana Paulus, bukan saja di Efesus, tetapi
juga hampir di seluruh Asia telah membujuk dan menyesatkan banyak orang dengan
mengatakan, bahwa apa yang dibuat oleh tangan manusia bukan dewa.”
Lebih jauh, dalam Kisah Para Rasul
20:31, Paulus mengingatkan para penatua Efesus bahwa ia telah menasihati mereka
terus-menerus selama tiga tahun. Tampaknya ini berarti Paulus menggunakan
Efesus sebagai pusat pelayanan selama tiga tahun, dimulai pada musim panas 53
M, dan ia atau tim yang ia utus, pergi ke seluruh provinsi Asia untuk
mendirikan jemaat. Oleh karena dalam Kolose 1:7 Paulus menyebut Epafras sebagai
“kawan pelayan yang kami kasihi, yang bagi kamu adalah pelayan Kristus yang
setia,” meskipun tidak dapat disebutkan dengan pasti, tampaknya Epafras adalah
bagian dari usaha penanaman gereja yang dimulai dari Efesus ke seluruh
provinsi. Jika demikian, jemaat barangkali telah didirikan antara 51-54 M.
60-62 M, surat ini ditulis di suatu tempat dari 6 sampai 11 tahun sesudahnya.
Namun, seperti disebutkan, ada sejumlah asumsi dibalik pernyataan ini sehingga
waktu-waktu tersebut tidak pasti. Kita tidak tahu apakah Epafras menanam jemaat
di sana sebagai bagian dari tim atau seorang diri. Namun, Paulus tidak
menyebutkan adanya pekerja-pekerja Kristen lain di Kolose, dengan pengecualian
Arkhipus yang disebutkan dalam Kolose 4:17. Berdasarkan Filemon 23, ketika
Paulus menulis surat itu, Epafras berada di penjara bersamanya.[19]
b.Ciri-ciri Sosial Jemaat
Secara etnis, jemaat ini terdiri dari penduduk lokal Frigia dan penduduk
Yunani. Oleh karena di daerah itu pasti terdapat orang Yahudi,[20]
mereka mungkin ada di dalam jemaat, tetapi bukti tentang ini tidak pasti.
Kemenangan Alexsander Agung dalam Perang Granicus pada 334 SM mengakhiri
kendali Persia dan membuka wilayah ini terhadap pengaruh Yunani. Peristiwa ini
pasti membawa orang-orang yang berbicara dalam bahasa Yunani Koine ke daerah
tersebut, tetapi bahasa Frigia, yang merupakan bahasa lokal juga tetap
bertahan.[21]
Jika ada orang Yahudi dalam jemaat, mereka mungkin berbicara menggunakan bahsa
Aram di antara mereka sendiri, dan paling tidak mereka yang lebih terpelajar
mampu membaca Kitab Suci berbahasa Ibrani. Sekalipun pada tingkat tertentu kita
tidak tahu banyak tentang anggota jemaat, ini bukanlah pusat pendidikan utama
atau pusat intelektual seperti Kota Atena. Sulit membayangkan bahwa mereka
adalah jemat yang terdiri dari para ahli, yang mampu membaca literature Hikmat
Yahudi dan “Pra-Gnostisisme” dengan baik. Mereka adalah petani, ibu rumah
tangga, budak, pedagang, saudagar, dan mungkin beberapa guru. Sebagian dari mereka
barangkali orang Yahudi, dan mungkin saja ada seorang rabi di antara mereka.
Surat ini ditulis kepada jemaat kota kecil seperti itu. Dari waktu ke waktu,
berbagai guru palsu pasti datang ke kita ini dan berusaha memengaruhi orang
dengan ajaran palsu. Rasul Paulus tahu bahwa cepat atau lambat orang percaya di
Kolose akan menjadi sasaran penjaja yang relegius dan filosofis ini. Dengan
mengirimkan surat indah itu, ia tahu bahwa jemaat akan diperlengkapi dengan
semua hal yang perlu mereka ketahui untuk menghadapi segala jenis guru palsu. [22]
c.
Ciri-ciri
Spiritual Jemaat
Paulus memberikan semua komentar mengenai status rohani
jemaat Kolose. Pertama-tama ia menuliskan hal-hal positif tentang mereka:
a)
“saudara-saudara
yang kudus dan setia di dalam Kristus” ( 1:2).
b) “setelah mendengar mengenai imanmu di
dalam Kristus Yesus dan kasihmu kepada semua orang kudus” (1:4).
c) “oleh karena pengharapan yang ditaruh
bagimu di surga. Tentang pengharapan itu yang telah lebih dahulu kamu dengar
dalam firman kebenaran, yaitu Injil” (1:5).
d) “yang telah datang kepadamu—sama
seperti kepada semua orang di seluruh dunia—dan sedang menghasilkan buah dan
bertambah banyak sama seperti di dalam kamu juga sejak hari kamu mendengar dan
memahami kasih karunia Allah di dalam kebenaran” (1:6).
e) “sama seperti yang kamu pelajari dari
Epafras, kawan seperbudakan yang kami kasihi, pelayan Kristus yang setia bagi
kamu” (1:7).
f)
“dan
yang menceritakan kepada kami kasihmu di dalam Roh” (1:8).
g)
“aku
bersukacita dan melihat ketertibabmu dan kekuatan imanmu dalam Kristus” (2:5).
Jadi, mereka adalah saudara-saudara yang setia. Mereka
memiliki iman kepada Kristus. Mereka memiliki kasih bagi semua orang kudus.
Injil telah menghasilkan buah dan meningkat di antara mereka sejak pertama kali
mereka mendengar dan memahami kasih karunia Allah. Mereka memahami kasih
karunia dan kebenaran. [23]
B. Latar Belakang Penulisan Surat Kolose
1.
Pengarang
Menurut mereka dalam Surat Kolose ini terdapat banyak
kata dan frase yang tidak muncul dalam surat-surat Paulus yang lain. ini
sungguh benar. Namun, hal ini tidak membuktikan apa-apa. Kita tidak dapat menuntut
seseorang supaya ia menulis dengan gaya yang sama dan memakai perbendaharaan
kata-kata yang sama. Dalam Surat kolose kita boleh meyakini benar bahwa Paulus
menemukan hal-hal baru yang ingin dikatakan dan mendapatkan cara baru untuk
mengungkapkannya.
Mereka mengatakan bahwa pandangan tentang kristus dalam
surat Kolose jauh lebih maju dibandingkan dengan surat-surat Paulus yang sudah
dapat dipastikan. Ada dua jawaban bagi hal ini :
Pertama, Paulus berbicara tentang kekayaan Kristus yang
tidak dapat ditemukan. Di kolose Paulus menemukan suatu situasi baru dan dari
kekayaan yang tidak dapat ditemukan ini ia mencari jawaban-jawaban baru untuk
menjawab. Memang benar bahwa Kristologi Surat Kolose itu jauh lebih maju
dibandingkan dengan surat-surat Paulus sebelumnya; tetapi ini tidak membuktikan
bahwa Paulus tidak menuliskannya, kecuali bila kita ingin berargumentasi bahwa
pemikiran Paulus tetap statis untuk selamanya. Memang benar bila dikatakan
bahwa orang berpikir dari dampak imannya hanya ketika keadaan memaksanya; dalam
menghadapi suatu keadaan baru Paulus memikirkan dampak-dampak Kristus yang
baru.
Kedua, akar pemikiran Paulus tentang Kristus di dalam Surat Kolose sesungguhnya terdapat
dalam salah satu suratnya yang sebelumnya. Dalam 1 Korintus 8:6 ia menulis
tentang satu Tuhan Yesus Kristus yang
oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.
Frase ini merupakan intisari dari semua yang dikatakannya dalam Surat Kolose.
Benihnya sudah terdapat dalam pemikirannya, siap untuk berkembang ketika iklim
baru dan suasana baru memungkinkannya untuk bertumbuh.
Kita tidak perlu meragukan untuk menerima Surat Kolose
sebagai sepucuk surat yang dituliskan oleh Paulus.[24]
2.
Kota
Kolose
Kota kolose adalah sebuah kota kecil. Letaknya di lembah
Lykus di Asia Kecil, tepatnya di wilayah Frigia, bagian dari provinsi Romawi
wilayah Asia. Menurut catatan sejarah kuno, kota Kolose digambarkan sebagai
suatu kota, bukan sebuah desa. Kota kuno Kolose(ditemukan kambali pada tahun
1835) mereupakan daerah yang subur karena dilalui oleh Sungai Lykus, yang
terkenal memiliki banyak kelokannya. Kota Kolose berada tidak jauh dari Kota
Laodikia (16 Km) dan 19 Km dari kota Hierapolis (Kol. 4:13) yang juga berada di
Lembah Lykus. Kota Laodikia dibangun oleh Antiokhus II (261-246 SM).
Tidak hanya informasi yang dimiliki tentang kota Kolose.
Herodotus, yang hidup 5 abad sebelum Kristus, hanya mengatakan bahwa kota
tersebut adalah kota yang besar di wilayah Frigia (History 7.30.1). informasi
ini dipertahankan selama beberapa abad. Pada tahun 400 SM, Xenophon melaporkan
kota Kolose sebagai kota yang padat penduduknya, kaya dan besar ( Anabasis
1.2.6). kekayaannya terutama bersumber dari industri wol. [25]
3.
Hubungan
Paulus dengan Jemaat Kolose
Gereja Kristen di Kolose bukan didirikan oleh Paulus dan
ia pun tidak pernah mengunjunginya. Ia mengelompokkan orang Kolose dan Laodikia
bersama orang lain yang belum pernah melihat wajahnya dalam daging (2:1). Namun
tak diragukan bahwa pendirian gereja itu berasal dari pengarahan Paulus
sendiri. Selama tiga tahun ia tinggal di Efesus, seluruh provinsi Asia sudah
dikabari Injil sehingga seluruh penduduknya, baik orang Yahudi maupun orang
Yunani, telah mendengar Firman Tuhan (Kis. 19:10).[26]
4.
Etika
dan Moral Jemaat Kolose
Jemaat Kolose sedang diperdaya dengan kata-kata indah dan ditawan dengan
filsafat kosong dan yang palsu, yaitu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia (2:4,8).
Orang Kristen telah dimasuki oleh suatu ajaran sesat Gnostik yang adalah
gabungan pandangan Yahudi dengan Helenisme, diantaranya tentang aturan makan
minum, hari raya, bulan baru, hari Sabat, beribadah kepada malaikat, dan
penglihatan yang dipakai untuk menyombangkan diri (2:16-18).
Perilaku
umat Kristen terpengaruh oleh ajaran asketisme dengan menyiksa diri mengekang
keinginan tubuh dan merendahkan diri, yang merupakan perintah dan ajaran
manusia. Tujuan mereka untuk mengejar hikmat yang tinggi dan memuaskan hidup
duniawinya (2:23). Banyak orang Kristen yang berpegang kembali kepada Taurat
seperti keharusan untuk bersunat bagi orang kafir non Yahudi yang hendak masuk
Kristen (2:11). [27]
5.
Tempat
Penulisan dan Tanggal penulisan
Dari ayat-ayat seperti Efesus 3:1;4:1; Filipi 1:7,13,14:
Kolose 4:3, 10,18; Filemon 1, 9, 13 dan 23, kita memahami bahwa keempat surat
ini ditulis ketika Paulus menjadi tahanan. Hubungan antara kolose dan Filemon,[28]
dan banyak kemiripan antara surat Efesus dan Kolose, menunjukkan bahwa tiga
surat ini ditulis ketika Paulus di penjara, dalam waktu yang sama.[29]
Jika benar Paulus menulis surat-surat Efesus, filipi,
Kolose, dan Filemon dari penjara di Roma, pada masa yang dikisahkan dalam Kisah
Para Rasul 28:16-31, semua surat itu dapat ditanggali sekitar 60-62 M. Pada 62
M, Kolose, Laodikia dan Hierapolis hancur oleh gempa bumi dahsyat yang tidak
disebutkan dalam surat ini. Hal ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut
ditulis sebelum gempa bumi terjadi.[30]
6.
Alasan
dan Tujuan penulisan
a. Alasan
Kolose ditulis untuk melawan intelektualisme kosong yang membual tentang
misteri, pengetahuan rahasia, dan hikmat, ketika mencoba melecehkan Kristus
dengan filsafat yang palsu. Paulus menunjukkan bahwa dalam Kristus Allah
digambarkan secara sempurna (1:15).[31]
b. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan surat ini oleh
rasul Paulus adalah:
a) Paulus ingin membuktikan bahwa
ajaran-ajaran sesat tersebut salah. Untuk mencapai tujuan ini, Paulus
mengagungkan Kristus sebagai gambar Allah yang sulung dan paling utama ( 1:15),
pencipta (1:16), penyokong segala sesuatu sejak permulaan (1:17), kepada gereja
atau jemaat (1:18), yang pertama dibangkitkan dari orang mati (1:18), kepenuhan
Allah (1:19;2:9) dan yang memperdamaikan kita dengan Allah (1:20-21). Sehingga
Kristus sendiri sudah cukup karena dalam Dia kita dipenuhkan. Sedangkan
ajaran-ajaran sesat tersebut tidak cukup, Karena itu adalah hal itu adalah
filsafat yang kosong dan palsu (2:8), serta tidak dapat memperbaiki sifat
manusia berdosa (2:23).
b) Meminta jemaat meninggalkan segala
keinginan duniawi yang merusak (Kol. 2:23;3:5).
c)
Meminta
jemaat untuk saling menghormati sebagai sesama orang percaya (Kol. 3:18;4:1).[32]
7.
Isi
dan Survei
a.
Isi Surat
Hal menonjol di dalam Kolose adalah dari
ayat 1:14 hingga 22, yang memaparkan Kristologi Paulus. Anehnya, ia tidak
merupakan suatu bagian tersendiri melainkan termasuk dalam doa yang dibuka
Paulus dalam 1:9. Diawali dengan anak kalimat yang menerangkan istilah “
Anak-Nya yang kekasih” (1:13), ia dilanjutkan dengan suatu penjelasan tentang
Kristus dalam peristilahan yang hanya dapat diterapkan pada sesuatu yang ilahi,
yang akhirnya disarikan dalam suatu pernyataan yang mengejutkan bahwa “dalam
Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan” (2:9). Kristus
harus ditonjolkan dalam penciptaan, penebusan, gereja, dan kehidupan pribadi.
Penebusan dosa sangat menonjol dalam pengajaran Kolose.
Di dalam Kristus kita memiliki pengampunan dosa (1:14). Melalui darah salib
Kristus kita diperdamaikan dengan Tuhan (1:20,22). Ketentuan-ketentuan yang tertulis
dalam perundang-undangan yang mengancam kita telah ditiadakan oleh kayu salib
(2:14). Penilaian tentang kematian dan kebangkitan juga diajarkan di dalam
Kolose, “Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus…..mengapakah kamu
menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan?.....Karena itu, kalau kamu dibangkitkan
bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada,
duduk di sebelah kanan Allah” (2:20;3:1).[33]
b.
Survei
Setelah menyampaikan salam jemaat dan mengungkapkan rasa syukur
karena iman, kasih, dan pengharapan mereka, dan karena mereka terus-menerus
maju sebagai orang percaya, maka Paulus memusatkan perhatian pada dua pokok
persoalan yang penting: ajaran yang betul ( kol. 1:13-2:23) dan nasihat-nasihat
praktis ( kol. 3:1-4:6).
Dari segi teologi, Paulus menekankan sifat sejati dan
kemuliaan Tuhan Yesus Kristus. Dialah gambar Allah yang tidak kelihatan (kol.
1:15), kepenuhan ke-Allahan dalam bentuk jasmaniah ( Kol. 2:9), Pencipta segala
sesuatu (Kol. 1:16-17), kepala gereja ( Kol. 1:18) dan sumber yang serba cukup
dari keselamatan kita (Kol. 1:14,20-22). Kristus benar-benar memadai, sedangkan
bidat di Kolose itu sama sekali tidak memadai, hampa, palsu, dan bersifat
kemanusiaan (Kol. 2:8); dangkal secara rohani dan angkuh (Kol. 2:18); serta
tanpa kuasa terhadap keinginan-keinginan berdosa dari tubuh (Kol. 2:23).
Dalam nasihat-nasihat praktisnya, Paulus menghimbau agar
hidup ini didasarkan pada kecukupan dari Kristus sebagai satu-satunya cara
untuk maju dalam kehidupan Kristen. Realitas Kristus yang hidup di dalam kita
(Kol. 1:27) harus tampak dalam perilaku Kristen (Kol. 3:1-17), hubungan rumah
tangga (Kol. 3:18-4:1) dan disiplin rohani (Kol. 4-26).[34]
8.
Ciri-Ciri
Utama
Tiga ciri utama menandai surat ini.
1.
Kolose
memusatkan perhatian pada kebenaran rangkap dua dari keutamaan Kristus dan
kesempurnaan orang percaya di dalam Dia, bahkan lebih dari kitab-kitab lain
dalam Perjanjian Baru.
2.
Kitab
ini dengan tegas meneguhkan kepenuhan ke-Allahan Kristus ( kol. 2:9) dan berisi
salah satu bagian yang paling agung di Perjanjian Baru mengenai kemuliaan-Nya (
kol. 1:15-23).
3.
Kitab
ini sering dianggap sebagai “surat kembar”
bersama kitab Efesus, karena keduanya mempunyai beberapa persamaan dalam
hal isi dan ditulis kira-kira pada waktu yang sama.[35]
C. Pokok-Pokok Teologis
1.
Keunggulan
Kristus atas Segala Penguasa dan Kuasa dalam Alam Semesta
Penulis, dalam menyampaikan
argumentasinya melawan para pengajar sesat itu, menampilkan Kristus sebagai
Figur yang memainkan peranan sentral. Menurut penulis Surat Kolose, orang tidak
perlu takut terhadap kuasa-kuasa kosmis sebab seluruh kepenuhan Allah berkenan
diam di dalam Kristus. Penulis meletakkan dasar argumentasinya ini dalam himne
yang ditulis dalam Kolose 1:15-20.[36]
Pada bagian awal himne ini (1:15-18a), penulis menampilkan suatu pengakuan
bahwa Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan. Kata “gambar” (eikon)
menyatakan hubungan Kristus dengan Allah. Sebagai gambar Allah yang tidak
kelihatan, Kristus adalah pra-ada yang telah menyatakan sifat Allah. Di dalam
Dia, segala yang tidak kelihatan menjadi Nampak. Baik Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru menyatakan bahwa “tidak ada seorangpun yang bisa melihat
Allah”.
Penegasan ini bisa dilihat pada kalimat
berikut yang menyusul adalah “lebih utama dari segala yang diciptakan,” sebab
Ia telah ada sebelum segala sesuatu ada (1:17). Di dalam Dialah, telah
diciptakan segala sesuatu termasuk semua kuasa di sorga dan di bumi, yang
kelihatan maupun tidak kelihatan (1:16; band. 2:15). Segala sesuatu ada di
dalam Dia, melalui Dia dan untuk Dia, Ia telah menopang semua itu (1:17).
Penulis mengangkat kembali tema ini dan mengungkapkan kesalahan para filsuf
yang sangat menekankan “unsur-unsur dunia.” Di dalam Kolose 2:9-10, penulis
menyatakan bahwa unsur-unsur dunia ini tidak pantas karena segala kepenuhan
Allah berdiam di dalam Kristus dan Kristus adalah Kepala atas segala penguasa (
arche) dan kuasa (exousia). Hal yang sama, dalam Kolose 2:15, penulis
mengatakan bahwa pada penyaliban Kristus, Ia telah melucuti segala penguasa dan
kuasa, dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka.
Segala kuasa itu ada karena Ia menopang semua itu, dan Kristus juga telah
melucuti semua kuasa kejahatan mereka pada penyaliban-Nya. Oleh karena itu, kuasa-kuasa
itu tidak boleh disembah. Penyembahan hanya boleh dilakukan kepada Allah di
dalam Kristus (band. Kol. 3:16-17).
2.
Kristus
adalah Kepala Gereja, Sulung Kebangkitan dan Pendamaian
Pada ayat 18a, penulis menyebut Kristus sebagai kepada
dari tubuh yang diidentifikasi sebagai gereja. Bila gereja adalah tubuh (
soma),[37]
maka Kristus adalah kepala (1:18), untuk menopang gereja, sama seperti Ia juga
menopang alam semesta.
Pada bagian kedua dari himne ini (Kol. 1:18b-20) penulis
beralih dari gagasan tentang Kristus sebagai “yang sulung dan yang lebih utama
dari segala ciptaan” kepada gagasan tentang Kristus sebagai “yang sulung dan
yang pertama bangkit dari antara orang mati” karena Ia adalah yang “sulung dan
yang pertama” bangkit dari kematian maka Ia adalah yang sulung juga dari satu
kemanusiaan yang baru, yang dipersekutukan ke dalam tubuh-Nya yaitu gereja.
Selanjutnya, sama seperti Allah menciptakan segala sesuatu di sorga dan di
bumi, melalui dan untuk Kristus, demikian juga Allah mendamaikan segala sesuatu
di sorga dan di bumi, melalui Kristus oleh darah salib.
Jika penulis Kolose menyatakan bahwa Kristus adalah yang
“utama”, maka tidak berarti bahwa Ia adalah awal dari ciptaan Allah. Yang
dimaksud dengan yang “utama” disini adalah Ia yang unggul dalam segala sesuatu.
Ia tidak hanya unggul dalam ciptaan ( 15-17), tetapi juga unggul dalam
kebangkitan. Alasan keunggulan Kristus ditegaskan kembali oleh penulis dengan
mengatakan “Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia” (1:19).
Maksudnya segala kemulian, hikmat, firman dan Roh secara sempurna diam dalam
Dia.
Penulis kemudian beralih kepada fungsi
lain dari Kristus. Ia adalah mediator pendamaian antara Allah dan manusia. Ia
membawa manusia ke dalam suatu relasi yang akrab dengan Bapa. Oleh karena itu,
jemaat di Kolose tidak perlu takut akan kuasa-kuasa supranatural. Allah telah
mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya (1:20). Kata “rekonsiliasi” yang
digunakan di sini menunjukkan kepada perbaikan hubungan seseorang dengan
sesama.
3.
Gereja
sebagai Tubuh Kristus
Dalam surat-surat yang Paulus tulis, ia
selalu memakai istilah ekklesia untuk
menunjuk kepada jemaat lokal. Tetapi gereja menurut Surat Kolose melampaui
gagasan itu dalam dua hal. Pertama, Surat Kolose menggambarkan gereja sebagai
suatu entitas kosmik. Dalam menampilkan gereja sebagai Tubuh Kristus, Surat
Kolose tidak lagi menggunakan “tubuh” dalam pengertian fungsional sebagaimana
yang disebutkan dalam Roma 12:4-8 dan 1 Korintus 12:22-27. Dalam Surat Kolose,
gereja merupakan suatu entitas yang terpisah yakni tubuh Kristus, tempat di
mana karya pembebasan Kristus berlangsung. Dengan demikian
pernyataan-pernyataan Helenistik terutama dari filsafat Stoa bahwa dunia adalah
tubuh ilahi, telah mendapat arti yang baru dalam Surat Kolose.
Penyebutan tentang gereja muncul pada
akhir pada bagian pertama himne. Paulus menyatakan; “ Ia adalah kepala (kephale) dari tubuh (somatos), gereja
(Kol. 1:18a). Pernyataan ini ditempatkan di sini dengan maksud untuk menekankan
bahwa Kristus, yang melalui dan untuk-nya Allah menciptakan segala sesuatu
adalah juga kepala dari gereja.
4.
Kristus
adalah Pemenuh Maksud Allah dalam Sejarah
Dalam merespon gagasan tentang
“misteri” maksud Allah dalam sejarah, yang diajarkan oleh guru-guru palsu itu,
penulis mengatakan bahwa Allah telah menyatakan maksud sejarah itu di dalam
Kristus. Maksud itu tersembunyi dari abad ke abad dan dari generasi ke
generasi, tetapi sekarang telah dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya (Kol.
1:27;4:3-4).[38] Di
dalam Dia, segala kepenuhan Ilahi berdiam. Di dalam Dia, tersembunyi segala
harta hikmat dan pengetahuan ( Kol. 2:3). Di dalam Dia, ditemukan suatu sunat
yang dibuat dengan tidak memakai tangan manusia ( Kol. 2:11). Di dalam Dia,
kebangkitan dinyatakan kini dan nanti (2:12). Melalui Dia, kehidupan yang asing
didamaikan (1:22).
Dengan cara demikian, penulis surat ini
mempertentangkan Kristus dengan ajaran filsafat palsu guru-guru sesat ( 2:8).
Ajaran asketik guru-guru palsu itu disebut sebagai perintah-perintah dan ajaran
manusia (2:22). Dalam pertentangan dengan orang-orang yang berpura-pura
merendahkan diri, penulis memperingatkan orang-orang percaya untuk mengenakan
kasih sebagai pengikat yang mempersatukan ( Kol. 3:14,16). Dalam menentang
peraturan tentang kehidupan asketik, penulis surat ini menyejajarkan dengan
satu aturan yang diangkat dari lingkungan Yahudi Helenis, yang menyatakan bahwa
‘Suami mengasihi istri, anak taat kepada orang tua, dan ayah jangan menyakiti
hati anak-anak….’( Kol. 3:18;4:1).
5.
Kristus
Telah Menaklukkan dan Menyelamatkan dari Kuasa-Kuasa Kegelapan
Orang-orang di Kolose percaya bahwa
mereka tetap berada di dalam bahaya amarah dari kuasa-kuasa kegelapan (1:13),
baik di dunia ini, pada waktu kematian mereka, dan di masa depan. Demikian juga
mereka percaya bahwa pada waktu kematian, setiap orang akan menghadapi tuduhan
dari malaikat yang mencatat semua perbuatan baik dan jahat mereka.
Terhadap pemahaman ini, penulis
mengatakan bahwa Allah telah mendamaikan jemaat di Kolose dengan diri-Nya
sendiri dan memasukkan mereka ke dalam persekutuan dengan Dia sebagai umat-Nya
melalui kematian Kristus. Allah telah melayakkan mereka sebagai “ pewaris”
(klerou) dari apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus (hagion) di dalam
kerajaan terang (1:12). Melalui kematian Kristus, Allah telah memindahkan
mereka ke dalam persekutuan umat-Nya. Melalui kematian itu juga, Allah telah mendamaikan
“segala sesuatu dengan diri-Nya.” Jadi, apabila perbuatan jahat mereka mendakwa
mereka, maka Allah mencoret perbuatan-perbuatan jahat itu dan memakukannya pada
salib.
Penulis surat ini, selanjutnya,
menyatakan bahwa kematian Kristus juga menjadi penawar atas perbuatan-perbuatan
yang berkaitan dengan tubuh manusia (2:23). Jemaat Kolose memang adalah orang
non-Yahudi yang mati di dalam keadaan
tidak sunat. Akan tetapi, mereka percaya pada kuasa Allah yang telah
membangkitkan Yesus dari kematian dan mereka telah di baptis. Dengan cara itu,
mereka telah mati dan bangkit bersama dengan Kristus. Itu berarti bahwa mereka
juga tekah disunat, karena sunat mereka bukan sunat yang dikerjakan oleh tangan
manusia, melainkan sunat hati. Jemaat Kolose telah berada di dalam suatu
identitas baru dan sekarang hidup bersama di dalam Kristus. Jadi, mereka harus
membuang segala cara hidup yang lama ( 3:5-8) dan menanggalkan semua perbuatan
manusia lama mereka (3:9) dengan mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbarui
untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya (3:10). Karena
Kristus telah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, maka penulis surat
ini juga mengajak jemaat, sebagai manusia baru, untuk mewujudkan pendamaian itu
di antara mereka. Pendamaian itu juga mencakup hubungan antara anggota keluarga
dalam rumah tangga Kristen.[39]
D. Garis Besar Surat Kolose
Pendahuluan ( 1:1-12)
A.
Salam
Kristen (1:1-2)
B.
Ucapan
syukur karena iman, kasih dan pengharapan mereka (1:3-8)
C.
Doa
untuk kemajuan rohani mereka (1:9-12)
I.
Ajaran
yang penuh kuasa-Penebusan orang percaya (1:13-2:23)
A.
Keutamaan
Kristus yang mutlak (1:13-23)
1. Sebagai penebus demi orang lain
(1:13-14;bd 1:20,22)
2. Sebagai Tuhan atas Ciptaan (1:15-17)
3. Sebagai kepala Gereja (1:18)
4. Sebagai Pendamain Segala Sesuatu
(1:19-20)
5. Sebagai Pendamai Jemaat Kolose dengan
Allah (1:21-23)
B.
Pelayanan
Paulus Dalam Rahasia Allah di dalam Kristus (1:24-2:7)
1.Menggenapkan Penderitaan Kristus
(1:24-25)
2.Menyempurnakan Orang Percaya di dalam
Kristus (1:26-2:7)
C. Berbagai Peringatan Terhadap Ajaran
Sesat (2:8-23)
1.Persoalan : Ajaran yang tidak menurut Kristus (2:8)
Pemecahan : Disempurnakan di dalam Kristus (2:9-15)
2.Persoalan : Berbagai Perbuatan Ibadah yang Tidak
menurut Kristus (2:16-23)
Pemecahan : Disalibkan bersama
Kristus (2:20)
II.
Pengarahan-Pengarahan
Praktis—Kehidupan orang Percaya (3:1-4:6)
A. Perilaku Pribadi Orang Percaya (3:1-17)
1. Bila Kristus adalah Hidup Kita (3:1-4)
2. Mengesampingkan hidup lama yang Berdosa
(3:5-9)
3. Mengenakan Manusia Baru di dalam
Kristus (3:10-17)
B. Hubungan Rumah Tangga Orang Percaya
(3:18-4:1)
1. Suami dan Istri ( 3:18-19)
2. Anak dan Orang Tua (3:20-21)
3. Hamba dan Tuan (3:22-4:1)
C. Pengaruh Rohani Orang Percaya (4:2-6)
1. Kehidupan yang Diabadikan Kepada Doa
(4:2-4)
2. Perilaku Bijaksana Terhadap Orang Luar (4:5)
3.
Perkataan
yang Dibumbui Kasih Karunia (4:6)
Penutup (4:7-18)[40]
BAB III
TINJAUAN TEOLOGIS KEUTAMAAN KRISTUS
MENURUT SURAT KOLOSE 1:15-20
A.
Struktur dan Analisa Teks Kolose
1:15-20
15 Ia adalah gambar
Allah yang tidak kelihatan, yang sulung,
lebih utama dari segala yang
diciptakan. (LAI TB)
Who is the image of the invisible God,
the firstborn. (KJV)
Ὅς ἐστιν εἰκὼν τοῦ Θεοῦ τοῦ ἀοράτου, πρωτότοκος πάσης κτίσεως (BGB)
Oς {Dialah} εἰκὼν {gambar} Θεοῦ {Allah} ἀοράτου {yang tidak kelihatan} πρωτότοκος {yang sulung/yang lebih tinggi/yang ada sebelum} πάσης {dari semua/semua} κτίσεως {ciptaan}. (Translit interlinear)
Ὅς ἐστιν εἰκὼν τοῦ Θεοῦ τοῦ ἀοράτου, πρωτότοκος πάσης κτίσεως (BGB)
Oς {Dialah} εἰκὼν {gambar} Θεοῦ {Allah} ἀοράτου {yang tidak kelihatan} πρωτότοκος {yang sulung/yang lebih tinggi/yang ada sebelum} πάσης {dari semua/semua} κτίσεως {ciptaan}. (Translit interlinear)
16 Karena di dalam
Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi,
yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik
pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
(LAI TB)
For by him were
all things created, that are in heaven, and that are in earth, visible and
invisible, whether they be thrones, or dominions, or principalities, or powers:
all things were created by him, and for him.(KJV)
ὅτι ἐν αὐτῷ ἐκτίσθη τὰ πάντα ἐν τοῖς οὐρανοῖς καὶ ἐπὶ
τῆς γῆς, τὰ ὁρατὰ καὶ τὰ ἀόρατα, εἴτε θρόνοι εἴτε κυριότητες εἴτε ἀρχαὶ εἴτε ἐξουσίαι·
τὰ πάντα δι’ αὐτοῦ καὶ εἰς αὐτὸν ἔκτισται· (BGB)
ὅτι{karena} ἐν {di dalam}αὐτῷ{Dialah} ἐκτίσθη{telah diciptakan} πάντα{segala (sesuatu)} ἐν{di} οὐρανοῖς{surga} καὶ{dan} ἐπὶ{di
atas} γῆς{bumi}, ὁρατὰ{yang kelihatan} καὶ{dan} ἀόρατα{yang tidak kelihatan}, εἴτε{entah} θρόνοι{penguasa/makhluk supernatural} εἴτε{+entah} κυριότητες{pemegang-pemegang kekuasaan} εἴτε {+entah} ἀρχαὶ{pemerintah-pemerintah supernatural} εἴτε{+entah} ἐξουσίαι·{penguasa-penguasa supernatural} πάντα{segala (sesuatu)} δι’{melalui} αὐτοῦ{Dia} καὶ{dan} εἰς {untuk}αὐτὸν{Dia} ἔκτισται·{telah
diciptakan}. (Translit interlinear)
17 Ia adalah terlebih
dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. (LAI TB)
And he is before
all things, and by him all things consist. (KJV)
Καὶ αὐτός ἐστιν πρὸ πάντων καὶ τὰ πάντα ἐν αὐτῷ
συνέστηκεν. (BGB)
Καὶ {dan} αὐτός{Ia} ἐστιν{ada} πρὸ{sebelum}
πάντων{segala
(sesuatu)} καὶ{dan} πάντα{segala
(sesuatu)} ἐν{dalam/melalui/oleh} αὐτῷ {Dia} συνέστηκεν{tetap
ada/bersatu dengan rapi}. (Translit interlinear)
18 Ialah kepala
tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang
mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. (LAI TB)
And he is the head
of the body, the church: who is the beginning, the firstborn from the dead;
that in all things he might have the preeminence. (KJV)
καὶ αὐτός ἐστιν ἡ κεφαλὴ τοῦ σώματος, τῆς ἐκκλησίας·
ὅς ἐστιν (ἡ) ἀρχή, πρωτότοκος ἐκ τῶν νεκρῶν, ἵνα γένηται ἐν πᾶσιν αὐτὸς
πρωτεύων. (BGB)
καὶ{dan} αὐτός{Dialah}
κεφαλὴ{kepala} σώματος{tubuh}, ἐκκλησίας·{(yaitu) jemaat} ὅς {yaitu} ἀρχή{permulaan}, πρωτότοκος{yang sulung} ἐκ{dari} τῶν{orang-orang} νεκρῶν{mati}, ἵνα{sehingga} γένηται{menjadi} ἐν{dalam} πᾶσιν{segala (sesuatu)} αὐτὸς{Ia} πρωτεύων{(yang)
berada di tempat pertama}. (Transit
Interlinear)
19 Karena seluruh
kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia (LAI TB)
For it pleased the
Father that in him should all fullness dwell. (KJV)
ὅτι ἐν αὐτῷ εὐδόκησεν πᾶν τὸ πλήρωμα
κατοικῆσαι. (BGB)
ὅτι{karena} ἐν{di dalam} αὐτῷ{Dia} εὐδόκησεν{berkenan} πᾶν{seluruh} τὸ
πλήρωμα{kelimpahan
(Allah)}
κατοικῆσαι{diam}. (Transit Interlinear)
20 Dan oleh Dialah Ia
memperdamaikan segala sesuatu dengan Diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun
yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamian oleh darah salib Kristus.
(LAI TB)
And, having made peace through the blood of
his cross, by him to reconcile all things unto himself; by him, I say, whether
they be things in earth, or things in heaven. (KJV)
καὶ δι’ αὐτοῦ ἀποκαταλλάξαι τὰ πάντα εἰς αὐτόν, εἰρηνοποιήσας
διὰ τοῦ αἵματος τοῦ σταυροῦ αὐτοῦ, δι’ αὐτοῦ εἴτε τὰ ἐπὶ τῆς γῆς εἴτε τὰ ἐν τοῖς
οὐρανοῖς. (BGB)
καὶ{dan} δι’{melalui} αὐτοῦ{Dia} ἀποκαταλλάξαι{(Allah)
memperdamaikan} τὰ
πάντα{segala
(sesuatu)} εἰς{dengan} αὐτόν{diri-Nya}, εἰρηνοποιήσας{memperdamaikan} διὰ{melalui} τοῦ αἵματος
{darah} τοῦ σταυροῦ{ di salib} αὐτοῦ{Nya}, δι’ αὐτοῦ{melalui
Dia} εἴτε{baik} τὰ{yang} ἐπὶ{di atas} τῆς γῆς{bumi} εἴτε{maupun} τὰ{yang} ἐν{di} τοῖς οὐρανοῖς{surga}[41]. (Transit Interlinear)
B.
Allah Yang Mencipta
Hal yang harus diingat bahwa menurut pandangan Gnostik
karya penciptaan dikerjakan oleh suatu allah yang lebih rendah, yang tidak
mengenal dan yang memusuhi Allah sejati. Ajaran Paulus yaitu bahwa perantara
Allah dalam penciptaan adalah Anak-Nya dan dalam hal perikop ini ia memberikan
empat hal mengenai Anak yang berkaitan dengan penciptaan.
1.
Ia
adalah yang sulung dari segala yang diciptakan (Kol. 1:15). Kita harus
berhati-hati untuk mengaitkan arti yang benar kepada frase ini. Ini dapat
diartikan bahwa Anak merupakan manusia pertama yang diciptakan, namun dalam
pemikiran Ibrani dan Yunani, kata “yang sulung” (prototokos) hanya menunjuk
pada pengertian yang sangat tidak berkait langsung dengan waktu. Ada dua hal
yang dicatat. Pertama, “yang sulung” adalah sebutan yang sangat umum untuk
penghormatan. Contohnya, Israel sebagai suatu bangsa adalah anak sulung Allah
(Kel. 4:22). Artinya adalah bangsa Israel merupakan anak yang paling dikasihi Allah.
Kedua, kita harus mencatat bahwa “yang sulung” juga merupakan gelar Mesias.
Dalam Mazmur 89:28, seperti yang ditafsirkan oleh orang Yahudi sendiri, janji
mengenai Mesias yaitu, “Aku pun juga akan mengangkat dia menjadi anak sulung,
menjadi yang mahatinggi di antara raja-raja bumi”. “Anak sulung” jelas tidak
dipakai dalam pengertian waktu, tetapi dalam pengertian penghormatan istimewa.
Jadi, ketika Paulus berkata tentang Anak bahwa Ia merupakan yang sulung dari
segala yang diciptakan, maksudnya yaitu bahwa penghormatan tertinggi yang
dimiliki oleh ciptaan adalah milik-Nya.
2.
Oleh
Anaklah segala sesuatu diciptakan (ay. 16). Hal ini benar mengenai hal-hal yang
ada di surga dan hal-hal yang ada di bumi, mengenai hal-hal yang kelihatan dan
yang tidak kelihatan. Orang Yahudi sendiri, bahkan lebih-lebih lagi kaum
Gnostik, mengembangkan ajaran yang amat canggih mengenai para malaikat.
Berkaitan dengan kaum Gnostik kita dapat menduga bahwa malaikat adalah
perantara antara manusia dan Allah. Singgasana, kerajaan, pemerintah, dan
penguasa-penguasa adalah jenjang para malaikat yang berbeda, yang masing-masing
menempati posisi yang berbeda di ketujuh surga. Paulus menyisihkan mereka semua
sama sekali. Sebaliknya, ia ingin berkata kepada kaum Gnostik, “Kamu memberi
tempat penting bagi para malaikat dalam pemikiranmu. Kamu menganggap Yesus
Kristus hanya sebagai salah satu dari mereka. Sebenarnya jauh daripada itu,
Dialah yang menciptakan mereka semua.” Paulus menegaskan bahwa agen Allah dalam
penciptaan bukanlah allah yang lebih rendah, yang tidak mengenal dan yang
memusuhi Allah, melainkan Anak-Nya sendiri.
3.
Segala
sesuatu diciptakan untuk Anak. Sang Anak bukan hanya pelaku penciptaan, Ia juga
merupakan tujuan penciptaan. Maksudnya, penciptaan dikerjakan untuk menjadi
milik-Nya dan bahwa di dalam penyembahan dan kasih dari ciptaan-Nya, Ia akan
menemukan kehormatan dan sukacita-Nya.
4.
Paulus
memakai frase yang aneh, “segala sesuatu ada di dalam Dia”. Ini berarti bahwa
Anak itu bukan saja pelaku penciptaan sejak awal dan tujuan penciptaan pada
akhirnya, melainkan di antara yang pertama dan yang terakhir itu, dalam masa
itu, Dialah yang memegang seluruh dunia. Ini hendak menyatakan bahwa semua
hukum yang menata dunia ini dan yang tidak menimbulkan kekacauan adalah ungkapan
pikiran Sang Anak. Hukum gravitasi dan lain-lain, hukum yang menjadikan alam
semesta ini berjalan berama-sama, bukan hanya hukum-hukum yang bersifat ilmiah
melainkan juga yang bersifat ilahi. Jadi, Sang Anak adalah awal penciptaan dan
akhir penciptaan dan Dialah pula kuasa yang memegang seluruh ciptaan, Sang
Khalik, Pemelihara dan Tujuan Akhir dunia ini.[42]
C. Allah Yang Kekal
Cakupan penciptaan yang terangkum dalam ungkapan “semua
atau segalanya” diulang dua kali dalam ayat ini. Kalimat yang berbunyi, “Dia
Yesus ada sebelum segalanya” menunjuk pada praeksistensi-Nya bersama dengan
Allah Bapa. Kata kerja “ada” (estin) dalam bentuk kala kini menegaskan
keberadaan-Nya yang kekal. Tidak hanya keberadaan kekal, keberadaan Yesus bersifat
mutlak seperti terlihat dalam klausa “Dia Yesus ada” dengan penekanan empatik
“Dia” (autos). Tidak ada keberadan lain di samping keberadan Yesus. Dengan
demikian, tidak dapat diterima pernyataan Arius (250-336 M) yang berpendapat
bahwa Yesus memiliki awal ( There was once when he was not). Sebelum segalanya
diciptakan Yesus telah ada. Keberadaan Yesus sama sekali tidak berhubungan
dengan ciptaan. Sekali lagi bahwa Yesus tidak berawal dan sejak kekal telah
bersama dengan Allah. Yesus berada di luar ruang dan waktu. Ia bukan bagian
dari sejarah yang terbentuk dalam dimensi ruang.
Meski Yesus bukan bagian ciptaan karena berada di luar
ciptaan, tidak berarti relasi dengan ciptaan menjadi hilang. Yesus tidak
meninggalkan ciptaan. Jika sebelumnya dikatakan bahwa ciptaan berada dalam
Yesus, melalui Yesus, dan untuk Yesus, maka dalam ayat ini pernyataan tersebut
diulang kembali.
Kelangsungan ciptaan bergantung pada Yesus yang
menciptakan. Jika ciptaan lepas dari Yesus, ciptaan akan pecah berantakan
menjadi tidak utuh. Ciptaan kehilangan makna dan tujuannya bila lepas dari
kristologi. Yesus adalah Tuhan atas semua ciptaan. Kelangsungan ciptaan
bergantung pada pemeliharan Yesus yang mempersatukan keutuhan ciptaan.[43]
D. Kepala Gereja
Paulus berpindah dari posisi tertinggi Kristus sebagai
yang unggul atas ciptaan lama kepada posisi-Nya yang tertinggi atas ciptaan
baru. Kristus adalah Kepala Tubuh, yaitu jemaat.[44]
Hal itu dapat diumpamakan seperti kepala seseorang yang merupakan otoritas
orang tersebut, demikian juga Kristus adalah otoritas jemaat.
Metafora ini tepat. Dalam tubuh manusia, secara normal anggota-anggota menaati
kepala. Ketika terjadi kelumpuhan atau kejang sehingga anggota tidak menaati
kepala, hal itu mengganggu dan menyedihkan. Demikian juga ketika anggota jemaat
tidak menaati Kepala mereka.
Ketika Paulus di sini menulis tentang jemaat, ia tidak
menunjuk suatu jemaat lokal saja, tetapi juga jemaat secara universal. Gereja
lokal mana pun merupakan representasi gereja universal. Setiap orang yang
beriman kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadinya merupakan bagian
dari jemaat universal, dan tentu harus menjadi bagian jemaat lokal. Sebelumnya,
Paulus telah menulis bahwa jemaat itu seperti tubuh (1 Kor. 12:12-27 dan Rm.
12:4-8) dan “kepala dari setiap laki-laki adalah Kristus” (1 Kor. 11:3), tetapi
Efesus 4:15; 5:23 dan Kolose 1:18 merupakan catatan pertama yang kita miliki
tentang ide bahwa Kristus adalah Kepala Tubuh Kristus. Dalam 1 Korintus 12:21,
kepala adalah anggota lain bersama dengan mata, tangan, dan kaki, yang tidak
cocok dengan ide bahwa Kristus adalah Kepala dari tubuh. Tampaknya, hal ini
menunjukkan kemajuan dalam pewahyuan yang diterima Paulus dari Allah. Namun,
tujuan teks ini dan 1 Korintus 12 sangat berbeda dan karena itu memerlukan
metafora berbeda: di sini, Paulus sedang menulis tentang hubungan antara jemaat
dan Tuhannya, sedngkan dalam 1 Korintus 12, ia menulis tentang hubungan antara
anggota jemaat. Karena perbedaan tujuan dalam teks ini, dikatakan bahwa hal itu
merupakan kemajuan dalam pemikiran Paulus atau pewahyuan yang diberikan Allah
kepadanya hanyalah spekulasi.
Ada spekulasi luar biasa tentang sumber Paulus
mendapatkan ide bahwa jemaat adalah Tubuh Kristus, seakan-akan hal itu tidak
dapat didapatkan dengan mudah melalui pewahyuan. Sesungguhnya, ketika Kristus
berfirman pertama kali kepada Paulus dalam Kisah Para Rasul 9, Dia mengatakan,
“Mengapa engkau menganiaya Aku?”
Dengan tegas, pertanyaan ini menyatakan secara tidak langsung tentang hubungan
antara Kristus dan jemaat-Nya.[45]
Konsep mengenai Kristus sebagai Kepala Gereja disamakan
dengan konsep dalam 1 Korintus 11:3, “Kepala dari tiap-tiap laki-laki.” Lebih
spesifik lagi: “Suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adala kepala
jemaat. Dialah yang menyelamatkan Tubuh” (Ef. 5:23). Gambaran tentang “Kepala”
yang berkenaan dengan Kristus dan Gereja, harus dipahami dengan analogi
suami-istri. Gambaran ini mengungkapkan kesatuan Kristus dengan Gereja, sebab
suami istri adalah “satu daging”. Tetapi, yang lebih penting lagi, gambaran ini
melukiskan perbedaan Kristus dengan gereja, kewenangan Kristus atas gereja dan
tindakan-Nya menebus gereja.[46]
E. Kepenuhan Allah di Dalam Dia
Sebagaimana kosmos (alam) ini diciptakan di dalam dan
melalui Kristus, demikian juga halnya ciptaan baru. Keduanya menurut pemahaman
Paulus, bukan hanya mencakup umat manusia (bdg. Rm. 8:22-23). Sekalipun
demikian kepenuhan (pleroma) dari segala sesuatu ada di dalam Kristus. Selama
ini ada anggapan bahwa pleroma disini
sama seperti yang digunakan oleh Gnostik yang belakangan, berarti keseluruhan
kekuatan kosmik yang menengahi penebusan kepada manusia; semua ini kata Paulus,
berbeda dengan pengajaran Gnostik adalah milik Kristus dan berdiam dengan
Kristus.
Penafsiran yang tepat tampak dalam Kolose 2:9 di mana
kata pleroma hanya bisa berarti
kepenuhan segala kuasa dan sifat Allah. Di dalam kitab ini Kristus dipandang
sebagai memiliki dan mewakili segenap keberadaan Allah. Selanjutnya, kepenuhan
seperti halnya “gambar” (bdg. 1:15), dibagian lain dipakai untuk menunjuk
kepada orang Kristen dalam keadaan terakhir yakni dimuliakan dalam Kristus.[47]
Apakah maksudnya kepenuhan?[48]
Dalam Kolose 2:9, kepenuhan yang dimaksud adalah kepenuhan keAllahan, bukan
kepenuhan keilahian seperti terjemahan TB2-LAI. Terjemahan TB1-LAI adalah
“kepenuhan keAllahan”. Kepenuhan keAllahan berdiam dalam Yesus memiliki dua
arti.
1.
Penyataan
Allah.[49]
Allah menyatakan diri-Nya dan membuka diri-Nya bagi manusia. Allah tidak dapat
dikenal manusia jika Allah tidak menyatakan dan membuka diri. Allah dengan
sempurna dan utuh menyatakan diri-Nya kepada dunia melalui Kristus. Interaksi
Allah dengan dunia dengan sempurna terjadi melalui Kristus Yesus. Semua sifat
dan pekerjaan Allah hadir dalam Yesus. Pemahaman arti kepenuhan keAllahan
demikian memperlihatkan transendensi Allah.
2.
Kehadiran
Allah.[50]
Kepenuhan keAllahan memenuhi Yesus menunjukkan kehadiran Allah di dunia melalui
diri Anak-Nya Yesus Kristus. Allah hadir secara sempurna di dunia hanya melalui
Yesus. Gagasan kehadiran digunakan Yeremia 23:24 “Tidakkah Aku memenuhi langit
dan bumi?” dan Mazmur 72:19 “kiranya kemuliaan-Nya memenuhi seluruh bumi”.
Allah hadir di dunia tetapi kehadiran-Nya bukan secara panteistis. Istilah
kepenuhan keAllahan merupakan rumusan imanensi Allah.
Dimana
keAllahan berdiam? Di dalam Yesus Allah seutuhnya berdiam. Bukan sebagian dari
Allah yang berdiam, tetapi Allah sepenuhnya berdiam dalam Yesus sehingga
Pribadi dan pekerjaan Yesus merefleksikan sifat dan pekerjaan Bapa yang hadir
dalam Yesus. Kalimat dalam ayat 19 mengungkapkan persekutuan yang erat dan
tidak terpisahkan antara Yesus dan Bapa. Klausa “kepenuhan keAllahan berkenan
diam dalam Yesus” sekaligus menyatakan kesatuan dan keterpisahan Yesus dengan
Bapa.[51]
Kapan
kepenuhan keAllahan terjadi? Tidak dijelaskan apakah peristiwa ini terjadi
ketika inkarnasi, baptisan, transfigurasi, atau kebangkitan-kenaikan.[52]
Meski muncul dalam peristiwa baptisan (Mrk. 1:11) dan transfigurasi (Mat.
17:5), verba berkenan lebih baik dipandang bukan sebagai peristiwa temporer.
Pendapat bahwa kepenuhan terjadi saat inkarnasi atau baptisan atau kebangkitan
merupakan adopsionisme, yakni paham teologis bahwa manusia Yesus diangkat
menjadi Anak Allah. Pelayanan Yesus di dunia merupakan wujud kepenuhan
keAllahan yang berpuncak saat kebangkitan-Nya. Kepenuhan keAllahan Yesus bukan
merupakan pemberian. Bentuk kala kini verbal katoikei (tinggal, berdiam) di
ayat 2:9 menegaskan bahwa kepenuhan merupakan kenyataan yang terus berlangsung.
F. Dia Yang Memulihkan
Ayat 20 menjelaskan lingkup pendamaian (semuanya) dan
bagaimana pendamaian atau rekonsiliasi terjadi (di kayu salib). Yesus adalah
pertama dan yang sulung sebab Yesus adalah Allah dan Yesus merekonsiliasi
segala sesuatu. Yesus mengadakan pendamaian melalui darah kematian-Nya.
Kata “segalanya” (panta) pada ayat 20 menunjuk pada
kehancuran total menyeluruh. Dosa menjalar dan merasuki semuanya. Penyakit dosa
yang universal harus mendapat obat universal juga. Tidak bisa penyakit
universal diselesaikan secara parsial. Setelah penciptaan terjadilah peristiwa
yang menyebabkan kesatuan dan keharmonisan kosmos serius terganggu bahkan
hancur, sehingga harus diadakan rekonsiliasi.[53]
Allah mengadakan rekonsiliasi melalui Kristus dan untuk
Kristus. Inisiatif pendamaian berasal dari Allah tanpa ada campur tangan
manusia. Peristiwa rekonsiliasi tidak terjadi pada diri manusia. Peristiwa
pendamaian di kayu salib terjadi bukan karena usaha manusia untuk menjadi saleh
dan kudus. Justru ketika manusia bermusuhan dengan Allah peristiwa pendamaian
terjadi di kayu Salib. Rekonsiliasi terjadi di luar manusia karena terjadi
pada salib Kristus.
Istilah rekonsiliasi
dalam surat-surat Paulus selalu berkaitan dengan manusia, namun dalam Kolose
1:20 diperluas meliputi alam semesta atau makhluk-makhluk di surge, bersifat
universal. Rekonsiliasi berarti ‘kembali ke kondisi semula’ (diberlakukan
kembali) atau pemulihan seperti keadaan semula di mana perseteruan sudah tidak
ada. Terjemahan kata kerja apokatallazai pada 1:20 yang tepat adalah
“pemulihan” bukan “pendamaian” seperti terjemahan TB1-LAI. Rekonsiliasi adalah
kembali ke keadaan semula tanpa permusuhan. Perseteruan Allah dan seluruh
makhluk dan alam semesta disebabkan dosa yang melahirkan maut. Maut kemudian
muncul menjadi penguasa alam semesta. Pemulihan ke keadaan semula berarti maut
yang menjadi seteru ditaklukkan di kayu salib. Musuh, yakni maut sudah
dikalahkan. Pada penciptaan pertama Yesus mejadi yang sulung dari semua
ciptaan. Sekarang dikatakan menjadi yang sulung dari kematian. Artinya, Yesus
setelah mengalahkan maut, Yesus kembali menjadi yang sulung dari semua ciptaan.
Pendamaian atau rekonsiliasi berarti proklamasi bahwa Allah dalam Kristus
kembali berkuasa penuh.
Bagaimana rekonsiliasi di bumi? Allah mendamaikan
diri-Nya dengan semua manusia. Terhadap semua ciptaan di bumi dan di surga, Yesus adalah pencipta dan pemelihara
sedangkan terhadap gereja, Yesus adalah kepala gereja. Dengan demikian perlu
dibedakan Yesus sebagai kepala seluruh ciptaan dan kepala gereja. Dengan pembedaan
ini jelaslah bahwa rekonsiliasi tidak bemuatan universal. Karena rekonsiliasi
merupakan suatu proklamasi bahwa Yesus dinobatkan kembali menjadi menjadi
kepala seluruh alam semesta. Benar bahwa kematian Yesus adalah untuk semua
manusia. Namun, hanya manusia yang percaya kepada-Nya yang menyadari bahwa
Allah telah menawarkan pendamaian.[54]
Bagaimana rekonsiliasi di surga atau di langit? Kematian Yesus di kayu
salib yang terjadi di dalam sejarah menjangkau surga. Rekonsiliasi Allah dengan
malaikat-malaikat dan makhluk-makhluk jahat terjadi karena darah Yesus
dicurahkan di salib. Pakar berpendapat bahwa rekonsiliasi di surga harus
dipahami dalam terang Kolose 2:15. Dengan asumsi bahwa makhluk surga bermusuhan
dengan Allah, maka yang terjadi terhadap mereka adalah penaklukkan di bawah
kuasa Yesus. Mereka tidak dimusnahkan, tetapi ditaklukkan. Namun, pengertian
ini memberi arti tambahan terhadap istilah rekonsiliasi. F. F. Bruce, misalnya
mendefinisikan rekonsiliasi sebagai
penaklukkan makhluk di surga dan penyelamatan di bumi.[55]
Rekonsiliasi memuat dua arti: penaklukkan dan penyelamatan. Lebih tepat
dikatakan bahwa rekonsiliasi yang terjadi di surga merupakan penegasan bahwa
sekarang Yesus karena kematian-Nya di kayu salib sudah kembali menjadi yang
terutama dari segalanya, termasuk makhluk-makhluk di surga (bnd. 1Ptr.
3:19-22).
Jadi, rekonsiliasi berarti penciptaan ulang melalui
kematian Yesus di kayu salib yang membawa surga dan bumi kembali ke fitrahnya.
Rekonsiliasi disebut sebagai penciptaan ulang karena tanpa darah Kristus
pendamaian tidak ada. Apa yang tidak ada menjadi ada adalah penciptaan. Akan
tetapi, pemulihan kembali apa yang ada disebut penciptaan ulang. Apa yang
sebelumnya hilang atau rusak dipulihkan kembali seperti sedia kala malalui
kematian Kristus.
BAB
IV
IMPLIKASI
KEUTAMAAN KRISTUS BAGI IMAN KRISTEN
Keutamaan
Kristus adalah hal yang mutlak untuk diakui oleh setiap orang percaya. Karena,
Yesus Kristus itulah yang menjadi dasar iman orang percaya. Iman tumbuh karna
pengenalan akan Pribadi Yesus Kristus, jika tidak percaya kepada Keutamaan
Yesus Kristus mustahil iman tumbuh. Yesus Kristus adalah Pribadi dari Allah
sendiri, jika orang percaya mengakui Yesus Kristus di dalam kehidupannya maka ia
akan menerima setiap janji-janji-Nya.
A.
KEUTAMAAN
KRISTUS MENJADI DASAR IMAN ORANG PERCAYA
Keutamaan Kristus adalah dasar iman orang percaya karena Kristus dasar
dari segala sesuatu yang ada di bumi maupun yang ada di sorga. Yesus adalah Kristus, Anak
Allah. Benar atau tidaknya Yesus adalah Kristus, Anak Allah merupakan hal yang
penting bagi iman kita. Jikalau Dia bukan Kristus, Mesias, Anak Allah, maka
iman kita akan sia-sia. Jikalau Dia Anak Allah, maka kita harus taat kepada-Nya
agar kita masuk surga (Mat. 7:21-23). Pengertian terhadap Yesus Kristus itulah
yang menjadi dasar iman orang percaya. Karena Yesus Kristus yang memimpin orang
percaya kepada iman dan yang iman itu kepada kesempurnaan.
Dalam Konsili Nicea, mereka
merumuskan dan mengesahkan sebuah pengakuan iman yang disebut “Pengakuan Iman
Nicea” yang isinya:
a. Menolak
ajaran Arius dan secara sepakat dan resmi menyatakan bahwa ajaran Arius adalah
ajaran sesat.
b.Yesus
Kristus adalah Allah yang utuh.
c. Yesus
bukanlah ciptaan tetapi Pencipta.
d.
Yesus memiliki hakikat yang sama dengan Allah
Bapa. [56]
Dalam hal ini sangat jelas bahwa keutamaan Kristus menjadi dasar iman
orang percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang menjadikan segala sesuatu.
Hal ini dikemukkan dengan berbagai cara dan dapat dilihat dalam dua gagasan
kunci ( gambaran dan yang sulung) dan dalam suatu pernyataan yang luas mengenai
Kristus. Gagasan “gambar Allah yang tidak kelihatan” merupakan pemikiran yang
mengherankan bila digunakan untuk Kristus, karena meskipun di dalam kata
“gambar” (eikon) terkandung pengertian yang tidak persis sama, tetapi tetap
jelas bahwa Paulus sedang menegaskan bahwa Kristus adalah pernyataan Allah yang
sempurna,[57]
yang harus orang percaya imani di dalam hidupnya.
B.
MEMAHAMI
KEUTAMAAN KRISTUS ADALAH HAL PENTING BAGI IMAN
a) Bagi Pribadi-Nya. Jika Kristus tidak melingkupi
segala-galanya , maka Ia bukan Allah. Yohanes Pembaptis menyerukan dan
menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan (Mat. 3:1-3). Keutamaan-Nya memberikan
keabsahan Tuhan kita selaku seorang Imam Besar sejati.
b) Bagi karya-Nya. Memberi pengampunan akan dosa (
Luk. 7:37-50), hanya Yesus Kristus yang mampu memberikan pengampunan kepada
orang yang berdosa karena Ia adalah Anak Allah. Menyembuhkan setiap sakit
penyakit bahkan orang mati dibangkitkan karena Yesus memiliki kuasa.
c) Merupakan dasar pemberitaan Injil. Yang harus
diberitakan bahwa Yesus Kristus bukan malaikat atau Manusia Ilahi melainkan
Yesus Kristus adalah Tuhan yang hidup.
d) Karena Yesus Kristus yang menciptakan
iman dan Yesus Kristus yang menyempurnakan iman di dalam sepanjang hidup kita
mengikuti Dia. Di dalam Ibrani 12:1-2 dituliskan bagaimana kita memandang
kepada Yesus sebagai sumber iman, Yesus yang mengadakan dan menggenapkan iman,
dan Dia kemudian menjadi teladan bagi kita. Dia sendiri mengabaikan penghinaan,
tekun memikul salib, dan akhirnya menggantinya dengan sukacita yang disediakan
bagi Dia, serta sekarang duduk di sebelah kanan Allah.[58]
e)
Memandang Tuhan Yesus karena Dia adalah yang
mengadakan dan yang menggenapkan iman. Di dalam terjemahan lain dituliskan: “He starts, He creates faith and He
accomplishes and He guides us until the end”. Dia yang menciptakan iman,
dan Dia yang memimpin kita serta menggenapi iman itu dalam diri kita. Ia yang
memulai dan Ia juga yang mengakhiri. Dia yang mengadakan dan menyempurnakan,
Dia yang menciptakan dan yang menggenapi. Iman berasal dari mana? Ibrani
12:1-2, menyatakan bahwa iman berasal dari Kristus. Iman yang pertama-tama
harus berasal dari Bapa, dan kemudian kita melihat bahwa iman itu harus dimulai
dan diakhiri di dalam Kristus. Yang mengadakan iman dan yang menyempurnakan
iman adalah Kristus sendiri. Yang menyempurnakan iman. Kristus bukan hanya
memulai iman, tetapi Ia juga yang menggenapkan dan menyempurnakan iman. Bukan
hanya memandang kepada Kristus sebagai sumber dan awal iman, tetapi juga di
dalam Dia kita mengakhiri dan menggenapkan iman kita. Maka tidaklah salah jika
para murid Kristus meminta kepada Kristus untuk menambahkan iman kepada mereka,
karena mereka kurang iman. Iman bukan disempurnakan oleh diri kita sendiri,
apalagi melalui semua yang kita kerjakan menjadi jasa iman. Tidak ada seorang
pun yang sempurna imannya.[59]
1.
Bukti-Bukti Keutamaan Kristus
Yesus adalah Allah, Alkitab menyaksikan
bahwa seluruh perkataan dan perbuatan Yesus Kristus adalah fakta tentang keAllahan-Nya.
Bukti-bukti keAllahan Yesus Kristus adalah:
a. Yesus
menyandang gelar Ilahi. Yesus disebut sebagai Firman (Logos) disebut Anak Allah
(Mat. 14:33; 16:16-17, Mrk. 1:1, Yoh. 1:18).
b. Yesus
memiliki sifat-sifat dasar ke-Allahan.
c. Yesus setara dengan Allah Bapa.
d. Yesus
melakukan karya yang hanya dikerjakan oleh Allah.
Kemanusiaan
Yesus Kristus yang sempurna telah dinyatakan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Berapa bukti kemanusiaan Yesus adalah:
a. Yesus
memiliki sifat sejati insani.
b. Yesus
mempunyai keluarga, silsilah, dan gelar sebagai Anak Manusia.
c. Yesus
dilahirkan dari Rahim seorang manusia.
d. Yesus
selaku manusia juga mengalami pencobaan.
Keunikan
Pribadi Yesus Kristus. Di dalam ke-Tritunggalan Allah, pribadi Yesus Kristus
(Allah Anak) adalah yang paling unik. Ia disebutkan sebagai Pengantara Tunggal
antara Allah dan manusia (1Tim. 2:5). Sebagai pengantara antara Khalik dan
makhluk, Yesus harus memiliki dua sifat dasar yang menyatu dalam satu pribadi,
yaitu ke-Allahan dan kemanusiaan. Namun harus dimengerti di sini bahwa Yesus
Kristus sama sekali bukan termasuk kategori makhluk ciptaan, tapi sebaliknya Ia
adalah Allah sejati yang menjelma menjadi manusia sejati.[60]
2.
Fakta Keutamaan Kristus
a.
Fakta Keutamaan Kristus dalam Perjanjian Lama
Kelahiran
Anak Dara. Kejadian 3:15 dikenal sebagai protevangelium karena itu adalah
nubuat pertama ( kabar baik ) tentang Kristus. Akan ada permusuhan antara Setan
dengan Mesias, hal itu dinyatakan dengan frasa, “benih perempuan”. Frasa “benih
perempuan” hanya berbicara tentang Maria dan menunjuk pada kelahiran anak dara;
Mesias lahir dari Maria saja. Mikha 5:2,
pernyataan ini menekankan bahwa “yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak
dahulu kala.” Meskipun Yesus dilahirkan di Betlehem (nubuat dari ayat ini),
namun waktu itu bukanlah permulaan-Nya; Ia telah ada “sejak dahulu kala”.
Yesaya 9:6, Kristus disebut “Bapa Yang Kekal”. Hal itu tidak berarti Kristus
adalah Bapa, karena mereka adalah dua Pribadi yang berbeda dalam Trinitas. Hal
itu tidak berarti bahwa Kristus juga memiliki sebutan Bapa. Sebutan itu
mengusulkan praeksistensi dan kekekalan.[61]
b.
Fakta Keutamaan Kristus dalam Perjanjian Baru
Yohanes
8:58. Meskipun Abraham hidup 2000 tahun sebelum Kristus, Ia dapat mengatakan,
“sebelum Abraham lahir, Aku ada.” Meskipun Yesus lahir di Betlehem, Ia
mengklaim telah ada sebelum Abraham. Tensa yang dipakai kembali penting untuk
diperhatikan. Sebelum Abraham lahir, Kristus telah dan terus menerus ada.
Pernyataan “Aku adalah”, tentu saja juga menunjuk pada keilahian-Nya dan merupakan
klaim kesetaraan dengan Yahwe. “Aku adalah” merujuk pada Keluaran 3:14 yang
mana Allah mengidentifikasikan Diri-Nya sebagai “ AKU ADALAH AKU”.[62]
Ibrani 1:8, penulis Ibrani memulai suatu seri kutipan dari PL.
Kata
pengantar untuk pernyataan-pernyataan itu adalah, “Tetapi tentang Anak Ia
berkata,” jadi, pernyataan yang berikutnya adalah berkaitan dengan Kristus.
Oleh karena itu, pernyataan, “Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan
selamanya” menunjuk pada kekekalan Kristus. Kolose 1:17, Paulus menyatakan “Ia
ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia”,
menekankan sekali lagi tentang kekekalan dan praeksistensi Kristus melalui
penggunaan bentuk tensa waktu sekarang.[63]
3.
Hakikat Keutamaan Kristus
Bagi
orang percaya hakikat keutamaan Kristus digambarkan di dalam Alkitab.
a) Menyakinkan
keselamatan. Kisah 4:12, Dan keselamatan tidak ada di dalam
siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada
nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan. Efesus
2:8-9, Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil
usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang
yang memegahkan diri.
b) Dosa
diampuni. Kisah 10:43,
Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya, ia
akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya. Kolose 2:13, Kamu juga,
meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara
lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni
segala pelanggaran kita.
c) Kristus mempersiapkan tempat
tinggal di surga untuk kita ( Yoh. 14:1-3). Dalam kemuliaan-Nya Kristus
mempersiapkan banyak tempat tinggal di rumah Bapa.
d)
Menyakinkan Kehidupan yang kekal. Yohanes 3:36 Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh
hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan
melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya. Yohanes 5:11-13 Dan inilah kesaksian itu:
Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di
dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak
memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. Semuanya itu kutuliskan kepada kamu,
supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki
hidup yang kekal.
C.
KEUTAMAAN
KRISTUS TERKANDUNG DALAM PENGAKUAN IMAN KRISTEN
Pemahaman
mengenai keutamaan Kristus sangat penting, itulah sebabnya juga masuk didalam
pokok Pengakuan Iman Kristen. Martin
Luther dalam bukunya, menulis: “Katekismus Luther merupakan suatu uraian yang
sederhana mengenai iman Kristen, yakni unsur-unsur pokok yang sama sekali tidak
dapat diabaikan, suatu rangkuman segala sesuatu yang kita dapat dalam Kitab
Suci dalam bentuk yang ringkas, jelas dan sederhana.”[64]
Pengakuan ini menjadi dasar-dasar kepercayaan iman Kristen. Adapun pokok-pokok
pengakuan iman kita, bunyinya:
Aku percaya kepada Allah, Bapa
yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi. Dan kepada Yesus Kristus,
Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan kita, yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria Yang
menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun
ke dalam kerajaan maut, pada hari yang
ketiga bangkit pula dari antara orang mati, naik ke surga,
duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa, dan
akan datang dari sana untuk menghakimi orang
yang hidup dan yang mati. Aku percaya kepada Roh Kudus; gereja yang
kudus dan am; persekutuan
orang kudus; pengampunan dosa, kebangkitan daging dan hidup yang kekal.[65]
1.
Asal Pengakuan Iman
Roma 10:10 menyatakan bahwa “ Karena
dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan
diselamatkan”. Jadi, pengakuan iman ini adalah “Pengakuan yang diakui dengan
mulut dan dipercaya dalam hati,” seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus,
Matius 10:32—tentang pengakuan kepercayaan terhadap Tuhan Yesus di muka umum. Pengakuan
Iman yang tidak tertulis pada zaman permulaan gereja adalah pengakuan orang
Kristen terhadap pengajaran dasar Kristus, serta menerima, mengajar dan membawa
orang berpaling kepada Tuhan. Pada garis besarnya, pengajaran dasar yang
dikabarkan dapat dibagi dalam 2 bagian:
a.
Secara negative (apa yang
tidak dipercaya)
b.
Secara positif ( apa yang
dipercayai)
Mula-mula Pengakuan Iman ini
diturunkan dari mulut ke mulut, misalnya pada upacara Pembaptisan atau
penerimaan anggota-anggota baru, maka Pengakuan Iman ini dibacakan secara umum
seperti acara penyumpahan. Kemudian agar mudah diingat maka pengakuan itu
sebagai pengajaran dasar yang sangat sederhana. Lama-kelamaan, karena perubahan
keadaan dan zaman, maka mulailah dibacakan pada kebaktian-kebaktian umum. Ada
pula yang dijadikan untuk dinyanyikan. [66]
2.
Sejarah Sederhana Pengakuan Iman
a. Pengakuan
Iman yang tertua ditulis oleh Irenius dan Tertulian pada tahun 170-200 A. D.
Pengakuan Iman ini merupakan sebuah karangan untuk menegur pendapat ajaran
Ebionisme.
b. Pengakuan
Iman Rasul-Rasul. Pengakuan ini bukan ditulis oleh rasul-rasul, melainkan
ditulis antara tahun 200-325 A. D. Beberapa Bishop dan Diaken mengambil
ajaran-ajaran rasul-rasul yang penting dari Alkitab, kemudian dikumpulkan dan
ditulis menjadi Pengakuan Iman. Pada tahun lebih kurang A. D. digunakan di Roma
c. Pengakuan
Iman Nicea. Pengakuan Iman ini untuk menentang bidat Arianisme, ditulis pada
tahun 325 A. D. di Sidang Nicea. Setelah melalui beberapa kali koreksi, maka
ditetapkan menjadi Pengakuan Iman ( 381 A. D.)
d. Pengakuan
Iman Athanasius, 313 A. D. Membicarakan kebenaran Allah Tritunggal.
e. Pengakuan
Iman Augburg. Pengakuan ini ditulis pada waktu Martin Luther mengadakan
konferensi pada tahun 1530 A. D.
f. Pengakuan
Iman Dort. Ini adalah dari golongan Presbyterian yang ditulis oleh John Calvin,
pada tahun 1549 A. D. di Genewa. Kemudian disetujui oleh konferensi besar di
Dort, maka disebut “Pengakuan Iman Dort”.
g. Pengakuan
Iman Westminster. Sekarang ini dipakai oleh Gereja Presbyterian. Pengakuan ini
ditetapkan pada tahun 1649 A. D.
h. Gereja
Anglikan negara Inggris. Pada tahun 1553 ditetapkan 42 pengakuan/artikel.
Kemudian pada tahun 1562 A.D diubah menjadi 39 pengakuan/artikel. Sekarang ini
dipakai oleh agama negara Inggris dan
berbagai negara Anglikan.
i.
Gereja Methodis.
Mula-mula memakai 39 pengakuan/artikel dari pengakuan iman gereja Anglikan
tetapi sampai tahun 1874 diubah menjadi 25 pengakuan/artikel.[67]
3.
Pengakuan Iman Rasuli
Pengakuan Keduabelas Pasal iman
seringkali disebut “Pengakuan Iman Rasuli”
atau “Apostolicum”. H. Berkhof, berkata: “Pengakuan
Rasuli itu bukan saja menjadi senjata gereja pada permulaan sejarahnya, tetapi
juga menjadi kesimpulan iman Kristen bagi segala abad kemudian.”[68]
Aku percaya
kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi. Seorang yang berkata
Aku percaya tidak sekedar mengakui adanya Tuhan. Percaya adalah tindakan iman,
yaitu iman yang menuntun kita untuk menjalani hidup. Seorang yang dengan mantap
berkata Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi
menyatakan pada dunia bahwa orang tersebut menyatukan percayanya kepada Allah
yang dipanggil sebagai Bapa. Dialah yang menciptakan langit dan bumi, Dialah
Allah satu-satunya yang Mahakuasa, tidak ada yang lain. Dalam pengakuan
tersebut terkandung makna: seluruh hidup manusia ada dalam genggaman tangan Allah, karena Dia
Mahakuasa atas segala-galanya. Seluruh pergumulan dan masalah dapat disampaikan
dan diselesaikan oleh Allah karena Dia Bapa kita. Segala sesuatu berasal dari
padaNya karena Dialah Khalik langit dan bumi.
Aku percaya kepada Yesus Kristus,
AnakNya Yang Tunggal, Tuhan Kita. Pengakuan percaya ini adalah inti dari iman
Kristen, bahwa Yesus Kristus. Adalah Anak Allah Bapa Yang Tunggal, Tuhan kita.
Rumusan ini dibuat demikian sebagai respon terhadap kalangan yang mengaku
Kristen namun tidak mengakui ketuhanan Yesus. Kelompok seperti Arianisme dan
Ebionisme menolak bahwa Yesus itu Allah.
Agar tidak terjadi kesimpangsiuran pemahaman iman diantara jemaat, maka gereja
merumuskan Pengakuan Iman tersebut sebagai penegasan. Percaya kepada Allah Bapa
dan kepada Yesus Kristus tidak berarti kita percaya pada dua Tuhan. Kita
percaya kepada Allah yang sudah memperkenalkan diriNya didalam Yesus Kristus.
Artinya : Kita percaya pada Yesus Kristus, yang sudah menyatakan kepada kita,
siapa dan bagaimana Allah yang hidup itu sesungguhnya. Sebab itu Yesus Kristus
diberi gelar Immanuel, artinya : Allah menyertai kita (Mat. 1:23b).
Aku percaya kepada Roh Kudus. Roh Kudus
adalah hakekat Tuhan Allah sendiri. Percaya kepada Roh Kudus berarti mengakui
karya dan peran Roh Kudus dalam kehidupan orang beriman juga dalam kehidupan
gereja Tuhan. Orang yang mau dipimpin dan hidup di dalam Roh Kudus akan hidup melakukan kehendak dan perintah TUHAN
serta mampu menghasilkan buah Roh Kudus.[69]
4.
Pengakuan Nicea- Konstantinopel
Dalam
pengakuan iman Kristen, Nicea-Konstantinopel juga ikut serta mengikrarkan suatu
pengakuan iman kepada Allah secara keseluruhan dan pengakuan iman gereja terhadap
keutamaan (keunggulan) Kristus. Pengakuan tersebut disusun kembali dari karya
Cyrillus, uskup Yerusalem (sekitar tahun 310-386), bunyinya sebagai berikut:
Kita percaya kepada satu Allah, Bapa Yang
Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, segala yang kelihatan dan yang tidak
kelihatan; dan kepada satu Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal, yang
lahir dari Sang Bapa sebelum ada segala zaman, yang dengan perantaraan-Nya
segala sesuatu dibuat; yang menjadi manusia, yang disalibkan, dan dikuburkan,
dan bangkit
pada hari ketiga, yang naik kesorga, dan yang duduk disebelah kanan Sang Bapa, dan yang akan datang dengan kemuliaan untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati; dan kepada Roh
Kudus, Penghibur, yang telah berfirman dengan perantaraan para nabi; dan kepada
satu baptisan untuk pengampunan dosa; dan kepada satu gereja yang kudus dan am;
dan kepada
kebangkitan orang mati; dan kepada kehidupan kekal.[70]
Pengakuan
iman ini mengakui keutamaan Yesus dalam iman mereka sebagai Allah. Pernyataan tersebut tercatat dalam alinea pertama yang
berbunyi, " Kita percaya kepada
satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, segala yang
kelihatan dan yang tidak kelihatan; dan kepada satu Tuhan Yesus Kristus, Anak
Allah yang tunggal, yang
lahir dari Sang Bapa sebelum ada segala zaman, yang dengan perantaraan-Nya
segala sesuatu dibuat”.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
. Keutamaan Kristus adalah merupakan dasar atau landasan iman orang
percaya (Kristen) karena Kristuslah dasar dari segala sesuatu yang ada di bumi
maupun yang ada di sorga. Yesus adalah Kristus, Anak Allah. Benar atau tidaknya
Yesus adalah Kristus, Anak Allah merupakan hal yang penting bagi iman kita.
Jikalau Dia bukan Kristus, Mesias, Anak Allah, maka iman kita akan sia-sia.
Jikalau Dia Anak Allah, maka kita harus taat kepada-Nya agar kita masuk surga
(Mat. 7:21-23). Pengakuan iman Kristen dalam Yesus Kristus itulah yang menjadi
dasar iman orang percaya. Karena Yesus Kristus yang memimpin orang percaya
kepada iman dan yang iman itu kepada kesempurnaan.
Jadi
berdasarkan tinjauan teologis surat Kolose 1:15-20 tentang Keutamaan Kristus dan implikasinya
bagi iman Kristen, maka:
Kristus adalah merupakan yang paling utama yang artinya gambar Allah yang
tidak kelihatan, yang sulung, dan lebih utama dari segala yang diciptakan. Dan
oleh-Nya manusia mendapatkan kehidupan akan keselamatan. Firman Allah berkata: “Keselamatan tidak ada di dalam siapa pun
juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain
yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”.
Melalui Keutamaan Kritus segala
sesuatu diciptakan melalui-Nya baik yang ada di langit, di bumi, yang kelihatan
maupun yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, dan
penguasa-penguasa di dunia. Berarti keutamaan Kristus merupakan hal yang
sangat penting dan juga menjadi pokok bagi iman Kristen.
Implikasinya adalah Keutamaan Kristus merupakan suatu dasar bagi iman
Kristen yang diwujudkan melalui pengakuan iman seluruh orang-orang percaya atau
pengakuan iman gereja sepanjang abad. Dalam pengakuan iman tersebut meyakini
bahwa Kristus sebagai Allah
Yang Mencipta, Allah Yang Kekal, Kepala Gereja atas jemaat, dan Kepenuhan Allah
(pleroma) di Dalam Dia, serta dengan percaya bahwa Dia Yang
Memulihkan atau mendamaikan manusia melalui darah kematian-Nya. Ia telah
dan yang pertama bangkit dari antara orang mati. Oleh sebab itu tetap
pertahankanlah iman sebagai orang-orang yang telah diperdamaikan oleh-Nya dan
tetap teguh dalam pengharapan keselamatan didalam-Nya sampai pada waktunya
tiba.
B. Saran
Sebagai
akhir dari tulisan ini, penulis memberikan saran-saran kepada para pembaca
skripsi ini, yaitu sebagai berikut:
1.
Doktrin Keutamaan Kristus ( Kristologi ) adalah inti
dari iman Kristen maka sepatutnya kita memahaminya dengan benar maka kita pun
memiliki iman
yang benar. Oleh karena itu
ajaran tentang Yesus Kristus ini perlu dipertahankan dan diberi pertanggung jawaban terhadap
argumen-argumen tentang penyangkalan ke-Allahan maupun kemanusiaan Kristus.
2.
Oleh karena ajaran tentang keutamaan Kristus (Kristologi) sulit dipahami adanya maka wajarlah penulis memberikan jawaban yang
mungkin masih kurang dari pemahaman yang ada karena doktrin ini tidak dapat
dipaksakan oleh kekuatan akali manusia.
3.
Kepada para hamba Tuhan yang
militan harus dengan antusias mengajarkan doktrin ini secara sungguh-sungguh, jangan
pernah lengah untuk mengajarkan doktrin ini kepada jemaat karena banyak jemaat yang masih belum mengerti
tentang Kristus, dan doktrin ini masih diperdebatkan dan dicari kelemahannya oleh orang-orang yang ingin
menjatuhkan iman kekristenan.
4.
Bagi STT Yestoya, kita
yang sudah dibekali bahkan diberi pengajaran tentang doktrin ini. Kita dituntut
lebih untuk bisa menjelaskan kepada orang-orang yang belum mengerti tentang hal
ini. Bahkan kita bisa melawan isu-isu yang menyangkut tentang doktrin ini.
[56]
Thomas Hwang, Kristologi ( Yogyakarta: AMI Publication, 2011), 78
[57]
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian baru:
Allah, Manusia, Kristus ( Jakarta: Gunung Mulia, 2008) 404
[58]
http://www.buletinpillar.org/transkrip/iman-di-dalam-kristus (diakses 24 Mei
2018 pukul 20:25 Wib)
[59] Ibid
[60]
Ichwei G. Indra, Teologi Sistematis (
Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2010), 134-138
[61]
Paul
Enns, The Moody Handbook of Theology (Malang
: Literatur SAAT, 2012), 264-265
[62]
Leon Morris, The Gospel According to John
(Grand Rapids: Eerdmans, 1971), 473
[63]
Paul
Enns, The Moody Handbook, 264
[64] Martin
Luther, Katekismus Besar Martin Luther (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2003), xii.
[65] Ibid,
12.
[66] Dr. Peter Wongso, Seri Diktat: Penjelasan Tentang Pengakuan-Pengakuan Iman Kristen (
Malang: SAAT, 1984), 2
[67] Ibid, 9-10
[68] H.
Berkhof., I. H. Enklaar, Sejarah Gereja (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2011), 28-29.
[69] http://www.suplemengki.com/pengakuan-iman-2/
[70] K.
Deddens, Annus Liturgicus?, Goes (Oosterbaan & Le Cointre) 1975, 71.
[41]Hasan
Susanto, Perjanjian Baru Interlinear
Yunani-Indonesia Dan Konkordansi Perjanjian Baru, Jilid II (Lembaga Alkitab Indonesia, 2014), 1068-1069
[42]
Barclay, Pemahaman Alkitab, 182-184
[43] Barus, Tafsiran
Alkitab Kontekstual, 141-143
[44] Dalam
Kolose 2:19, ide yang sama dikembangkan lebih jauh mengenai guru-guru palsu,
yang tidak “berpegang teguh kepada
Kepala, yang dari-Nya seluruh tubuh, ditunjang dan diikat menjadi satu melalui
sendi-sendi dan urat-urat, bertumbuh dengan pertumbuhan dari Allah.”
[45] Hagelberg, Tafsiran Surat Kolose, 78-80
[46] Charles F. Pfeiffer dan Everett F. Harrison The Wycliffe Bible Commentary ( Malang:
Gandum Mas, 2001), 797
[47] Ibid., 804
[48] Biasanya konsep kepenuhan sebagai derivative
gmostik atau ekspresi filsafat Stoa. Akan tetapi, akhir-akhir ini para penafsir
seperti O’Brien, Barth-Blanke dan Dunn memehami konsep kepenuhan dalam tradisi
Ibrani.
[49] James D.G. Dunn, The Epistle to the Colossians and to Philemon: A Commentary on the
Greek Text (Grand Rapids: Eerdmans, 1996), 101.
[50] Markus Barth dan Helmut Blanke, Colossians: A New Translation with
Introduction and Commentary.Terj. A.B. Beck. (New York: Doubleday, 1994),
213
[51] Barus, Tafsiran
Alkitab Kontekstual, 150
[52] Murray J. Harris, Colossians & Philemon (Grand Rapids: Eerdmans, 1991), 178
[53]
Eduard Lohse, Colossians and
Philemon. Terj. W. R. Poehlmann and R. J. Karris (Hermeneia. Philadelphia:
Fortress, 1971), 59
[55]
Bruce, Colossians, 210
[16] Bennett, Andrew L. Archaeology From
Art: Investigating Colossae and the Miracle of the Archangel Michael at Kona. Near East Archaeological Society Bulletin 50
[17]
Easton's Bible Dictionary, 1897
[18] Armand Barus, Tafsiran Alkitab Kontekstual-oikumenis Surat
Kolose (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), 5-6
[19]
Dave Hagelberg, Tafsiran Surat Kolose
dari Bahasa Yunani (Yogyakarta:
ANDI, 2013), 9-10
[20]
Josephus (Ant 12.147-53) mengatakan bahwa dua ribu keluarga Yahudi dipindahkan
dari Mesopotamia ke Lidia dan Frigia oleh perintah Antiokhus III sekitar 250
tahun sebelum penulisan surat ini. Barangkali pajak bait Allah dari keturunan
merekalah yang dirampas oleh gubernur Roma, 120 tahun sebelum surat ini. Cukup
banyak emas yang dirampas di distrik Laodikia untuk menjadi pajak stnadar bait
Allah bagi populasi 11.000 laki-laki Yahudi dewasa (Bruce, “Jews and Christians
in the Lycus Valley,” hlm.4-7 dan O’Brien, hlm xxvii). Namun, kehadiran orang
Yahudi di daerah ini tidak membuktikan bahwa mereka adalah jemaat.
[21]
Kisah Para Rasul 14:8-18 memberikan sedikit gambaran kepada kita tentang
lingkungan multibahasa, tempat Paulus bekerja. Dalam Kisah Para Rasul 14:11,
kita membaca, “Ketika orang banyak
melihat apa yang telah diperbuat Paulus, mereka itu berseru dalam bahasa Likaonia:
‘Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia.” Paulus
dan timnya pasti berbicara dalam bahasa Yunani Koine, dan mereka akan
memahaminya dengan mudah. Namun, dikejutkan oleh “dewa-dewa” ini di antara
mereka, orang-orang dalam kerumunan itu berbicara satu sama lain dalam bahasa
ibu mereka, yang pasti tidak dimengerti Paulus. Sangat mungkin orang-orang di
Kolose berbicara dua bahasa atau multibahasa. Bahasa lokal dan dialek cenderung
bertahan setelah penaklukan sejumlah kekaisaran.
[22] Hagelberg,
Tafsiran Surat Kolose, 10-12
[23]
Ibid., 12-13
[25] Barus,
Tafsiran Alkitab Kontekstual, 1
[28] Dalam Kol. 4:10-12 dan Flm.
23-24, Epafras, Markus, dan Aristarkhus, bersama dengan Paulus. Onesimus
berasal dari Kolose (4:9), tempat ia dimiliki sebagai budak oleh Filemon dan di
dalam pelarian, ia percaya kepada Tuhan Yesus. Demi Onesimus, Paulus menulis
kepada Filemon.
[32] http://novelly-sionita.blogspot.co.id/2011/11/latar-belakang-surat-kolose.html
(diakses 17 Maret 2018, pukul 09:04 Wib)
[36] Frank
J. Matera, New Testament Theology,
Exploring Diversity and Unity (London-Louisville: Westminster John Knox
Press, 2007), 219
[37]
Dalam surat-surat Paulus, istilah soma muncul
Sembilan puluh Sembilan kali untuk menunjuk kepada gereja atau jemaat lokal
sebagai tubuh Kristus. Peter T. O’Brien, 43
[38]
Eduard Schweizer, An Theological
Introduction to the New Testament, trans. By O.C. Dean (Nashville: Abingdon
Press, 1991) 94-95
[39] Samuel
Benyamin Hakh, Perjanjian
Baru,Sejarah,Pengantar dan Pokok-Pokok Teologisnya (Bandung: Bina Media
Informasi, 2010), 222-223
[40]
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 2012), 1986.
[2]
Jasper Klapwijk, Kabar Baik dari
Perjanjian Baru ( Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2015), 97
[3] F.
D. Wellern, Riwayat Hidup Singkat
Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja ( Jakarta: BPK Gunung Mulia ), 22.
[4]
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru
Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-Masalahnya (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 223
[5]
Alkitab ( Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia)
[6] Adnan
Mahdi Mujahidi, Panduan Penelitian
Praktis, 91
[7]
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif dan R & D (Bandung:
Alfabeta, 2007),64
[8]
Software Aplikasi Kamus Besar Bahasa
Indonesia.
[9] Ibid.
[10] Yahya A. Muhaimin, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 1108
[11]
Ensiklopedia, software Aplikasi Kamus Alkitab versi 1.2.1
[12]
Ibid.
[13]
John M. Echols-Hassan Shadily, Kamus
Inggris-Indonesia (Jakarta:
Gramedia, 2005), 313
[14] Tim
Prima Pena, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Gramedia Press,
t.t), 601
[15] Ibid., 150