Selasa, 06 November 2018

TINJAUAN TEOLOGIS TENTANG KEUTAMAAN KRISTUS MENURUT SURAT KOLOSE 1:15-20 DAN IMPLIKASINYA BAGI IMAN ORANG KRISTEN









BAB I


PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang


Pada saat Rasul Paulus menulis Surat ini, ia belum pernah bertemu dengan orang percaya yang ada di Kolose (Kol. 2:1). Banyak orang yang percaya bahwa Epafras bertobat melalui pelayanan Rasul Paulus ketika rasul itu menghabiskan waktu selama tiga tahun pelayanan di Efesus.  Frigia termasuk daerah Asia Romawi (daerah yang dikuasai Roma), dan Paulus pernah berada di Frigia (Kis. 16:6; 18:23), tetapi bukan di Kolose (Kol. 2:1).
Kita tahu dari surat ini bahwa suatu ajaran sesat, yang dalam wujudnya berkembang pesat menjadi Gnostisisme, sudah mulai mengancam jemaat di Kolose. Para penganut aliran Gnostik ini membanggakan diri mereka berdasarkan ‘pengetahuan’ mereka (bahasaYunani, gnosis). Mereka menyatakan bahwa mereka memiliki informasi yang lebih hebat dari informasi rasul-rasul, dan berusaha menciptakan kesan bahwa seseorang tidak bisa benar-benar bahagia kecuali ia telah masuk ke dalam rahasia-rahasia terdalam dari ajaran mereka. Beberapa penganut Gnostik menyangkal kemanusiaan sejati Yesus. [1]
Surat kepada jemaat di Kolose merupakan surat yang menjelaskan kebenaran Injil ketika diperhadapkan dengan dan melawan, filsafat-filsafat yang mempengaruhi jemaat Kolose. Bertentangan dengan pandangan filsafat yang berkembang di Kolose (yang menyebabkan sinkretisme), Paulus memperlihatkan bahwa Yesus adalah Tuan (dalam bahasa Yunani, kurios) semesta alam dan juga kurios gereja.[2]
Ditinjau dari perspektif iman Kristen pemahaman tentang Keutamaan Kristus merupakan hal penting bagi kehidupan kekristenan masa kini. Namun tidaklah semua orang Kristen benar-benar mengerti bahwa Kristus melingkupi segala-galanya dan masih ada beberapa orang Kristen yang beranggapan bahwa Kristus bukanlah Tuhan seutuhnya, mereka mengatakan bahwa Kristus hanya Manusia Ilahi. Arius berpendapat dan menolak ajaran mengenai keilahian Kristus dengan pandangan bahwa Kristus hanyalah ciptaan Allah dan bukan Allah. Dari pemikiran Arius ini ia dikutuk dan meninggal, ajaran dan pandangannya tetap berkembang dan disebarluaskan oleh para pengikutnya dan aliran ini disebut dengan Arianisme.[3]
Dari keterbatasan pemahaman inilah perlu adanya penelitian untuk kita mempelajari dengan teliti mengenai keutamaan Kristus karena hal ini merupakan suatu pokok penting yang menjadi dasar iman Kristen.  Dan hal itu pun yang terjadi di Kolose dimana jemaat Kolose terancam oleh ajaran sesat Gnostik Yahudi, tetapi kita tidak dapat memastikan seberapa jauh ajaran itu menyusup atau apakah hal itu telah menyebabkan terjadinya konflik terbuka.[4]
Berkaitan dengan ini penulis melakukan penelitian berupa tinjauan teologis, mencari penjelasan yang akan menjawab mengenai keutamaan Kristus, karena hal itu adalah dasar keyakinan dan harapan bagi kekristenan.
Sebagian orang Kristen tidak memahami apa arti penting dari Kristus sehingga ketika ke-Allahan Kristus dipertanyakan membuat mereka sulit menjawab. Dalam Kolose 1:15 berkata demikian: “ Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan”.[5] Ayat ini sangat jelas memaparkan bahwa Kristus adalah bukan mahkluk yang diciptakan, tetapi Yesus adalah ahli waris dan penguasa atas ciptaaan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengadakan penelitian melalui studi dari Alkitab dan kitab-kitab referensi lainnya dengan judul skripsi: “Tinjauan Teologis Surat Kolose 1:15-20  Tentang Keutamaan Kristus Dan Implikasinya Bagi Iman Kristen.”



B.     Rumusan Masalah


Berdasarkan yang telah penulis uraikan diatas pada latar belakang masalah, maka di bawah ini penulis memberikan rumusan untuk mengkaji dalam beberapa rumusan pertanyaan dibahas demi terselesaikannya skripsi ini.
Adapun yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan Keutamaan Kristus menurut Surat Kolose 1:15-20?
2.      Bagaimana implikasi Keutamaan Kristus menurut Surat Kolose 1:15-20 bagi iman Kristen ?


C.    Tujuan Penulisan


Berdasarkan tujuan dan manfaat penulisan, untuk itu penulis ingin mencari fakta atau bukti dengan cara library research dengan mengumpulkan buku-buku penting dan buku tafsiran serta menggunakan Alkitab sebagai pegangan yang dapat memberikan keyakinan tentang keutamaan Kristus berdasarkan eksegesis Surat Kolose 1:15-20. Sehubungan dengan pentingnya studi eksegesis ini, maka penulisan ini bertujuan untuk:
1.      Untuk menjelaskan maksud dari keutamaan Kristus menurut Surat Kolose 1:15-20.
2.      Untuk mendeskripsikan implikasi keutamaan Kristus menurut Surat Kolose 1:15-20 bagi iman Kristen.



D.    Manfaat Penulisan


Pertama, secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi akademis baik disiplin ilmu yang terkait, Doktrin Akhir Jaman (Eskatologi), Teologi Biblika khususnya Perjanjian Baru, Hermeneutika dan Teologi misi.
Kedua, secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi iman Kristen dalam memahami keutamaan Kristus sebagai keyakinan orang percaya bahwa Kristus adalah Tuhan berdasarkan  Tinjauan Teologis Surat Kolose 1:15-20 dan semakin giat serta terlibat aktif dalam implementasi praktis dalam iman Kristen.



E.     Batasan Masalah


Mengingat keterbatasan buku-buku dan perikop yang cukup banyak membahas tentang keutamaan Kristus dalam Alkitab maka penulis memberikan batasan masalah sebagai pokok permasalahan hanya pada Tinjauan Teologis Surat Kolose 1:15-20  tentang keutamaan Kristus dan implikasinya bagi iman Kristen.



F.     Metode Penulisan


Oleh karena penulisan ini adalah tinjauan teologis, maka data yang diperlukan dan dibutuhkan adalah data kualitatif yang diperoleh melalui studi kepustakaan (Library Research) yang kritis dan cermat. Dalam pengumpulan data, penulis mengutamakan sumber-sumber atau buku-buku tafsiran yang cukup memadai, mendukung serta berkualitas untuk dijadikan sebagai sumber.



G.    Hipotesa Penulisan


Hipotesis (hypothesis) berasal dari kata hypo dan thesis atau thesa. Hypo adalah mentah, sementara, atau premature, sedangkan thesis atau thesa yaitu simpulan, pendapat, atau tesis.[6] Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Hipotesis sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaran pendapat (teori, proporsisi, dsb) meskipun kebenarananya masih harus dibuktikan; anggapan dasar.[7]
Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa pemahaman tentang keutamaan Kristus ada  implikasinya bagi iman Kristen

H.    Definisi Istilah


1.      Tinjauan adalah melihat sesuatu yang jauh dari ketinggian. [8]
2.      Teologis adalah hal yang berhubungan dengan teologi.[9]
3.      Surat artinya kertas yang bertulis (berbagai-bagai isi, maksudnya).[10] Jadi, surat Kolose adalah salah satu kitab yang terdapat dalam Perjanjian Baru yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose.
4.      Kolose adalah Satu kota di provinsi Romawi wilayah Asia, di bagian barat dari apa yang sekarang disebut Turki bagian Asia. Letaknya kr 15 km ke arah Timur di lembah Likus dari Laodikia, di jalan raya dari Efesus ke timur. Semula tempat ini adalah pangkal jalan bercabanag ke Sardis dan Pergamus, berair banyak dan gampang dilindungi, yang menjadi kota penting pada zaman kerajaan Lidia dan kemudian pada zaman kerajaan Pergamus. [11]
5.      Keutamaan adalah keistimewan, kedudukan yang tertinggi.
6.      Kristus adalah terjemahan Yunani dari kata Ibrani Masyiakh atau Mesias ( Al-Masih), artinya: “yang diurapi oleh Tuhan”. Yesus disebut Kristus karena Dialah yang dipilih Allah menjadi Penyelamat dan Tuhan. Akhirnya Kristus juga menjadi nama diri untuk Yesus.[12]
7.      Implikasi dalam bahasa Inggris implication yang artinya maksud, pengertian, implikasi, atau terlibatnya.[13] keterlibatan atau keadaan terlibat, tindakan ikut campur, atau yang termasuk.[14]
8.      Iman adalah kepercayaan, terutama kepada reliabilitas Allah. Pengertian modern mengenai iman adalah semacam pengetahuan yang lebih rendah atau penerimaan pendapat atau cerita, yang tidak sepenuhnya dapat dibuktikan.[15] Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
9.      Orang Kristen adalah orang-orang yang percaya kepada Kristus sebagai Juruselamat manusia. Dengan kata lain disebut pengikut Kristus.
Dengan demikian, sesuai dengan judul yang telah diajukan maka penulis memberi definisi tentang judul yang diajukan: telaah, kajian atau penelitian ilmiah dalam mencari penjelasan atau menemukan arti asli kebenaran Alkitab sehingga dapat meluruskan, membenarkan kembali pandangan yang salah mengenai keutamaan Kristus yang merupakan dasar iman Kristen khususnya pada keutamaan Kristus.



I.       Sistematika Penulisan


Sistematika dalam penulisan skripsi ini dengan mengikuti standar penulisan karya ilmiah yang berlaku di Sekolah Tinggi Teologi Yestoya Malang. Penulis menguraikan secara sistematis untuk memudahkan para pembaca.
Adapun sistematika penulisan  skripsi ini sebagai berikut:
Pada BAB I, Penulis Memaparkan Mengenai Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Batasan Penulisan, Metode Penulisan,, Hipotesa, Defenisi Istilah, Sistematika Penulisan.
Pada BAB II, Penulis Menjelaskan Latar Belakang Dan Isi Surat Kolose Antara Lain: Latar Belakang Surat Kolose, Latar Belakang Penulisan Surat Kolose, Pokok-Pokok Teologis, Dan Garis Besar Surat Kolose.
Pada BAB III, Penulis Menguraikan tinjauan telogis Surat Kolose 1:15-20, Antara Lain:  Struktur Dan Analisa Teks Surat Kolose 1:15-20, Tinjauan Teologis.
Pada BAB IV, Penulis Menjelaskan Implikasi Keutamaan Kristus  Bagi Iman Kristen.
Pada BAB V, Merupakan Rangkuman Dari Keseluruhan Pembahasan Ke Dalam Kesimpulan Dan Saran.


  



BAB II



LATAR BELAKANG DAN ISI SURAT KOLOSE




A.    Latar Belakang Kolose



1.   Sejarah Kota Kolose


Pada 396 SM, pada Perang Persia, Tisafernes, seorang satrap, dipikat ke Kolose dan dibunuh oleh seorang suruhan dari pihak Koresh (Cyrus). Plinius mengatakan bahwa wol Kolose (colossinus) kemudian digunakan untuk nama warna bunga cyclamen. Pada masa Helenis, kota ini menduduki tempat yang cukup penting dalam perdagangan meskipun pada abad pertama kedudukannya serta jumlah penduduknya banyak sekali berkurang.[16]
 Rasul Paulus menulis surat kepada jemaat gereja di Kolose (1:2), dan menyebutkan kepada Filemon bahwa ia berharap untuk mengunjungi kota itu bila ia dibebaskan dari penjara (lihat Filemon 1:22).[17]Tampaknya Epafras adalah pendiri gereja di Kolose.
Kota ini tinggal reruntuhan (kemungkinan karena gempa bumi), dan kota Bizantium, Chonas atau Chonum berdiri di lokasi dekat reruntuhannya. Bila kita meninjau literatur klasik, Bizantium atau literatur Abad Pertengahan yang menyebutkan situs ini akan tampak perubahan nama dari sebagian atau keseluruhan bagian kota Kolose menjadi Kona atau Chonae. Kota ini adalah tempat kelahiran para penulis Abad Pertengahan Nicetas Choniates dan Michael Choniates.
Dalam seni Bizantium dan Rusia, tema Mukjizat Penghulu Malaikat Mikail di Kota sangat terkait dengan situs ini. Biara Chudov (Biara Mukjizat) di Kremlin, Moskwa, tempat para tsar Rusia dibaptiskan, dipersembahkan kepada perayaan Mukjizat di Kona.



2.   Agama dan Kebudayaan


Telah dinyatakan bahwa kota Kolose adalah kota yang kecil. Akan tetapi, tidak berarti bahwa jemaat Kolose juga kecil jumlahnya. Namun, tidak dapat juga dikatakan bahwa seluruh kota menjadi Kristen. Bila demikian, tekanan masyarakat terhadap jemaat, yang tercermin dalam Surat Kolose, menjadi tidak berarti lagi. Dapat dipastikan bahwa mampir seluruh Jemaat Kolose terdiri dari kelompok etnis non-Yahudi. Ada beberapa bukti yang memperkuat pernyataan tersebut:
a.       Epafras yang memberitakan Injil di Kolose itu adalah seorang non-Yahudi. Kemungkinan Jemaat Kolose terdiri dari kelompok etnis non-Yahudi, ketimbang Yahudi.
b.      Jemaat Kolose dinyatakan telah berpindah dari kuasa kegelapan ke dalam Kerajaan Kristus (1:13). Jemaat Kolose hampir tidak ada warga Yahudi.
c.       Dalam Kolose banyak disinggung tentang kekafiran masa lalu. Mereka tidak mengenal Allah (1:21), tidak disunat layaknya orang Yahudi (2:13).
d.      Tidak ada kutipan langsung yang diambil dari Kitab-Kitab PL dalam surat Kolose.
e.       Daftar perbuatan moral kelompok etnis non-Yahudi disebutkan dalam 3:5-7.
f.       Tidak disebutkan tentang perlunya rekonsiliasi kelompok etnis Yahudi dan kelompok etnis-etnis non-Yahudi. Dahulu warga non-Yahudi hidup tanpa Allah, tanpa pengharapan, sekarang telah disatukan dengan Kristus (2:11, 12; 2:20; 3:15, 16,17; 4:2). Kontras dahulu-sekarang ditegaskan dalam Surat Kolose. Masalah utama jemaat Kristen Purba adalah soal rekonsiliasi dari jemaat kelompok Yahudi dan non-Yahudi. Masalah ini telah diperdebatkan hangat dalam konsili gereja yang pertama di Yerusalem (KIS. 15).
Jika, dalam Jemaat Kolose tidak ada warga Yahudi, maka hampir dapat dipastikan bahwa di dalam kota Kolose juga tidak ada warga Yahudi. [18]




3.   Jemaat Kolose


Banyak yang telah ditulis mengenai jemaat ini sekaligus sedikit yang dapat diketahui dengan pasti:
a.    Asal Usul Jemaat
           Setelah menjelaskan beberapa hal tentang pelayanan Paulus di Efesus, Kisah Para Rasul 19:10 menjelaskan bahwa diskusi harian di ruang kuliah Tiranus “dilakukan dua tahun lamanya, sehingga semua penduduk Asia mendengar Firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani.” Juga, ketika seorang tukang perak menggerakkan banyak orang di Efesus untuk menentang Paulus, dalam Kisah Para Rasul 19:26, ia berkata,
Sekarang kamu sendiri melihat dan mendengar, bagaimana Paulus, bukan saja di Efesus, tetapi juga hampir di seluruh Asia telah membujuk dan menyesatkan banyak orang dengan mengatakan, bahwa apa yang dibuat oleh tangan manusia bukan dewa.”
Lebih jauh, dalam Kisah Para Rasul 20:31, Paulus mengingatkan para penatua Efesus bahwa ia telah menasihati mereka terus-menerus selama tiga tahun. Tampaknya ini berarti Paulus menggunakan Efesus sebagai pusat pelayanan selama tiga tahun, dimulai pada musim panas 53 M, dan ia atau tim yang ia utus, pergi ke seluruh provinsi Asia untuk mendirikan jemaat. Oleh karena dalam Kolose 1:7 Paulus menyebut Epafras sebagai “kawan pelayan yang kami kasihi, yang bagi kamu adalah pelayan Kristus yang setia,” meskipun tidak dapat disebutkan dengan pasti, tampaknya Epafras adalah bagian dari usaha penanaman gereja yang dimulai dari Efesus ke seluruh provinsi. Jika demikian, jemaat barangkali telah didirikan antara 51-54 M. 60-62 M, surat ini ditulis di suatu tempat dari 6 sampai 11 tahun sesudahnya. Namun, seperti disebutkan, ada sejumlah asumsi dibalik pernyataan ini sehingga waktu-waktu tersebut tidak pasti. Kita tidak tahu apakah Epafras menanam jemaat di sana sebagai bagian dari tim atau seorang diri. Namun, Paulus tidak menyebutkan adanya pekerja-pekerja Kristen lain di Kolose, dengan pengecualian Arkhipus yang disebutkan dalam Kolose 4:17. Berdasarkan Filemon 23, ketika Paulus menulis surat itu, Epafras berada di penjara bersamanya.[19]


b.Ciri-ciri Sosial Jemaat
      Secara etnis, jemaat ini terdiri dari penduduk lokal Frigia dan penduduk Yunani. Oleh karena di daerah itu pasti terdapat orang Yahudi,[20] mereka mungkin ada di dalam jemaat, tetapi bukti tentang ini tidak pasti.
      Kemenangan Alexsander Agung dalam Perang Granicus pada 334 SM mengakhiri kendali Persia dan membuka wilayah ini terhadap pengaruh Yunani. Peristiwa ini pasti membawa orang-orang yang berbicara dalam bahasa Yunani Koine ke daerah tersebut, tetapi bahasa Frigia, yang merupakan bahasa lokal juga tetap bertahan.[21] Jika ada orang Yahudi dalam jemaat, mereka mungkin berbicara menggunakan bahsa Aram di antara mereka sendiri, dan paling tidak mereka yang lebih terpelajar mampu membaca Kitab Suci berbahasa Ibrani. Sekalipun pada tingkat tertentu kita tidak tahu banyak tentang anggota jemaat, ini bukanlah pusat pendidikan utama atau pusat intelektual seperti Kota Atena. Sulit membayangkan bahwa mereka adalah jemat yang terdiri dari para ahli, yang mampu membaca literature Hikmat Yahudi dan “Pra-Gnostisisme” dengan baik. Mereka adalah petani, ibu rumah tangga, budak, pedagang, saudagar, dan mungkin beberapa guru. Sebagian dari mereka barangkali orang Yahudi, dan mungkin saja ada seorang rabi di antara mereka. Surat ini ditulis kepada jemaat kota kecil seperti itu. Dari waktu ke waktu, berbagai guru palsu pasti datang ke kita ini dan berusaha memengaruhi orang dengan ajaran palsu. Rasul Paulus tahu bahwa cepat atau lambat orang percaya di Kolose akan menjadi sasaran penjaja yang relegius dan filosofis ini. Dengan mengirimkan surat indah itu, ia tahu bahwa jemaat akan diperlengkapi dengan semua hal yang perlu mereka ketahui untuk menghadapi segala jenis guru palsu. [22]


c.       Ciri-ciri Spiritual Jemaat
            Paulus memberikan semua komentar mengenai status rohani jemaat Kolose. Pertama-tama ia menuliskan hal-hal positif tentang mereka:
a)   “saudara-saudara yang kudus dan setia di dalam Kristus” ( 1:2).
b)   “setelah mendengar mengenai imanmu di dalam Kristus Yesus dan kasihmu kepada semua orang kudus” (1:4).
c)   “oleh karena pengharapan yang ditaruh bagimu di surga. Tentang pengharapan itu yang telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil” (1:5).
d)  “yang telah datang kepadamu—sama seperti kepada semua orang di seluruh dunia—dan sedang menghasilkan buah dan bertambah banyak sama seperti di dalam kamu juga sejak hari kamu mendengar dan memahami kasih karunia Allah di dalam kebenaran” (1:6).
e)   “sama seperti yang kamu pelajari dari Epafras, kawan seperbudakan yang kami kasihi, pelayan Kristus yang setia bagi kamu” (1:7).
f)    “dan yang menceritakan kepada kami kasihmu di dalam Roh” (1:8).
g)   “aku bersukacita dan melihat ketertibabmu dan kekuatan imanmu dalam Kristus” (2:5).
             Jadi, mereka adalah saudara-saudara yang setia. Mereka memiliki iman kepada Kristus. Mereka memiliki kasih bagi semua orang kudus. Injil telah menghasilkan buah dan meningkat di antara mereka sejak pertama kali mereka mendengar dan memahami kasih karunia Allah. Mereka memahami kasih karunia dan kebenaran. [23]




B.     Latar Belakang Penulisan Surat Kolose



1.      Pengarang


Menurut mereka dalam Surat Kolose ini terdapat banyak kata dan frase yang tidak muncul dalam surat-surat Paulus yang lain. ini sungguh benar. Namun, hal ini tidak membuktikan apa-apa. Kita tidak dapat menuntut seseorang supaya ia menulis dengan gaya yang sama dan memakai perbendaharaan kata-kata yang sama. Dalam Surat kolose kita boleh meyakini benar bahwa Paulus menemukan hal-hal baru yang ingin dikatakan dan mendapatkan cara baru untuk mengungkapkannya.
Mereka mengatakan bahwa pandangan tentang kristus dalam surat Kolose jauh lebih maju dibandingkan dengan surat-surat Paulus yang sudah dapat dipastikan. Ada dua jawaban bagi hal ini :
Pertama, Paulus berbicara tentang kekayaan Kristus yang tidak dapat ditemukan. Di kolose Paulus menemukan suatu situasi baru dan dari kekayaan yang tidak dapat ditemukan ini ia mencari jawaban-jawaban baru untuk menjawab. Memang benar bahwa Kristologi Surat Kolose itu jauh lebih maju dibandingkan dengan surat-surat Paulus sebelumnya; tetapi ini tidak membuktikan bahwa Paulus tidak menuliskannya, kecuali bila kita ingin berargumentasi bahwa pemikiran Paulus tetap statis untuk selamanya. Memang benar bila dikatakan bahwa orang berpikir dari dampak imannya hanya ketika keadaan memaksanya; dalam menghadapi suatu keadaan baru Paulus memikirkan dampak-dampak Kristus yang baru.
Kedua, akar pemikiran Paulus tentang Kristus  di dalam Surat Kolose sesungguhnya terdapat dalam salah satu suratnya yang sebelumnya. Dalam 1 Korintus 8:6 ia menulis tentang satu Tuhan Yesus Kristus yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup. Frase ini merupakan intisari dari semua yang dikatakannya dalam Surat Kolose. Benihnya sudah terdapat dalam pemikirannya, siap untuk berkembang ketika iklim baru dan suasana baru memungkinkannya untuk bertumbuh.
Kita tidak perlu meragukan untuk menerima Surat Kolose sebagai sepucuk surat yang dituliskan oleh Paulus.[24]





2.      Kota Kolose


Kota kolose adalah sebuah kota kecil. Letaknya di lembah Lykus di Asia Kecil, tepatnya di wilayah Frigia, bagian dari provinsi Romawi wilayah Asia. Menurut catatan sejarah kuno, kota Kolose digambarkan sebagai suatu kota, bukan sebuah desa. Kota kuno Kolose(ditemukan kambali pada tahun 1835) mereupakan daerah yang subur karena dilalui oleh Sungai Lykus, yang terkenal memiliki banyak kelokannya. Kota Kolose berada tidak jauh dari Kota Laodikia (16 Km) dan 19 Km dari kota Hierapolis (Kol. 4:13) yang juga berada di Lembah Lykus. Kota Laodikia dibangun oleh Antiokhus II (261-246 SM).
Tidak hanya informasi yang dimiliki tentang kota Kolose. Herodotus, yang hidup 5 abad sebelum Kristus, hanya mengatakan bahwa kota tersebut adalah kota yang besar di wilayah Frigia (History 7.30.1). informasi ini dipertahankan selama beberapa abad. Pada tahun 400 SM, Xenophon melaporkan kota Kolose sebagai kota yang padat penduduknya, kaya dan besar ( Anabasis 1.2.6). kekayaannya terutama bersumber dari industri wol. [25]



3.      Hubungan Paulus dengan Jemaat Kolose


Gereja Kristen di Kolose bukan didirikan oleh Paulus dan ia pun tidak pernah mengunjunginya. Ia mengelompokkan orang Kolose dan Laodikia bersama orang lain yang belum pernah melihat wajahnya dalam daging (2:1). Namun tak diragukan bahwa pendirian gereja itu berasal dari pengarahan Paulus sendiri. Selama tiga tahun ia tinggal di Efesus, seluruh provinsi Asia sudah dikabari Injil sehingga seluruh penduduknya, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, telah mendengar Firman Tuhan (Kis. 19:10).[26]



4.      Etika dan Moral Jemaat Kolose


Jemaat Kolose sedang diperdaya dengan kata-kata indah dan ditawan dengan filsafat kosong dan yang palsu, yaitu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia (2:4,8). Orang Kristen telah dimasuki oleh suatu ajaran sesat Gnostik yang adalah gabungan pandangan Yahudi dengan Helenisme, diantaranya tentang aturan makan minum, hari raya, bulan baru, hari Sabat, beribadah kepada malaikat, dan penglihatan yang dipakai untuk menyombangkan diri (2:16-18).
Perilaku umat Kristen terpengaruh oleh ajaran asketisme dengan menyiksa diri mengekang keinginan tubuh dan merendahkan diri, yang merupakan perintah dan ajaran manusia. Tujuan mereka untuk mengejar hikmat yang tinggi dan memuaskan hidup duniawinya (2:23). Banyak orang Kristen yang berpegang kembali kepada Taurat seperti keharusan untuk bersunat bagi orang kafir non Yahudi yang hendak masuk Kristen (2:11). [27]



5.      Tempat Penulisan dan Tanggal penulisan


Dari ayat-ayat seperti Efesus 3:1;4:1; Filipi 1:7,13,14: Kolose 4:3, 10,18; Filemon 1, 9, 13 dan 23, kita memahami bahwa keempat surat ini ditulis ketika Paulus menjadi tahanan. Hubungan antara kolose dan Filemon,[28] dan banyak kemiripan antara surat Efesus dan Kolose, menunjukkan bahwa tiga surat ini ditulis ketika Paulus di penjara, dalam waktu yang sama.[29]
Jika benar Paulus menulis surat-surat Efesus, filipi, Kolose, dan Filemon dari penjara di Roma, pada masa yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul 28:16-31, semua surat itu dapat ditanggali sekitar 60-62 M. Pada 62 M, Kolose, Laodikia dan Hierapolis hancur oleh gempa bumi dahsyat yang tidak disebutkan dalam surat ini. Hal ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut ditulis sebelum gempa bumi terjadi.[30]



6.      Alasan dan Tujuan penulisan


a.   Alasan
           Kolose ditulis untuk melawan intelektualisme kosong yang membual tentang misteri, pengetahuan rahasia, dan hikmat, ketika mencoba melecehkan Kristus dengan filsafat yang palsu. Paulus menunjukkan bahwa dalam Kristus Allah digambarkan secara sempurna (1:15).[31]

b.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan surat ini oleh rasul Paulus adalah:
a)   Paulus ingin membuktikan bahwa ajaran-ajaran sesat tersebut salah. Untuk mencapai tujuan ini, Paulus mengagungkan Kristus sebagai gambar Allah yang sulung dan paling utama ( 1:15), pencipta (1:16), penyokong segala sesuatu sejak permulaan (1:17), kepada gereja atau jemaat (1:18), yang pertama dibangkitkan dari orang mati (1:18), kepenuhan Allah (1:19;2:9) dan yang memperdamaikan kita dengan Allah (1:20-21). Sehingga Kristus sendiri sudah cukup karena dalam Dia kita dipenuhkan. Sedangkan ajaran-ajaran sesat tersebut tidak cukup, Karena itu adalah hal itu adalah filsafat yang kosong dan palsu (2:8), serta tidak dapat memperbaiki sifat manusia berdosa (2:23).
b)   Meminta jemaat meninggalkan segala keinginan duniawi yang merusak (Kol. 2:23;3:5).
c)   Meminta jemaat untuk saling menghormati sebagai sesama orang percaya (Kol. 3:18;4:1).[32]


7.      Isi dan Survei


a.      Isi Surat
Hal menonjol di dalam Kolose adalah dari ayat 1:14 hingga 22, yang memaparkan Kristologi Paulus. Anehnya, ia tidak merupakan suatu bagian tersendiri melainkan termasuk dalam doa yang dibuka Paulus dalam 1:9. Diawali dengan anak kalimat yang menerangkan istilah “ Anak-Nya yang kekasih” (1:13), ia dilanjutkan dengan suatu penjelasan tentang Kristus dalam peristilahan yang hanya dapat diterapkan pada sesuatu yang ilahi, yang akhirnya disarikan dalam suatu pernyataan yang mengejutkan bahwa “dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan” (2:9). Kristus harus ditonjolkan dalam penciptaan, penebusan, gereja, dan kehidupan pribadi.
Penebusan dosa sangat menonjol dalam pengajaran Kolose. Di dalam Kristus kita memiliki pengampunan dosa (1:14). Melalui darah salib Kristus kita diperdamaikan dengan Tuhan (1:20,22). Ketentuan-ketentuan yang tertulis dalam perundang-undangan yang mengancam kita telah ditiadakan oleh kayu salib (2:14). Penilaian tentang kematian dan kebangkitan juga diajarkan di dalam Kolose, “Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus…..mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan?.....Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah” (2:20;3:1).[33]


b.      Survei
Setelah menyampaikan salam jemaat dan mengungkapkan rasa syukur karena iman, kasih, dan pengharapan mereka, dan karena mereka terus-menerus maju sebagai orang percaya, maka Paulus memusatkan perhatian pada dua pokok persoalan yang penting: ajaran yang betul ( kol. 1:13-2:23) dan nasihat-nasihat praktis ( kol. 3:1-4:6).
Dari segi teologi, Paulus menekankan sifat sejati dan kemuliaan Tuhan Yesus Kristus. Dialah gambar Allah yang tidak kelihatan (kol. 1:15), kepenuhan ke-Allahan dalam bentuk jasmaniah ( Kol. 2:9), Pencipta segala sesuatu (Kol. 1:16-17), kepala gereja ( Kol. 1:18) dan sumber yang serba cukup dari keselamatan kita (Kol. 1:14,20-22). Kristus benar-benar memadai, sedangkan bidat di Kolose itu sama sekali tidak memadai, hampa, palsu, dan bersifat kemanusiaan (Kol. 2:8); dangkal secara rohani dan angkuh (Kol. 2:18); serta tanpa kuasa terhadap keinginan-keinginan berdosa dari tubuh (Kol. 2:23).
Dalam nasihat-nasihat praktisnya, Paulus menghimbau agar hidup ini didasarkan pada kecukupan dari Kristus sebagai satu-satunya cara untuk maju dalam kehidupan Kristen. Realitas Kristus yang hidup di dalam kita (Kol. 1:27) harus tampak dalam perilaku Kristen (Kol. 3:1-17), hubungan rumah tangga (Kol. 3:18-4:1) dan disiplin rohani (Kol. 4-26).[34]


8.      Ciri-Ciri Utama

Tiga ciri utama menandai surat ini.
1.      Kolose memusatkan perhatian pada kebenaran rangkap dua dari keutamaan Kristus dan kesempurnaan orang percaya di dalam Dia, bahkan lebih dari kitab-kitab lain dalam Perjanjian Baru.
2.      Kitab ini dengan tegas meneguhkan kepenuhan ke-Allahan Kristus ( kol. 2:9) dan berisi salah satu bagian yang paling agung di Perjanjian Baru mengenai kemuliaan-Nya ( kol. 1:15-23).
3.      Kitab ini sering dianggap sebagai “surat kembar”  bersama kitab Efesus, karena keduanya mempunyai beberapa persamaan dalam hal isi dan ditulis kira-kira pada waktu yang sama.[35]






C.    Pokok-Pokok Teologis


1.      Keunggulan Kristus atas Segala Penguasa dan Kuasa dalam Alam Semesta
Penulis, dalam menyampaikan argumentasinya melawan para pengajar sesat itu, menampilkan Kristus sebagai Figur yang memainkan peranan sentral. Menurut penulis Surat Kolose, orang tidak perlu takut terhadap kuasa-kuasa kosmis sebab seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Kristus. Penulis meletakkan dasar argumentasinya ini dalam himne yang ditulis dalam Kolose 1:15-20.[36] Pada bagian awal himne ini (1:15-18a), penulis menampilkan suatu pengakuan bahwa Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan. Kata “gambar” (eikon) menyatakan hubungan Kristus dengan Allah. Sebagai gambar Allah yang tidak kelihatan, Kristus adalah pra-ada yang telah menyatakan sifat Allah. Di dalam Dia, segala yang tidak kelihatan menjadi Nampak. Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru menyatakan bahwa “tidak ada seorangpun yang bisa melihat Allah”.
Penegasan ini bisa dilihat pada kalimat berikut yang menyusul adalah “lebih utama dari segala yang diciptakan,” sebab Ia telah ada sebelum segala sesuatu ada (1:17). Di dalam Dialah, telah diciptakan segala sesuatu termasuk semua kuasa di sorga dan di bumi, yang kelihatan maupun tidak kelihatan (1:16; band. 2:15). Segala sesuatu ada di dalam Dia, melalui Dia dan untuk Dia, Ia telah menopang semua itu (1:17). Penulis mengangkat kembali tema ini dan mengungkapkan kesalahan para filsuf yang sangat menekankan “unsur-unsur dunia.” Di dalam Kolose 2:9-10, penulis menyatakan bahwa unsur-unsur dunia ini tidak pantas karena segala kepenuhan Allah berdiam di dalam Kristus dan Kristus adalah Kepala atas segala penguasa ( arche) dan kuasa (exousia). Hal yang sama, dalam Kolose 2:15, penulis mengatakan bahwa pada penyaliban Kristus, Ia telah melucuti segala penguasa dan kuasa, dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka. Segala kuasa itu ada karena Ia menopang semua itu, dan Kristus juga telah melucuti semua kuasa kejahatan mereka pada penyaliban-Nya. Oleh karena itu, kuasa-kuasa itu tidak boleh disembah. Penyembahan hanya boleh dilakukan kepada Allah di dalam Kristus (band. Kol. 3:16-17).

2.      Kristus adalah Kepala Gereja, Sulung Kebangkitan dan Pendamaian
            Pada ayat 18a, penulis menyebut Kristus sebagai kepada dari tubuh yang diidentifikasi sebagai gereja. Bila gereja adalah tubuh ( soma),[37] maka Kristus adalah kepala (1:18), untuk menopang gereja, sama seperti Ia juga menopang alam semesta.
            Pada bagian kedua dari himne ini (Kol. 1:18b-20) penulis beralih dari gagasan tentang Kristus sebagai “yang sulung dan yang lebih utama dari segala ciptaan” kepada gagasan tentang Kristus sebagai “yang sulung dan yang pertama bangkit dari antara orang mati” karena Ia adalah yang “sulung dan yang pertama” bangkit dari kematian maka Ia adalah yang sulung juga dari satu kemanusiaan yang baru, yang dipersekutukan ke dalam tubuh-Nya yaitu gereja. Selanjutnya, sama seperti Allah menciptakan segala sesuatu di sorga dan di bumi, melalui dan untuk Kristus, demikian juga Allah mendamaikan segala sesuatu di sorga dan di bumi, melalui Kristus oleh darah salib.
            Jika penulis Kolose menyatakan bahwa Kristus adalah yang “utama”, maka tidak berarti bahwa Ia adalah awal dari ciptaan Allah. Yang dimaksud dengan yang “utama” disini adalah Ia yang unggul dalam segala sesuatu. Ia tidak hanya unggul dalam ciptaan ( 15-17), tetapi juga unggul dalam kebangkitan. Alasan keunggulan Kristus ditegaskan kembali oleh penulis dengan mengatakan “Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia” (1:19). Maksudnya segala kemulian, hikmat, firman dan Roh secara sempurna diam dalam Dia.
Penulis kemudian beralih kepada fungsi lain dari Kristus. Ia adalah mediator pendamaian antara Allah dan manusia. Ia membawa manusia ke dalam suatu relasi yang akrab dengan Bapa. Oleh karena itu, jemaat di Kolose tidak perlu takut akan kuasa-kuasa supranatural. Allah telah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya (1:20). Kata “rekonsiliasi” yang digunakan di sini menunjukkan kepada perbaikan hubungan seseorang dengan sesama.
3.      Gereja sebagai Tubuh Kristus
Dalam surat-surat yang Paulus tulis, ia selalu memakai istilah ekklesia untuk menunjuk kepada jemaat lokal. Tetapi gereja menurut Surat Kolose melampaui gagasan itu dalam dua hal. Pertama, Surat Kolose menggambarkan gereja sebagai suatu entitas kosmik. Dalam menampilkan gereja sebagai Tubuh Kristus, Surat Kolose tidak lagi menggunakan “tubuh” dalam pengertian fungsional sebagaimana yang disebutkan dalam Roma 12:4-8 dan 1 Korintus 12:22-27. Dalam Surat Kolose, gereja merupakan suatu entitas yang terpisah yakni tubuh Kristus, tempat di mana karya pembebasan Kristus berlangsung. Dengan demikian pernyataan-pernyataan Helenistik terutama dari filsafat Stoa bahwa dunia adalah tubuh ilahi, telah mendapat arti yang baru dalam Surat Kolose.
Penyebutan tentang gereja muncul pada akhir pada bagian pertama himne. Paulus menyatakan; “ Ia adalah kepala (kephale) dari tubuh (somatos), gereja (Kol. 1:18a). Pernyataan ini ditempatkan di sini dengan maksud untuk menekankan bahwa Kristus, yang melalui dan untuk-nya Allah menciptakan segala sesuatu adalah juga kepala dari gereja.
4.      Kristus adalah Pemenuh Maksud Allah dalam Sejarah
Dalam merespon gagasan tentang “misteri” maksud Allah dalam sejarah, yang diajarkan oleh guru-guru palsu itu, penulis mengatakan bahwa Allah telah menyatakan maksud sejarah itu di dalam Kristus. Maksud itu tersembunyi dari abad ke abad dan dari generasi ke generasi, tetapi sekarang telah dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya (Kol. 1:27;4:3-4).[38] Di dalam Dia, segala kepenuhan Ilahi berdiam. Di dalam Dia, tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan ( Kol. 2:3). Di dalam Dia, ditemukan suatu sunat yang dibuat dengan tidak memakai tangan manusia ( Kol. 2:11). Di dalam Dia, kebangkitan dinyatakan kini dan nanti (2:12). Melalui Dia, kehidupan yang asing didamaikan (1:22).
Dengan cara demikian, penulis surat ini mempertentangkan Kristus dengan ajaran filsafat palsu guru-guru sesat ( 2:8). Ajaran asketik guru-guru palsu itu disebut sebagai perintah-perintah dan ajaran manusia (2:22). Dalam pertentangan dengan orang-orang yang berpura-pura merendahkan diri, penulis memperingatkan orang-orang percaya untuk mengenakan kasih sebagai pengikat yang mempersatukan ( Kol. 3:14,16). Dalam menentang peraturan tentang kehidupan asketik, penulis surat ini menyejajarkan dengan satu aturan yang diangkat dari lingkungan Yahudi Helenis, yang menyatakan bahwa ‘Suami mengasihi istri, anak taat kepada orang tua, dan ayah jangan menyakiti hati anak-anak….’( Kol. 3:18;4:1).
5.      Kristus Telah Menaklukkan dan Menyelamatkan dari Kuasa-Kuasa Kegelapan
Orang-orang di Kolose percaya bahwa mereka tetap berada di dalam bahaya amarah dari kuasa-kuasa kegelapan (1:13), baik di dunia ini, pada waktu kematian mereka, dan di masa depan. Demikian juga mereka percaya bahwa pada waktu kematian, setiap orang akan menghadapi tuduhan dari malaikat yang mencatat semua perbuatan baik dan jahat mereka.
Terhadap pemahaman ini, penulis mengatakan bahwa Allah telah mendamaikan jemaat di Kolose dengan diri-Nya sendiri dan memasukkan mereka ke dalam persekutuan dengan Dia sebagai umat-Nya melalui kematian Kristus. Allah telah melayakkan mereka sebagai “ pewaris” (klerou) dari apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus (hagion) di dalam kerajaan terang (1:12). Melalui kematian Kristus, Allah telah memindahkan mereka ke dalam persekutuan umat-Nya. Melalui kematian itu juga, Allah telah mendamaikan “segala sesuatu dengan diri-Nya.” Jadi, apabila perbuatan jahat mereka mendakwa mereka, maka Allah mencoret perbuatan-perbuatan jahat itu dan memakukannya pada salib.
Penulis surat ini, selanjutnya, menyatakan bahwa kematian Kristus juga menjadi penawar atas perbuatan-perbuatan yang berkaitan dengan tubuh manusia (2:23). Jemaat Kolose memang adalah orang non-Yahudi  yang mati di dalam keadaan tidak sunat. Akan tetapi, mereka percaya pada kuasa Allah yang telah membangkitkan Yesus dari kematian dan mereka telah di baptis. Dengan cara itu, mereka telah mati dan bangkit bersama dengan Kristus. Itu berarti bahwa mereka juga tekah disunat, karena sunat mereka bukan sunat yang dikerjakan oleh tangan manusia, melainkan sunat hati. Jemaat Kolose telah berada di dalam suatu identitas baru dan sekarang hidup bersama di dalam Kristus. Jadi, mereka harus membuang segala cara hidup yang lama ( 3:5-8) dan menanggalkan semua perbuatan manusia lama mereka (3:9) dengan mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbarui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya (3:10). Karena Kristus telah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, maka penulis surat ini juga mengajak jemaat, sebagai manusia baru, untuk mewujudkan pendamaian itu di antara mereka. Pendamaian itu juga mencakup hubungan antara anggota keluarga dalam rumah tangga Kristen.[39]


D.    Garis Besar Surat Kolose

Pendahuluan ( 1:1-12)
A.    Salam Kristen (1:1-2)
B.     Ucapan syukur karena iman, kasih dan pengharapan mereka (1:3-8)
C.     Doa untuk kemajuan rohani mereka (1:9-12)
 I.      Ajaran yang penuh kuasa-Penebusan orang percaya (1:13-2:23)
A.    Keutamaan Kristus yang mutlak (1:13-23)
1.   Sebagai penebus demi orang lain (1:13-14;bd 1:20,22)
2.   Sebagai Tuhan atas Ciptaan (1:15-17)
3.   Sebagai kepala Gereja (1:18)
4.   Sebagai Pendamain Segala Sesuatu (1:19-20)
5.   Sebagai Pendamai Jemaat Kolose dengan Allah (1:21-23)
B.     Pelayanan Paulus Dalam Rahasia Allah di dalam Kristus (1:24-2:7)
1.Menggenapkan Penderitaan Kristus (1:24-25)
2.Menyempurnakan Orang Percaya di dalam Kristus (1:26-2:7)
C.     Berbagai Peringatan Terhadap Ajaran Sesat (2:8-23)
1.Persoalan    : Ajaran yang tidak menurut Kristus (2:8)
Pemecahan : Disempurnakan di dalam Kristus (2:9-15)
2.Persoalan  : Berbagai Perbuatan Ibadah yang Tidak menurut Kristus (2:16-23)
Pemecahan  : Disalibkan bersama Kristus (2:20)
II.      Pengarahan-Pengarahan Praktis—Kehidupan orang Percaya (3:1-4:6)
A.    Perilaku Pribadi Orang Percaya (3:1-17)
1.   Bila Kristus adalah Hidup Kita (3:1-4)
2.   Mengesampingkan hidup lama yang Berdosa (3:5-9)
3.   Mengenakan Manusia Baru di dalam Kristus (3:10-17)
B.     Hubungan Rumah Tangga Orang Percaya (3:18-4:1)
1.   Suami dan Istri ( 3:18-19)
2.   Anak dan Orang Tua (3:20-21)
3.   Hamba dan Tuan (3:22-4:1)
C.     Pengaruh Rohani Orang Percaya (4:2-6)
1.   Kehidupan yang Diabadikan Kepada Doa (4:2-4)
2.   Perilaku Bijaksana Terhadap Orang Luar (4:5)
3.   Perkataan yang Dibumbui Kasih Karunia (4:6)
                    Penutup (4:7-18)[40]
   
BAB III


TINJAUAN TEOLOGIS KEUTAMAAN KRISTUS
MENURUT SURAT KOLOSE 1:15-20



A.    Struktur dan Analisa Teks Kolose 1:15-20

15 Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung,
lebih utama dari segala yang diciptakan. (LAI TB)
Who is the image of the invisible God, the firstborn. (KJV)
Ὅς ἐστιν εἰκὼν τοῦ Θεοῦ τοῦ ἀοράτου, πρωτότοκος πάσης κτίσεως (BGB)
{Dialah} εἰκὼν {gambar} Θεοῦ {Allah} ἀοράτου {yang tidak kelihatan}  πρωτότοκος {yang sulung/yang lebih tinggi/yang ada sebelum} πάσης {dari semua/semua} κτίσεως {ciptaan}. (Translit interlinear)

16 Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. (LAI TB)
For by him were all things created, that are in heaven, and that are in earth, visible and invisible, whether they be thrones, or dominions, or principalities, or powers: all things were created by him, and for him.(KJV)
ὅτι ἐν αὐτῷ ἐκτίσθη τὰ πάντα ἐν τοῖς οὐρανοῖς καὶ ἐπὶ τῆς γῆς, τὰ ὁρατὰ καὶ τὰ ἀόρατα, εἴτε θρόνοι εἴτε κυριότητες εἴτε ἀρχαὶ εἴτε ἐξουσίαι· τὰ πάντα δι’ αὐτοῦ καὶ εἰς αὐτὸν ἔκτισται· (BGB)
ὅτι{karena} ἐν {di dalam}αὐτῷ{Dialah} ἐκτίσθη{telah diciptakan} πάντα{segala (sesuatu)} ἐν{di}  οὐρανοῖς{surga} καὶ{dan} ἐπὶ{di atas} γῆς{bumi}, ὁρατὰ{yang kelihatan} καὶ{dan} ἀόρατα{yang tidak kelihatan}, εἴτε{entah} θρόνοι{penguasa/makhluk supernatural} εἴτε{+entah} κυριότητες{pemegang-pemegang kekuasaan} εἴτε {+entah} ἀρχαὶ{pemerintah-pemerintah supernatural} εἴτε{+entah} ἐξουσίαι·{penguasa-penguasa supernatural} πάντα{segala (sesuatu)} δι’{melalui} αὐτοῦ{Dia} καὶ{dan} εἰς {untuk}αὐτὸν{Dia} ἔκτισται·{telah diciptakan}. (Translit interlinear)

17 Ia adalah terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. (LAI TB)
And he is before all things, and by him all things consist. (KJV)
Καὶ αὐτός ἐστιν πρὸ πάντων καὶ τὰ πάντα ἐν αὐτῷ συνέστηκεν. (BGB)
Καὶ {dan} αὐτός{Ia} ἐστιν{ada} πρὸ{sebelum} πάντων{segala (sesuatu)} καὶ{dan} πάντα{segala (sesuatu)} ἐν{dalam/melalui/oleh} αὐτῷ {Dia} συνέστηκεν{tetap ada/bersatu dengan rapi}. (Translit interlinear)

18 Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. (LAI TB)
And he is the head of the body, the church: who is the beginning, the firstborn from the dead; that in all things he might have the preeminence. (KJV)
καὶ αὐτός ἐστιν ἡ κεφαλὴ τοῦ σώματος, τῆς ἐκκλησίας· ὅς ἐστιν (ἡ) ἀρχή, πρωτότοκος ἐκ τῶν νεκρῶν, ἵνα γένηται ἐν πᾶσιν αὐτὸς πρωτεύων. (BGB)

καὶ{dan} αὐτός{Dialah}  κεφαλὴ{kepala}  σώματος{tubuh},  ἐκκλησίας·{(yaitu) jemaat} ὅς {yaitu} ἀρχή{permulaan}, πρωτότοκος{yang sulung} ἐκ{dari} τῶν{orang-orang} νεκρῶν{mati}, ἵνα{sehingga} γένηται{menjadi} ἐν{dalam} πᾶσιν{segala (sesuatu)} αὐτὸς{Ia} πρωτεύων{(yang) berada di tempat pertama}. (Transit Interlinear)

19 Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia (LAI TB)
For it pleased the Father that in him should all fullness dwell. (KJV)
ὅτι ἐν αὐτῷ εὐδόκησεν πᾶν τὸ πλήρωμα κατοικῆσαι. (BGB)
ὅτι{karena} ἐν{di dalam} αὐτῷ{Dia} εὐδόκησεν{berkenan} πᾶν{seluruh} τὸ πλήρωμα{kelimpahan (Allah)} κατοικῆσαι{diam}. (Transit Interlinear)

20 Dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan Diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamian oleh darah salib Kristus. (LAI TB)
 And, having made peace through the blood of his cross, by him to reconcile all things unto himself; by him, I say, whether they be things in earth, or things in heaven. (KJV)
καὶ δι’ αὐτοῦ ἀποκαταλλάξαι τὰ πάντα εἰς αὐτόν, εἰρηνοποιήσας διὰ τοῦ αἵματος τοῦ σταυροῦ αὐτοῦ, δι’ αὐτοῦ εἴτε τὰ ἐπὶ τῆς γῆς εἴτε τὰ ἐν τοῖς οὐρανοῖς. (BGB)
καὶ{dan} δι’{melalui} αὐτοῦ{Dia} ἀποκαταλλάξαι{(Allah) memperdamaikan} τὰ πάντα{segala (sesuatu)} εἰς{dengan} αὐτόν{diri-Nya}, εἰρηνοποιήσας{memperdamaikan} διὰ{melalui} τοῦ αἵματος {darah} τοῦ σταυροῦ{ di salib} αὐτοῦ{Nya}, δι’ αὐτοῦ{melalui Dia} εἴτε{baik} τὰ{yang} ἐπὶ{di atas} τῆς γῆς{bumi} εἴτε{maupun} τὰ{yang} ἐν{di} τοῖς οὐρανοῖς{surga}[41]. (Transit Interlinear)

B.     Allah Yang Mencipta


Hal yang harus diingat bahwa menurut pandangan Gnostik karya penciptaan dikerjakan oleh suatu allah yang lebih rendah, yang tidak mengenal dan yang memusuhi Allah sejati. Ajaran Paulus yaitu bahwa perantara Allah dalam penciptaan adalah Anak-Nya dan dalam hal perikop ini ia memberikan empat hal mengenai Anak yang berkaitan dengan penciptaan.
1.      Ia adalah yang sulung dari segala yang diciptakan (Kol. 1:15). Kita harus berhati-hati untuk mengaitkan arti yang benar kepada frase ini. Ini dapat diartikan bahwa Anak merupakan manusia pertama yang diciptakan, namun dalam pemikiran Ibrani dan Yunani, kata “yang sulung” (prototokos) hanya menunjuk pada pengertian yang sangat tidak berkait langsung dengan waktu. Ada dua hal yang dicatat. Pertama, “yang sulung” adalah sebutan yang sangat umum untuk penghormatan. Contohnya, Israel sebagai suatu bangsa adalah anak sulung Allah (Kel. 4:22). Artinya adalah bangsa Israel merupakan anak yang paling dikasihi Allah. Kedua, kita harus mencatat bahwa “yang sulung” juga merupakan gelar Mesias. Dalam Mazmur 89:28, seperti yang ditafsirkan oleh orang Yahudi sendiri, janji mengenai Mesias yaitu, “Aku pun juga akan mengangkat dia menjadi anak sulung, menjadi yang mahatinggi di antara raja-raja bumi”. “Anak sulung” jelas tidak dipakai dalam pengertian waktu, tetapi dalam pengertian penghormatan istimewa. Jadi, ketika Paulus berkata tentang Anak bahwa Ia merupakan yang sulung dari segala yang diciptakan, maksudnya yaitu bahwa penghormatan tertinggi yang dimiliki oleh ciptaan adalah milik-Nya.
2.      Oleh Anaklah segala sesuatu diciptakan (ay. 16). Hal ini benar mengenai hal-hal yang ada di surga dan hal-hal yang ada di bumi, mengenai hal-hal yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Orang Yahudi sendiri, bahkan lebih-lebih lagi kaum Gnostik, mengembangkan ajaran yang amat canggih mengenai para malaikat. Berkaitan dengan kaum Gnostik kita dapat menduga bahwa malaikat adalah perantara antara manusia dan Allah. Singgasana, kerajaan, pemerintah, dan penguasa-penguasa adalah jenjang para malaikat yang berbeda, yang masing-masing menempati posisi yang berbeda di ketujuh surga. Paulus menyisihkan mereka semua sama sekali. Sebaliknya, ia ingin berkata kepada kaum Gnostik, “Kamu memberi tempat penting bagi para malaikat dalam pemikiranmu. Kamu menganggap Yesus Kristus hanya sebagai salah satu dari mereka. Sebenarnya jauh daripada itu, Dialah yang menciptakan mereka semua.” Paulus menegaskan bahwa agen Allah dalam penciptaan bukanlah allah yang lebih rendah, yang tidak mengenal dan yang memusuhi Allah, melainkan Anak-Nya sendiri.
3.      Segala sesuatu diciptakan untuk Anak. Sang Anak bukan hanya pelaku penciptaan, Ia juga merupakan tujuan penciptaan. Maksudnya, penciptaan dikerjakan untuk menjadi milik-Nya dan bahwa di dalam penyembahan dan kasih dari ciptaan-Nya, Ia akan menemukan kehormatan dan sukacita-Nya.
4.      Paulus memakai frase yang aneh, “segala sesuatu ada di dalam Dia”. Ini berarti bahwa Anak itu bukan saja pelaku penciptaan sejak awal dan tujuan penciptaan pada akhirnya, melainkan di antara yang pertama dan yang terakhir itu, dalam masa itu, Dialah yang memegang seluruh dunia. Ini hendak menyatakan bahwa semua hukum yang menata dunia ini dan yang tidak menimbulkan kekacauan adalah ungkapan pikiran Sang Anak. Hukum gravitasi dan lain-lain, hukum yang menjadikan alam semesta ini berjalan berama-sama, bukan hanya hukum-hukum yang bersifat ilmiah melainkan juga yang bersifat ilahi. Jadi, Sang Anak adalah awal penciptaan dan akhir penciptaan dan Dialah pula kuasa yang memegang seluruh ciptaan, Sang Khalik, Pemelihara dan Tujuan Akhir dunia ini.[42]

C.    Allah Yang Kekal


Cakupan penciptaan yang terangkum dalam ungkapan “semua atau segalanya” diulang dua kali dalam ayat ini. Kalimat yang berbunyi, “Dia Yesus ada sebelum segalanya” menunjuk pada praeksistensi-Nya bersama dengan Allah Bapa. Kata kerja “ada” (estin) dalam bentuk kala kini menegaskan keberadaan-Nya yang kekal. Tidak hanya keberadaan kekal, keberadaan Yesus bersifat mutlak seperti terlihat dalam klausa “Dia Yesus ada” dengan penekanan empatik “Dia” (autos). Tidak ada keberadan lain di samping keberadan Yesus. Dengan demikian, tidak dapat diterima pernyataan Arius (250-336 M) yang berpendapat bahwa Yesus memiliki awal ( There was once when he was not). Sebelum segalanya diciptakan Yesus telah ada. Keberadaan Yesus sama sekali tidak berhubungan dengan ciptaan. Sekali lagi bahwa Yesus tidak berawal dan sejak kekal telah bersama dengan Allah. Yesus berada di luar ruang dan waktu. Ia bukan bagian dari sejarah yang terbentuk dalam dimensi ruang.
Meski Yesus bukan bagian ciptaan karena berada di luar ciptaan, tidak berarti relasi dengan ciptaan menjadi hilang. Yesus tidak meninggalkan ciptaan. Jika sebelumnya dikatakan bahwa ciptaan berada dalam Yesus, melalui Yesus, dan untuk Yesus, maka dalam ayat ini pernyataan tersebut diulang kembali.
Kelangsungan ciptaan bergantung pada Yesus yang menciptakan. Jika ciptaan lepas dari Yesus, ciptaan akan pecah berantakan menjadi tidak utuh. Ciptaan kehilangan makna dan tujuannya bila lepas dari kristologi. Yesus adalah Tuhan atas semua ciptaan. Kelangsungan ciptaan bergantung pada pemeliharan Yesus yang mempersatukan keutuhan ciptaan.[43]

D.    Kepala Gereja
  
Paulus berpindah dari posisi tertinggi Kristus sebagai yang unggul atas ciptaan lama kepada posisi-Nya yang tertinggi atas ciptaan baru. Kristus adalah Kepala Tubuh, yaitu jemaat.[44] Hal itu dapat diumpamakan seperti kepala seseorang yang merupakan otoritas orang tersebut, demikian juga Kristus adalah otoritas jemaat. Metafora ini tepat. Dalam tubuh manusia, secara normal anggota-anggota menaati kepala. Ketika terjadi kelumpuhan atau kejang sehingga anggota tidak menaati kepala, hal itu mengganggu dan menyedihkan. Demikian juga ketika anggota jemaat tidak menaati Kepala mereka.
Ketika Paulus di sini menulis tentang jemaat, ia tidak menunjuk suatu jemaat lokal saja, tetapi juga jemaat secara universal. Gereja lokal mana pun merupakan representasi gereja universal. Setiap orang yang beriman kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadinya merupakan bagian dari jemaat universal, dan tentu harus menjadi bagian jemaat lokal. Sebelumnya, Paulus telah menulis bahwa jemaat itu seperti tubuh (1 Kor. 12:12-27 dan Rm. 12:4-8) dan “kepala dari setiap laki-laki adalah Kristus” (1 Kor. 11:3), tetapi Efesus 4:15; 5:23 dan Kolose 1:18 merupakan catatan pertama yang kita miliki tentang ide bahwa Kristus adalah Kepala Tubuh Kristus. Dalam 1 Korintus 12:21, kepala adalah anggota lain bersama dengan mata, tangan, dan kaki, yang tidak cocok dengan ide bahwa Kristus adalah Kepala dari tubuh. Tampaknya, hal ini menunjukkan kemajuan dalam pewahyuan yang diterima Paulus dari Allah. Namun, tujuan teks ini dan 1 Korintus 12 sangat berbeda dan karena itu memerlukan metafora berbeda: di sini, Paulus sedang menulis tentang hubungan antara jemaat dan Tuhannya, sedngkan dalam 1 Korintus 12, ia menulis tentang hubungan antara anggota jemaat. Karena perbedaan tujuan dalam teks ini, dikatakan bahwa hal itu merupakan kemajuan dalam pemikiran Paulus atau pewahyuan yang diberikan Allah kepadanya hanyalah spekulasi.
Ada spekulasi luar biasa tentang sumber Paulus mendapatkan ide bahwa jemaat adalah Tubuh Kristus, seakan-akan hal itu tidak dapat didapatkan dengan mudah melalui pewahyuan. Sesungguhnya, ketika Kristus berfirman pertama kali kepada Paulus dalam Kisah Para Rasul 9, Dia mengatakan, “Mengapa engkau menganiaya Aku?” Dengan tegas, pertanyaan ini menyatakan secara tidak langsung tentang hubungan antara Kristus dan jemaat-Nya.[45]
Konsep mengenai Kristus sebagai Kepala Gereja disamakan dengan konsep dalam 1 Korintus 11:3, “Kepala dari tiap-tiap laki-laki.” Lebih spesifik lagi: “Suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adala kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan Tubuh” (Ef. 5:23). Gambaran tentang “Kepala” yang berkenaan dengan Kristus dan Gereja, harus dipahami dengan analogi suami-istri. Gambaran ini mengungkapkan kesatuan Kristus dengan Gereja, sebab suami istri adalah “satu daging”. Tetapi, yang lebih penting lagi, gambaran ini melukiskan perbedaan Kristus dengan gereja, kewenangan Kristus atas gereja dan tindakan-Nya menebus gereja.[46]

E.     Kepenuhan Allah di Dalam Dia


Sebagaimana kosmos (alam) ini diciptakan di dalam dan melalui Kristus, demikian juga halnya ciptaan baru. Keduanya menurut pemahaman Paulus, bukan hanya mencakup umat manusia (bdg. Rm. 8:22-23). Sekalipun demikian kepenuhan (pleroma) dari segala sesuatu ada di dalam Kristus. Selama ini ada anggapan bahwa pleroma disini sama seperti yang digunakan oleh Gnostik yang belakangan, berarti keseluruhan kekuatan kosmik yang menengahi penebusan kepada manusia; semua ini kata Paulus, berbeda dengan pengajaran Gnostik adalah milik Kristus dan berdiam dengan Kristus.
Penafsiran yang tepat tampak dalam Kolose 2:9 di mana kata pleroma hanya bisa berarti kepenuhan segala kuasa dan sifat Allah. Di dalam kitab ini Kristus dipandang sebagai memiliki dan mewakili segenap keberadaan Allah. Selanjutnya, kepenuhan seperti halnya “gambar” (bdg. 1:15), dibagian lain dipakai untuk menunjuk kepada orang Kristen dalam keadaan terakhir yakni dimuliakan dalam Kristus.[47]
Apakah maksudnya kepenuhan?[48] Dalam Kolose 2:9, kepenuhan yang dimaksud adalah kepenuhan keAllahan, bukan kepenuhan keilahian seperti terjemahan TB2-LAI. Terjemahan TB1-LAI adalah “kepenuhan keAllahan”. Kepenuhan keAllahan berdiam dalam Yesus memiliki dua arti.
1.      Penyataan Allah.[49] Allah menyatakan diri-Nya dan membuka diri-Nya bagi manusia. Allah tidak dapat dikenal manusia jika Allah tidak menyatakan dan membuka diri. Allah dengan sempurna dan utuh menyatakan diri-Nya kepada dunia melalui Kristus. Interaksi Allah dengan dunia dengan sempurna terjadi melalui Kristus Yesus. Semua sifat dan pekerjaan Allah hadir dalam Yesus. Pemahaman arti kepenuhan keAllahan demikian memperlihatkan transendensi Allah.
2.      Kehadiran Allah.[50] Kepenuhan keAllahan memenuhi Yesus menunjukkan kehadiran Allah di dunia melalui diri Anak-Nya Yesus Kristus. Allah hadir secara sempurna di dunia hanya melalui Yesus. Gagasan kehadiran digunakan Yeremia 23:24 “Tidakkah Aku memenuhi langit dan bumi?” dan Mazmur 72:19 “kiranya kemuliaan-Nya memenuhi seluruh bumi”. Allah hadir di dunia tetapi kehadiran-Nya bukan secara panteistis. Istilah kepenuhan keAllahan merupakan rumusan imanensi Allah.
        Dimana keAllahan berdiam? Di dalam Yesus Allah seutuhnya berdiam. Bukan sebagian dari Allah yang berdiam, tetapi Allah sepenuhnya berdiam dalam Yesus sehingga Pribadi dan pekerjaan Yesus merefleksikan sifat dan pekerjaan Bapa yang hadir dalam Yesus. Kalimat dalam ayat 19 mengungkapkan persekutuan yang erat dan tidak terpisahkan antara Yesus dan Bapa. Klausa “kepenuhan keAllahan berkenan diam dalam Yesus” sekaligus menyatakan kesatuan dan keterpisahan Yesus dengan Bapa.[51]
        Kapan kepenuhan keAllahan terjadi? Tidak dijelaskan apakah peristiwa ini terjadi ketika inkarnasi, baptisan, transfigurasi, atau kebangkitan-kenaikan.[52] Meski muncul dalam peristiwa baptisan (Mrk. 1:11) dan transfigurasi (Mat. 17:5), verba berkenan lebih baik dipandang bukan sebagai peristiwa temporer. Pendapat bahwa kepenuhan terjadi saat inkarnasi atau baptisan atau kebangkitan merupakan adopsionisme, yakni paham teologis bahwa manusia Yesus diangkat menjadi Anak Allah. Pelayanan Yesus di dunia merupakan wujud kepenuhan keAllahan yang berpuncak saat kebangkitan-Nya. Kepenuhan keAllahan Yesus bukan merupakan pemberian. Bentuk kala kini verbal katoikei (tinggal, berdiam) di ayat 2:9 menegaskan bahwa kepenuhan merupakan kenyataan yang terus berlangsung.



F.     Dia Yang Memulihkan


Ayat 20 menjelaskan lingkup pendamaian (semuanya) dan bagaimana pendamaian atau rekonsiliasi terjadi (di kayu salib). Yesus adalah pertama dan yang sulung sebab Yesus adalah Allah dan Yesus merekonsiliasi segala sesuatu. Yesus mengadakan pendamaian melalui darah kematian-Nya.
Kata “segalanya” (panta) pada ayat 20 menunjuk pada kehancuran total menyeluruh. Dosa menjalar dan merasuki semuanya. Penyakit dosa yang universal harus mendapat obat universal juga. Tidak bisa penyakit universal diselesaikan secara parsial. Setelah penciptaan terjadilah peristiwa yang menyebabkan kesatuan dan keharmonisan kosmos serius terganggu bahkan hancur, sehingga harus diadakan rekonsiliasi.[53]
Allah mengadakan rekonsiliasi melalui Kristus dan untuk Kristus. Inisiatif pendamaian berasal dari Allah tanpa ada campur tangan manusia. Peristiwa rekonsiliasi tidak terjadi pada diri manusia. Peristiwa pendamaian di kayu salib terjadi bukan karena usaha manusia untuk menjadi saleh dan kudus. Justru ketika manusia bermusuhan dengan Allah peristiwa pendamaian terjadi di kayu Salib. Rekonsiliasi terjadi di luar manusia karena terjadi pada salib Kristus.
Istilah rekonsiliasi dalam surat-surat Paulus selalu berkaitan dengan manusia, namun dalam Kolose 1:20 diperluas meliputi alam semesta atau makhluk-makhluk di surge, bersifat universal. Rekonsiliasi berarti ‘kembali ke kondisi semula’ (diberlakukan kembali) atau pemulihan seperti keadaan semula di mana perseteruan sudah tidak ada. Terjemahan kata kerja apokatallazai pada 1:20 yang tepat adalah “pemulihan” bukan “pendamaian” seperti terjemahan TB1-LAI. Rekonsiliasi adalah kembali ke keadaan semula tanpa permusuhan. Perseteruan Allah dan seluruh makhluk dan alam semesta disebabkan dosa yang melahirkan maut. Maut kemudian muncul menjadi penguasa alam semesta. Pemulihan ke keadaan semula berarti maut yang menjadi seteru ditaklukkan di kayu salib. Musuh, yakni maut sudah dikalahkan. Pada penciptaan pertama Yesus mejadi yang sulung dari semua ciptaan. Sekarang dikatakan menjadi yang sulung dari kematian. Artinya, Yesus setelah mengalahkan maut, Yesus kembali menjadi yang sulung dari semua ciptaan. Pendamaian atau rekonsiliasi berarti proklamasi bahwa Allah dalam Kristus kembali berkuasa penuh.
Bagaimana rekonsiliasi di bumi? Allah mendamaikan diri-Nya dengan semua manusia. Terhadap semua ciptaan di bumi dan di surga, Yesus adalah pencipta dan pemelihara sedangkan terhadap gereja, Yesus adalah kepala gereja. Dengan demikian perlu dibedakan Yesus sebagai kepala seluruh ciptaan dan kepala gereja. Dengan pembedaan ini jelaslah bahwa rekonsiliasi tidak bemuatan universal. Karena rekonsiliasi merupakan suatu proklamasi bahwa Yesus dinobatkan kembali menjadi menjadi kepala seluruh alam semesta. Benar bahwa kematian Yesus adalah untuk semua manusia. Namun, hanya manusia yang percaya kepada-Nya yang menyadari bahwa Allah telah menawarkan pendamaian.[54]
Bagaimana rekonsiliasi di surga atau di langit? Kematian Yesus di kayu salib yang terjadi di dalam sejarah menjangkau surga. Rekonsiliasi Allah dengan malaikat-malaikat dan makhluk-makhluk jahat terjadi karena darah Yesus dicurahkan di salib. Pakar berpendapat bahwa rekonsiliasi di surga harus dipahami dalam terang Kolose 2:15. Dengan asumsi bahwa makhluk surga bermusuhan dengan Allah, maka yang terjadi terhadap mereka adalah penaklukkan di bawah kuasa Yesus. Mereka tidak dimusnahkan, tetapi ditaklukkan. Namun, pengertian ini memberi arti tambahan terhadap istilah rekonsiliasi. F. F. Bruce, misalnya mendefinisikan rekonsiliasi  sebagai penaklukkan makhluk di surga dan penyelamatan di bumi.[55] Rekonsiliasi memuat dua arti: penaklukkan dan penyelamatan. Lebih tepat dikatakan bahwa rekonsiliasi yang terjadi di surga merupakan penegasan bahwa sekarang Yesus karena kematian-Nya di kayu salib sudah kembali menjadi yang terutama dari segalanya, termasuk makhluk-makhluk di surga (bnd. 1Ptr. 3:19-22).
Jadi, rekonsiliasi berarti penciptaan ulang melalui kematian Yesus di kayu salib yang membawa surga dan bumi kembali ke fitrahnya. Rekonsiliasi disebut sebagai penciptaan ulang karena tanpa darah Kristus pendamaian tidak ada. Apa yang tidak ada menjadi ada adalah penciptaan. Akan tetapi, pemulihan kembali apa yang ada disebut penciptaan ulang. Apa yang sebelumnya hilang atau rusak dipulihkan kembali seperti sedia kala malalui kematian Kristus.  
 







BAB IV


IMPLIKASI KEUTAMAAN KRISTUS BAGI IMAN KRISTEN


               Keutamaan Kristus adalah hal yang mutlak untuk diakui oleh setiap orang percaya. Karena, Yesus Kristus itulah yang menjadi dasar iman orang percaya. Iman tumbuh karna pengenalan akan Pribadi Yesus Kristus, jika tidak percaya kepada Keutamaan Yesus Kristus mustahil iman tumbuh. Yesus Kristus adalah Pribadi dari Allah sendiri, jika orang percaya mengakui Yesus Kristus di dalam kehidupannya maka ia akan menerima setiap janji-janji-Nya.



A.    KEUTAMAAN KRISTUS MENJADI DASAR IMAN ORANG PERCAYA


Keutamaan Kristus adalah dasar iman orang percaya karena Kristus dasar dari segala sesuatu yang ada di bumi maupun yang ada di sorga. Yesus adalah Kristus, Anak Allah. Benar atau tidaknya Yesus adalah Kristus, Anak Allah merupakan hal yang penting bagi iman kita. Jikalau Dia bukan Kristus, Mesias, Anak Allah, maka iman kita akan sia-sia. Jikalau Dia Anak Allah, maka kita harus taat kepada-Nya agar kita masuk surga (Mat. 7:21-23). Pengertian terhadap Yesus Kristus itulah yang menjadi dasar iman orang percaya. Karena Yesus Kristus yang memimpin orang percaya kepada iman dan yang iman itu kepada kesempurnaan.
Dalam Konsili Nicea, mereka merumuskan dan mengesahkan sebuah pengakuan iman yang disebut “Pengakuan Iman Nicea” yang isinya:
a. Menolak ajaran Arius dan secara sepakat dan resmi menyatakan bahwa ajaran Arius adalah ajaran sesat.
b.Yesus Kristus adalah Allah yang utuh.
c. Yesus bukanlah ciptaan tetapi Pencipta.
d.               Yesus memiliki hakikat yang sama dengan Allah Bapa. [56]
Dalam hal ini sangat jelas bahwa keutamaan Kristus menjadi dasar iman orang percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang menjadikan segala sesuatu. Hal ini dikemukkan dengan berbagai cara dan dapat dilihat dalam dua gagasan kunci ( gambaran dan yang sulung) dan dalam suatu pernyataan yang luas mengenai Kristus. Gagasan “gambar Allah yang tidak kelihatan” merupakan pemikiran yang mengherankan bila digunakan untuk Kristus, karena meskipun di dalam kata “gambar” (eikon) terkandung pengertian yang tidak persis sama, tetapi tetap jelas bahwa Paulus sedang menegaskan bahwa Kristus adalah pernyataan Allah yang sempurna,[57] yang harus orang percaya imani di dalam hidupnya.










B.        MEMAHAMI KEUTAMAAN KRISTUS ADALAH HAL PENTING BAGI IMAN


a)      Bagi Pribadi-Nya. Jika Kristus tidak melingkupi segala-galanya , maka Ia bukan Allah. Yohanes Pembaptis menyerukan dan menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan (Mat. 3:1-3). Keutamaan-Nya memberikan keabsahan Tuhan kita selaku seorang Imam Besar sejati.
b)      Bagi karya-Nya. Memberi pengampunan akan dosa ( Luk. 7:37-50), hanya Yesus Kristus yang mampu memberikan pengampunan kepada orang yang berdosa karena Ia adalah Anak Allah. Menyembuhkan setiap sakit penyakit bahkan orang mati dibangkitkan karena Yesus memiliki kuasa.
c)      Merupakan dasar pemberitaan Injil. Yang harus diberitakan bahwa Yesus Kristus bukan malaikat atau Manusia Ilahi melainkan Yesus Kristus adalah Tuhan yang hidup.
d)     Karena Yesus Kristus yang menciptakan iman dan Yesus Kristus yang menyempurnakan iman di dalam sepanjang hidup kita mengikuti Dia. Di dalam Ibrani 12:1-2 dituliskan bagaimana kita memandang kepada Yesus sebagai sumber iman, Yesus yang mengadakan dan menggenapkan iman, dan Dia kemudian menjadi teladan bagi kita. Dia sendiri mengabaikan penghinaan, tekun memikul salib, dan akhirnya menggantinya dengan sukacita yang disediakan bagi Dia, serta sekarang duduk di sebelah kanan Allah.[58]
e)      Memandang Tuhan Yesus karena Dia adalah yang mengadakan dan yang menggenapkan iman. Di dalam terjemahan lain dituliskan: “He starts, He creates faith and He accomplishes and He guides us until the end”. Dia yang menciptakan iman, dan Dia yang memimpin kita serta menggenapi iman itu dalam diri kita. Ia yang memulai dan Ia juga yang mengakhiri. Dia yang mengadakan dan menyempurnakan, Dia yang menciptakan dan yang menggenapi. Iman berasal dari mana? Ibrani 12:1-2, menyatakan bahwa iman berasal dari Kristus. Iman yang pertama-tama harus berasal dari Bapa, dan kemudian kita melihat bahwa iman itu harus dimulai dan diakhiri di dalam Kristus. Yang mengadakan iman dan yang menyempurnakan iman adalah Kristus sendiri. Yang menyempurnakan iman. Kristus bukan hanya memulai iman, tetapi Ia juga yang menggenapkan dan menyempurnakan iman. Bukan hanya memandang kepada Kristus sebagai sumber dan awal iman, tetapi juga di dalam Dia kita mengakhiri dan menggenapkan iman kita. Maka tidaklah salah jika para murid Kristus meminta kepada Kristus untuk menambahkan iman kepada mereka, karena mereka kurang iman. Iman bukan disempurnakan oleh diri kita sendiri, apalagi melalui semua yang kita kerjakan menjadi jasa iman. Tidak ada seorang pun yang sempurna imannya.[59]










1.      Bukti-Bukti Keutamaan Kristus


            Yesus adalah Allah, Alkitab menyaksikan bahwa seluruh perkataan dan perbuatan Yesus Kristus adalah fakta tentang keAllahan-Nya. Bukti-bukti keAllahan Yesus Kristus adalah:
a.    Yesus menyandang gelar Ilahi. Yesus disebut sebagai Firman (Logos) disebut Anak Allah (Mat. 14:33; 16:16-17, Mrk. 1:1, Yoh. 1:18).
b.   Yesus memiliki sifat-sifat dasar ke-Allahan.
c.     Yesus setara dengan Allah Bapa.
d.   Yesus melakukan karya yang hanya dikerjakan oleh Allah.
              Kemanusiaan Yesus Kristus yang sempurna telah dinyatakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Berapa bukti kemanusiaan Yesus adalah:
a.       Yesus memiliki sifat sejati insani.
b.      Yesus mempunyai keluarga, silsilah, dan gelar sebagai Anak Manusia.
c.       Yesus dilahirkan dari Rahim seorang manusia.
d.      Yesus selaku manusia juga mengalami pencobaan.
              Keunikan Pribadi Yesus Kristus. Di dalam ke-Tritunggalan Allah, pribadi Yesus Kristus (Allah Anak) adalah yang paling unik. Ia disebutkan sebagai Pengantara Tunggal antara Allah dan manusia (1Tim. 2:5). Sebagai pengantara antara Khalik dan makhluk, Yesus harus memiliki dua sifat dasar yang menyatu dalam satu pribadi, yaitu ke-Allahan dan kemanusiaan. Namun harus dimengerti di sini bahwa Yesus Kristus sama sekali bukan termasuk kategori makhluk ciptaan, tapi sebaliknya Ia adalah Allah sejati yang menjelma menjadi manusia sejati.[60]


2.      Fakta Keutamaan Kristus


a.       Fakta Keutamaan Kristus dalam Perjanjian Lama
              Kelahiran Anak Dara. Kejadian 3:15 dikenal sebagai protevangelium karena itu adalah nubuat pertama ( kabar baik ) tentang Kristus. Akan ada permusuhan antara Setan dengan Mesias, hal itu dinyatakan dengan frasa, “benih perempuan”. Frasa “benih perempuan” hanya berbicara tentang Maria dan menunjuk pada kelahiran anak dara; Mesias lahir dari Maria saja.  Mikha 5:2, pernyataan ini menekankan bahwa “yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.” Meskipun Yesus dilahirkan di Betlehem (nubuat dari ayat ini), namun waktu itu bukanlah permulaan-Nya; Ia telah ada “sejak dahulu kala”. Yesaya 9:6, Kristus disebut “Bapa Yang Kekal”. Hal itu tidak berarti Kristus adalah Bapa, karena mereka adalah dua Pribadi yang berbeda dalam Trinitas. Hal itu tidak berarti bahwa Kristus juga memiliki sebutan Bapa. Sebutan itu mengusulkan praeksistensi dan kekekalan.[61]
b.      Fakta Keutamaan Kristus dalam Perjanjian Baru
              Yohanes 8:58. Meskipun Abraham hidup 2000 tahun sebelum Kristus, Ia dapat mengatakan, “sebelum Abraham lahir, Aku ada.” Meskipun Yesus lahir di Betlehem, Ia mengklaim telah ada sebelum Abraham. Tensa yang dipakai kembali penting untuk diperhatikan. Sebelum Abraham lahir, Kristus telah dan terus menerus ada. Pernyataan “Aku adalah”, tentu saja juga menunjuk pada keilahian-Nya dan merupakan klaim kesetaraan dengan Yahwe. “Aku adalah” merujuk pada Keluaran 3:14 yang mana Allah mengidentifikasikan Diri-Nya sebagai “ AKU ADALAH AKU”.[62] Ibrani 1:8, penulis Ibrani memulai suatu seri kutipan dari PL.
              Kata pengantar untuk pernyataan-pernyataan itu adalah, “Tetapi tentang Anak Ia berkata,” jadi, pernyataan yang berikutnya adalah berkaitan dengan Kristus. Oleh karena itu, pernyataan, “Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya” menunjuk pada kekekalan Kristus. Kolose 1:17, Paulus menyatakan “Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia”, menekankan sekali lagi tentang kekekalan dan praeksistensi Kristus melalui penggunaan bentuk tensa waktu sekarang.[63]


3.      Hakikat Keutamaan Kristus


      Bagi orang percaya hakikat keutamaan Kristus digambarkan di dalam Alkitab.
a)      Menyakinkan keselamatan.  Kisah 4:12, Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan. Efesus 2:8-9, Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
b)      Dosa diampuni. Kisah 10:43, Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya. Kolose 2:13, Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita.
c)      Kristus mempersiapkan tempat tinggal di surga untuk kita ( Yoh. 14:1-3). Dalam kemuliaan-Nya Kristus mempersiapkan banyak tempat tinggal di rumah Bapa.
d)     Menyakinkan Kehidupan yang kekal.  Yohanes 3:36 Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.  Yohanes 5:11-13 Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.

C.    KEUTAMAAN KRISTUS TERKANDUNG DALAM PENGAKUAN IMAN KRISTEN

              Pemahaman mengenai keutamaan Kristus sangat penting, itulah sebabnya juga masuk didalam pokok Pengakuan Iman Kristen.  Martin Luther dalam bukunya, menulis: “Katekismus Luther merupakan suatu uraian yang sederhana mengenai iman Kristen, yakni unsur-unsur pokok yang sama sekali tidak dapat diabaikan, suatu rangkuman segala sesuatu yang kita dapat dalam Kitab Suci dalam bentuk yang ringkas, jelas dan sederhana.”[64] Pengakuan ini menjadi dasar-dasar kepercayaan iman Kristen. Adapun pokok-pokok pengakuan iman kita, bunyinya:
Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi. Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan kita, yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria Yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut, pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa, dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Aku percaya kepada Roh Kudus; gereja yang kudus dan am; persekutuan orang kudus; pengampunan dosa, kebangkitan daging dan hidup yang kekal.[65]


1.      Asal Pengakuan Iman


            Roma 10:10 menyatakan bahwa “ Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan”. Jadi, pengakuan iman ini adalah “Pengakuan yang diakui dengan mulut dan dipercaya dalam hati,” seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, Matius 10:32—tentang pengakuan kepercayaan terhadap Tuhan Yesus di muka umum. Pengakuan Iman yang tidak tertulis pada zaman permulaan gereja adalah pengakuan orang Kristen terhadap pengajaran dasar Kristus, serta menerima, mengajar dan membawa orang berpaling kepada Tuhan. Pada garis besarnya, pengajaran dasar yang dikabarkan dapat dibagi dalam 2 bagian:
a.       Secara negative (apa yang tidak dipercaya)
b.      Secara positif ( apa yang dipercayai)
            Mula-mula Pengakuan Iman ini diturunkan dari mulut ke mulut, misalnya pada upacara Pembaptisan atau penerimaan anggota-anggota baru, maka Pengakuan Iman ini dibacakan secara umum seperti acara penyumpahan. Kemudian agar mudah diingat maka pengakuan itu sebagai pengajaran dasar yang sangat sederhana. Lama-kelamaan, karena perubahan keadaan dan zaman, maka mulailah dibacakan pada kebaktian-kebaktian umum. Ada pula yang dijadikan untuk dinyanyikan. [66]

2.      Sejarah Sederhana Pengakuan Iman


a.       Pengakuan Iman yang tertua ditulis oleh Irenius dan Tertulian pada tahun 170-200 A. D. Pengakuan Iman ini merupakan sebuah karangan untuk menegur pendapat ajaran Ebionisme.
b.      Pengakuan Iman Rasul-Rasul. Pengakuan ini bukan ditulis oleh rasul-rasul, melainkan ditulis antara tahun 200-325 A. D. Beberapa Bishop dan Diaken mengambil ajaran-ajaran rasul-rasul yang penting dari Alkitab, kemudian dikumpulkan dan ditulis menjadi Pengakuan Iman. Pada tahun lebih kurang A. D. digunakan di Roma
c.       Pengakuan Iman Nicea. Pengakuan Iman ini untuk menentang bidat Arianisme, ditulis pada tahun 325 A. D. di Sidang Nicea. Setelah melalui beberapa kali koreksi, maka ditetapkan menjadi Pengakuan Iman ( 381 A. D.)
d.      Pengakuan Iman Athanasius, 313 A. D. Membicarakan kebenaran Allah Tritunggal.
e.       Pengakuan Iman Augburg. Pengakuan ini ditulis pada waktu Martin Luther mengadakan konferensi pada tahun 1530 A. D.
f.       Pengakuan Iman Dort. Ini adalah dari golongan Presbyterian yang ditulis oleh John Calvin, pada tahun 1549 A. D. di Genewa. Kemudian disetujui oleh konferensi besar di Dort, maka disebut “Pengakuan Iman Dort”.
g.      Pengakuan Iman Westminster. Sekarang ini dipakai oleh Gereja Presbyterian. Pengakuan ini ditetapkan pada tahun 1649 A. D.
h.      Gereja Anglikan negara Inggris. Pada tahun 1553 ditetapkan 42 pengakuan/artikel. Kemudian pada tahun 1562 A.D diubah menjadi 39 pengakuan/artikel. Sekarang ini dipakai oleh agama negara Inggris  dan berbagai negara Anglikan.
i.        Gereja Methodis. Mula-mula memakai 39 pengakuan/artikel dari pengakuan iman gereja Anglikan tetapi sampai tahun 1874 diubah menjadi 25 pengakuan/artikel.[67]

3.      Pengakuan Iman Rasuli


              Pengakuan Keduabelas Pasal iman seringkali disebut “Pengakuan Iman Rasuli” atau “Apostolicum”. H. Berkhof, berkata: “Pengakuan Rasuli itu bukan saja menjadi senjata gereja pada permulaan sejarahnya, tetapi juga menjadi kesimpulan iman Kristen bagi segala abad kemudian.”[68]
              Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi. Seorang yang berkata Aku percaya tidak sekedar mengakui adanya Tuhan. Percaya adalah tindakan iman, yaitu iman yang menuntun kita untuk menjalani hidup. Seorang yang dengan mantap berkata Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi menyatakan pada dunia bahwa orang tersebut menyatukan percayanya kepada Allah yang dipanggil sebagai Bapa. Dialah yang menciptakan langit dan bumi, Dialah Allah satu-satunya yang Mahakuasa, tidak ada yang lain. Dalam pengakuan tersebut terkandung makna: seluruh hidup manusia  ada dalam genggaman tangan Allah, karena Dia Mahakuasa atas segala-galanya. Seluruh pergumulan dan masalah dapat disampaikan dan diselesaikan oleh Allah karena Dia Bapa kita. Segala sesuatu berasal dari padaNya karena Dialah Khalik langit dan bumi.
              Aku percaya kepada Yesus Kristus, AnakNya Yang Tunggal, Tuhan Kita. Pengakuan percaya ini adalah inti dari iman Kristen, bahwa Yesus Kristus. Adalah Anak Allah Bapa Yang Tunggal, Tuhan kita. Rumusan ini dibuat demikian sebagai respon terhadap kalangan yang mengaku Kristen namun tidak mengakui ketuhanan Yesus. Kelompok seperti Arianisme dan Ebionisme  menolak bahwa Yesus itu Allah. Agar tidak terjadi kesimpangsiuran pemahaman iman diantara jemaat, maka gereja merumuskan Pengakuan Iman tersebut sebagai penegasan. Percaya kepada Allah Bapa dan kepada Yesus Kristus tidak berarti kita percaya pada dua Tuhan. Kita percaya kepada Allah yang sudah memperkenalkan diriNya didalam Yesus Kristus. Artinya : Kita percaya pada Yesus Kristus, yang sudah menyatakan kepada kita, siapa dan bagaimana Allah yang hidup itu sesungguhnya. Sebab itu Yesus Kristus diberi gelar Immanuel, artinya : Allah menyertai kita (Mat. 1:23b).
      Aku percaya kepada Roh Kudus. Roh Kudus adalah hakekat Tuhan Allah sendiri. Percaya kepada Roh Kudus berarti mengakui karya dan peran Roh Kudus dalam kehidupan orang beriman juga dalam kehidupan gereja Tuhan. Orang yang mau dipimpin dan hidup di dalam Roh Kudus akan  hidup melakukan kehendak dan perintah TUHAN serta mampu menghasilkan buah Roh Kudus.[69]

4.      Pengakuan Nicea- Konstantinopel


              Dalam pengakuan iman Kristen, Nicea-Konstantinopel juga ikut serta mengikrarkan suatu pengakuan iman kepada Allah secara keseluruhan dan pengakuan iman gereja terhadap keutamaan (keunggulan) Kristus. Pengakuan tersebut disusun kembali dari karya Cyrillus, uskup Yerusalem (sekitar tahun 310-386), bunyinya sebagai berikut:
Kita percaya kepada satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan; dan kepada satu Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal, yang lahir dari Sang Bapa sebelum ada segala zaman, yang dengan perantaraan-Nya segala sesuatu dibuat; yang menjadi manusia, yang disalibkan, dan dikuburkan, dan bangkit pada hari ketiga, yang naik kesorga, dan yang duduk disebelah kanan Sang Bapa, dan yang akan datang dengan kemuliaan untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati; dan kepada Roh Kudus, Penghibur, yang telah berfirman dengan perantaraan para nabi; dan kepada satu baptisan untuk pengampunan dosa; dan kepada satu gereja yang kudus dan am; dan kepada kebangkitan orang mati; dan kepada kehidupan kekal.[70]

              Pengakuan iman ini mengakui keutamaan Yesus dalam iman mereka sebagai Allah.  Pernyataan tersebut  tercatat dalam alinea pertama yang berbunyi,  " Kita percaya kepada satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan; dan kepada satu Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal, yang lahir dari Sang Bapa sebelum ada segala zaman, yang dengan perantaraan-Nya segala sesuatu dibuat”.







BAB V


PENUTUP



A.    Kesimpulan


. Keutamaan Kristus adalah merupakan dasar atau landasan iman orang percaya (Kristen) karena Kristuslah dasar dari segala sesuatu yang ada di bumi maupun yang ada di sorga. Yesus adalah Kristus, Anak Allah. Benar atau tidaknya Yesus adalah Kristus, Anak Allah merupakan hal yang penting bagi iman kita. Jikalau Dia bukan Kristus, Mesias, Anak Allah, maka iman kita akan sia-sia. Jikalau Dia Anak Allah, maka kita harus taat kepada-Nya agar kita masuk surga (Mat. 7:21-23). Pengakuan iman Kristen dalam Yesus Kristus itulah yang menjadi dasar iman orang percaya. Karena Yesus Kristus yang memimpin orang percaya kepada iman dan yang iman itu kepada kesempurnaan.
Jadi berdasarkan tinjauan teologis surat Kolose 1:15-20  tentang Keutamaan Kristus dan implikasinya bagi iman Kristen, maka:
Kristus adalah merupakan yang paling utama yang artinya gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, dan lebih utama dari segala yang diciptakan. Dan oleh-Nya manusia mendapatkan kehidupan akan keselamatan. Firman Allah berkata: “Keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”.
Melalui Keutamaan Kritus  segala sesuatu diciptakan melalui-Nya baik yang ada di langit, di bumi, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, dan penguasa-penguasa di dunia. Berarti keutamaan Kristus merupakan hal yang sangat penting dan juga menjadi pokok bagi iman Kristen. 
Implikasinya adalah Keutamaan Kristus merupakan suatu dasar bagi iman Kristen yang diwujudkan melalui pengakuan iman seluruh orang-orang percaya atau pengakuan iman gereja sepanjang abad. Dalam pengakuan iman tersebut meyakini bahwa Kristus sebagai Allah Yang Mencipta, Allah Yang Kekal, Kepala Gereja atas jemaat, dan Kepenuhan Allah (pleroma) di Dalam Dia, serta dengan percaya bahwa Dia Yang Memulihkan atau mendamaikan manusia melalui darah kematian-Nya. Ia telah dan yang pertama bangkit dari antara orang mati. Oleh sebab itu tetap pertahankanlah iman sebagai orang-orang yang telah diperdamaikan oleh-Nya dan tetap teguh dalam pengharapan keselamatan didalam-Nya sampai pada waktunya tiba.


B.     Saran


Sebagai akhir dari tulisan ini, penulis memberikan saran-saran kepada para pembaca skripsi ini, yaitu sebagai berikut:
1.      Doktrin Keutamaan Kristus ( Kristologi ) adalah inti dari iman Kristen maka sepatutnya kita memahaminya dengan benar maka kita pun memiliki iman


yang benar. Oleh karena itu ajaran tentang Yesus Kristus ini perlu dipertahankan dan diberi pertanggung jawaban terhadap argumen-argumen tentang penyangkalan ke-Allahan maupun kemanusiaan Kristus.
2.      Oleh karena ajaran tentang keutamaan Kristus (Kristologi) sulit dipahami adanya maka wajarlah penulis memberikan jawaban yang mungkin masih kurang dari pemahaman yang ada karena doktrin ini tidak dapat dipaksakan oleh kekuatan akali manusia.
3.      Kepada para hamba Tuhan yang militan harus dengan antusias mengajarkan doktrin ini secara sungguh-sungguh, jangan pernah lengah untuk mengajarkan doktrin ini kepada jemaat karena banyak jemaat yang masih belum mengerti tentang Kristus, dan doktrin ini masih diperdebatkan dan dicari kelemahannya oleh orang-orang yang ingin menjatuhkan iman kekristenan.
4.      Bagi STT Yestoya,  kita yang sudah dibekali bahkan diberi pengajaran tentang doktrin ini. Kita dituntut lebih untuk bisa menjelaskan kepada orang-orang yang belum mengerti tentang hal ini. Bahkan kita bisa melawan isu-isu yang menyangkut tentang doktrin ini.



[56]  Thomas Hwang, Kristologi ( Yogyakarta: AMI Publication, 2011), 78
[57] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian baru: Allah, Manusia, Kristus ( Jakarta: Gunung Mulia, 2008)  404
[58] http://www.buletinpillar.org/transkrip/iman-di-dalam-kristus (diakses 24 Mei 2018 pukul 20:25 Wib)
[59]  Ibid
[60] Ichwei G. Indra, Teologi Sistematis ( Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2010), 134-138
[61] Paul Enns, The Moody Handbook of Theology (Malang : Literatur SAAT, 2012), 264-265
[62] Leon Morris, The Gospel According to John (Grand Rapids: Eerdmans, 1971), 473
[63] Paul Enns, The Moody Handbook, 264
[64] Martin Luther, Katekismus Besar Martin Luther (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), xii.
[65] Ibid, 12.
[66]  Dr. Peter Wongso, Seri Diktat: Penjelasan Tentang Pengakuan-Pengakuan Iman Kristen ( Malang: SAAT, 1984), 2
[67]  Ibid, 9-10
[68] H. Berkhof., I. H. Enklaar, Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 28-29.
[69]  http://www.suplemengki.com/pengakuan-iman-2/
[70] K. Deddens, Annus Liturgicus?, Goes (Oosterbaan & Le Cointre) 1975, 71.



[41]Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia Dan Konkordansi Perjanjian Baru, Jilid II  (Lembaga Alkitab Indonesia, 2014), 1068-1069
[42] Barclay, Pemahaman Alkitab, 182-184
[43]  Barus, Tafsiran Alkitab Kontekstual, 141-143
[44] Dalam Kolose 2:19, ide yang sama dikembangkan lebih jauh mengenai guru-guru palsu, yang tidak “berpegang teguh kepada Kepala, yang dari-Nya seluruh tubuh, ditunjang dan diikat menjadi satu melalui sendi-sendi dan urat-urat, bertumbuh dengan pertumbuhan dari Allah.”
[45]  Hagelberg, Tafsiran Surat Kolose, 78-80
[46]  Charles F. Pfeiffer dan Everett F. Harrison The Wycliffe Bible Commentary ( Malang: Gandum Mas, 2001), 797
[47]  Ibid., 804
[48]  Biasanya konsep kepenuhan sebagai derivative gmostik atau ekspresi filsafat Stoa. Akan tetapi, akhir-akhir ini para penafsir seperti O’Brien, Barth-Blanke dan Dunn memehami konsep kepenuhan dalam tradisi Ibrani.
[49]  James D.G. Dunn, The Epistle to the Colossians and to Philemon: A Commentary on the Greek Text (Grand Rapids: Eerdmans, 1996), 101.
[50]  Markus Barth dan Helmut Blanke, Colossians: A New Translation with Introduction and Commentary.Terj. A.B. Beck. (New York: Doubleday, 1994), 213
[51]  Barus, Tafsiran Alkitab Kontekstual, 150
[52]  Murray J. Harris, Colossians & Philemon (Grand Rapids: Eerdmans, 1991), 178
[53]  Eduard Lohse, Colossians and Philemon. Terj. W. R. Poehlmann and R. J. Karris (Hermeneia. Philadelphia: Fortress, 1971), 59
[54]  Barus, Tafsiran Alkitab Kontekstual, 152-156
[55]  Bruce, Colossians, 210

[16] Bennett, Andrew L. Archaeology From Art: Investigating Colossae and the Miracle of the Archangel Michael at Kona.  Near East Archaeological Society Bulletin 50
[17] Easton's Bible Dictionary, 1897
[18] Armand Barus, Tafsiran Alkitab Kontekstual-oikumenis Surat Kolose (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), 5-6

[19] Dave Hagelberg, Tafsiran Surat Kolose dari Bahasa Yunani (Yogyakarta:  ANDI, 2013), 9-10
[20] Josephus (Ant 12.147-53) mengatakan bahwa dua ribu keluarga Yahudi dipindahkan dari Mesopotamia ke Lidia dan Frigia oleh perintah Antiokhus III sekitar 250 tahun sebelum penulisan surat ini. Barangkali pajak bait Allah dari keturunan merekalah yang dirampas oleh gubernur Roma, 120 tahun sebelum surat ini. Cukup banyak emas yang dirampas di distrik Laodikia untuk menjadi pajak stnadar bait Allah bagi populasi 11.000 laki-laki Yahudi dewasa (Bruce, “Jews and Christians in the Lycus Valley,” hlm.4-7 dan O’Brien, hlm xxvii). Namun, kehadiran orang Yahudi di daerah ini tidak membuktikan bahwa mereka adalah jemaat.
[21] Kisah Para Rasul 14:8-18 memberikan sedikit gambaran kepada kita tentang lingkungan multibahasa, tempat Paulus bekerja. Dalam Kisah Para Rasul 14:11, kita membaca, “Ketika orang banyak melihat apa yang telah diperbuat Paulus, mereka itu berseru dalam bahasa Likaonia: ‘Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia.” Paulus dan timnya pasti berbicara dalam bahasa Yunani Koine, dan mereka akan memahaminya dengan mudah. Namun, dikejutkan oleh “dewa-dewa” ini di antara mereka, orang-orang dalam kerumunan itu berbicara satu sama lain dalam bahasa ibu mereka, yang pasti tidak dimengerti Paulus. Sangat mungkin orang-orang di Kolose berbicara dua bahasa atau multibahasa. Bahasa lokal dan dialek cenderung bertahan setelah penaklukan sejumlah kekaisaran.
[22] Hagelberg, Tafsiran Surat Kolose, 10-12
[23] Ibid., 12-13
[24] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap hari (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 154-156
[25] Barus, Tafsiran Alkitab Kontekstual, 1
[26] Barclay, Pemahaman Alkitab, 145
[27] Karel Sosipater, Etika Perjanjian Baru (Jakarta: Suara Harapan Bangsa, 2010), 424
[28] Dalam Kol. 4:10-12 dan Flm. 23-24, Epafras, Markus, dan Aristarkhus, bersama dengan Paulus. Onesimus berasal dari Kolose (4:9), tempat ia dimiliki sebagai budak oleh Filemon dan di dalam pelarian, ia percaya kepada Tuhan Yesus. Demi Onesimus, Paulus menulis kepada Filemon.
[29] Hagelberg, Tafsiran Surat Kolose, 3
[30] Ibid., 7
[31] Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 2003), 399
[33] Tenney, Survei Perjanjian Baru, 398-399
[34] Alkitab.sabda.org/article.php?id=183 (diakses 17 Maret 2018, pukul 9:45 Wib)                      
[35] Alkitab.sabda.org/article.php?id=249 (diakses 17 Maret 2018, pukul 9:30 Wib)
[36] Frank J. Matera, New Testament Theology, Exploring Diversity and Unity (London-Louisville: Westminster John Knox Press, 2007), 219
[37] Dalam surat-surat Paulus, istilah soma muncul Sembilan puluh Sembilan kali untuk menunjuk kepada gereja atau jemaat lokal sebagai tubuh Kristus. Peter T. O’Brien, 43
[38] Eduard Schweizer, An Theological Introduction to the New Testament, trans. By O.C. Dean (Nashville: Abingdon Press, 1991) 94-95
[39] Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru,Sejarah,Pengantar dan Pokok-Pokok Teologisnya (Bandung: Bina Media Informasi, 2010), 222-223
[40] Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 2012), 1986.





[1] William MacDonald, Believer’s bible Commentary Surat kepada Jemaat di Kolose (t.k: t.p, t.t), 3

[2] Jasper Klapwijk, Kabar Baik dari Perjanjian Baru ( Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2015), 97
[3]  F. D. Wellern, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja ( Jakarta: BPK Gunung Mulia ), 22.
[4] Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-Masalahnya (Jakarta:  BPK Gunung Mulia, 2008), 223
[5] Alkitab ( Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia)
[6] Adnan Mahdi Mujahidi, Panduan Penelitian Praktis, 91
[7] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D (Bandung:  Alfabeta, 2007),64
[8] Software Aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia.
[9] Ibid.
[10]  Yahya A. Muhaimin, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga  (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 1108
[11] Ensiklopedia, software Aplikasi Kamus Alkitab versi 1.2.1
[12] Ibid.
[13] John M. Echols-Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia  (Jakarta: Gramedia, 2005), 313
[14] Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia  (Jakarta: Gramedia Press, t.t), 601
[15]  Ibid., 150